BAB 8: DUA PRIA DALAM SATU MINGGU

1080 Words
Tidak lama kemudian, Pak Darius kembali, pria itu langsung membuka pintu klinik dan menyalakan lampu. Dengan penerangan yang cukup, matan Eloisa bisa melihat dengan lebih baik. Matanya memiliki kelainan sejak kecil, sejak di sekolah dasar dia sudah memakai kacamata plus, bukan minus. Jadi, dia bisa melihat jelas objek yang jaraknya jauh, tapi, tidak bisa melihat jelas objek yang jaraknya dekat. Apalagi saat penerangan kurang, matanya semakin sulit untuk melihat tanpa kacamata yang dibuat khusus sesuai kebutuhannya. Kekurangannya itu membuat inderanya yang lain lebih tajam. Telinganya bisa mendengar suara dari jarak cukup jauh dan cepat mengenalinya, termasuk mengenali suara orang lain. Dengan beberapa kali mendengar suara orang yang sama, dia akan langsung mengenali orang itu walaupun mereka tidak sedang berhadapan. Darius membantu wanita di depannya untuk duduk dan mulai membuka laci dan rak untuk mencari antiseptik untuk membersihkan luka. Setelah menemukan yang dia cari, dia segera kembali menghampiri wanita itu dan mulai mengobati luka wanita itu. Ternyata ada cukup banyak luka baret walaupun luka itu tidak dalam. Kadang wanita itu meringis saat lukanya dibersihkan, namun wanita itu tetap tenang dan tidak bergerak. “Sudah selesai. Saya akan mengantar Anda pulang,” kata Darius. “Eh, Tidak perlu Pak Darius. Ini saja saya sudah sangat menyusahkan Bapak. Saya pulang naik taksi saja,” tolak Eloisa. Dia sudah sangat merepotkan pria ini dan tidak ingin menambah rasa tidak enak hatinya. “Tidak apa-apa. Saya rasa kejadian yang menimpa Anda ini ada hubungannya dengan adik saya juga.” kata Darius lagi yang membuat wanita itu langsung panik dan hal itu membenarkan dugaannya. Sejak adiknya masuk sekolah menengah pertama, dia sudah sering membantu ibunya mengurusi masalah yang diakibatkan oleh para gadis yang tergila-gila pada adiknya. Dan seingatnya, dia pernah mendengar adiknya menyebutkan beberapa nama mahasiswi yang tadi dia sebutkan. “Eh, bukan. Itu sebenarnya hanya sedikit salah paham!” kilah Eloisa. Wajahnya sekarang kembali merona. Bagaimana dia harus menjelaskan juga? Masa dia bilang, 'Pak Darius, kemarinan itu adik Anda mencium saya dan kepergok pacar adik Anda. Kemudian adik Anda memutuskan mahasiswi itu dan mahasiswi itu sekarang mengeroyok saya bersama teman-temannya'. “Mereka sudah keterlaluan. Besok saya akan memberikan sanksi pada mereka!” kata Darius yang membuat Eloisa semakin panik karena berarti masalah ini belum akan selesai. Bagaimana kalau Clara mengatakan kepada semua orang kalau dia dan Darren berciuman? Bisa habis citra dirinya dan karirnya di kampus ini! “Pak Darius. Saya rasa lebih baik ini tidak perlu diteruskan. Lagipula, saya juga tidak apa-apa!” mohon Eloisa berusaha membujuk Darius. “Jika mereka tidak dihukum, kemungkinan kejadian seperti ini akan terulang lagi di kemudian hari. Ini bukan pertama kalinya fans Darren membuat ulah,” kata Darius sambil menghela napas. Ini sudah kesekian kalinya dia membereskan masalah gadis-gadis yang tergila-gila pada Darren hingga merudung gadis lainnya. Dari pengalamannya, jika tidak ditindak tegas, mereka akan semakin menjadi. “Eh, Maksudnya?” Eloisa terkejut. Apa para fans si buaya begitu barbar dan sering menyerang wanita manapun yang dekat dengan si buaya? Serem amat! “Ini bukan pertama kalinya,” ulang Darius singkat namun menjelaskan banyak untuk Eloisa. Si buaya itu memang pembuat masalah. Sepertinya kakaknya inilah yang selalu membereskan masalahnya, seperti sekarang! Walaupun dia tidak terlalu bergaul, tapi semua orang tahu tentang Darren Noah Hartadi dan keluarganya. Ayahnya, Profesor Adianto Hartadi, adalah Dosen senior sekaligus penasehat di kampus ini. Ibunya, Rosaline Hartadi, adalah wanita cantik berdarah Belanda yang menurunkan mata birunya pada Darren. Wanita itu juga terkenal kalem dan baik hati. Sedangkan Kakaknya yang sekarang berada di depannya ini, Darius Hartadi, Dosen muda yang dijuluki dosen jenius karena kepintarannya yang luar biasa. Pria ini seperti ensiklopedi berjalan, kau bisa bertanya apa saja dan dia selalu memiliki jawabannya. Sepertinya di keluarga itu, hanya Darren Noah Hartadi yang berbeda, pria itu genit dan pembuat onar. Ingatkan dirinya untuk menjaga jarak sejauh-jauhnya dari buaya penyebab masalah itu! “Hari sudah semakin malam. Lebih baik kita segera pulang dan beristirahat,” kata Darius seraya membantu Eloisa berdiri dan menuntun wanita itu keluar dari klinik, lalu mematikan lampu dan mengunci pintu klinik. Sekali lagi dia meninggalkan Eloisa untuk mengembalikan kunci ke ruang sekuriti. Tidak lama Darius kembali menghampiri Eloisa dan membantunya berjalan hingga ke mobil pria itu. Eloisa benar-benar malu, dia merasa seperti orang buta yang harus dituntun kesana kemari. Ini gara-gara gadis yang bernama Clara tadi yang sengaja menghancurkan kacamatanya. “Alamat Bu Eloisa dimana?” tanya Darius saat menyalakan mesin mobilnya. “Jalan Kenanga nomor enam belas.” jawab Eloisa. Dia tiba-tiba merasa konyol, dalam satu minggu, dua kali dia diantar pulang oleh dua pria berbeda namun kakak beradik. Tidak ada yang berbicara selama perjalanan. Memang mereka tipe orang yang hanya bertanya atau hanya menjawab, bukan mengobrol. Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah Eloisa, Darius langsung turun untuk membantu Eloisa berjalan hingga ke pintu rumahnya. Baru kali ini Eloisa merutuki kelemahannya lagi setelah sekian lama dia berdamai dengan kondisi matanya. Benar-benar memalukan! **** Darren sedang bermain game di laptopnya saat Darius mengetuk pintu kamarnya dan langsung membukanya. “Ada apa, Kak?” tanya Darren sambil menoleh. “Ikut aku!” perintah Darius dan dia langsung berbalik yang membuat Darren merasakan firasat buruk. Panggilan semacam itu artinya dia akan di sidang. Tapi menurutnya, dia sedang tidak membuat masalah apapun. Darren langsung menghentikan aktivitasnya dan berjalan keluar kamarnya, mengikuti kakaknya yang ternyata berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Perasaan Darren semakin tidak enak saat melihat Ayah dan Ibunya juga ada di dalam sana. Sepertinya firasatnya benar, dia akan di sidang. “Duduk!” perintah Darius dan Darren langsung duduk di kursi yang selalu dia duduki saat kondisi semacam ini. Namun kali ini, dia tidak tahu apa salahnya? Yang pasti dia salah kalau sampai harus duduk disini. “Kamu tahu apa salahmu?” tanya Adianto dan Darren menggeleng. Kecuali ada lagi wanita yang datang dan mengaku dia hamili. “Kamu punya hubungan dengan Eloisa Renata?” tanya Adianto lagi. Darren mencoba berpikir apakah ada salah satu pacarnya yang bernama Eloisa Renata? Sepertinya tidak ada. Hanya ada satu nama Eloisa yang belakangan sedikit mengganggu pikirannya, tapi dia tidak tahu nama keluarganya. Lagipula, wanita itu bukan pacarnya. “Dosen akuntansi,” kata Darius membantu saat melihat adiknya sedang berpikir keras. “Bu Eloisa?” tanya Darren. “Iya. Kamu memiliki hubungan dengannya?” tanya Ayahnya lagi dan Darren langsung menggeleng. Rasanya tidak mungkin Bu Eloisa datang dan mengaku dihamili olehnya, dicium saja wanita itu tidak mau! “Dia tidak mendatangi ayah dan kak Darius untuk meminta pertanggungjawaban karena mengaku kuhamili, kan?” Darren menyuarakan rasa penasarannya. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD