Mencari Beby

613 Words
Dengan kepala menggantung ke bawah, tubuh Roland yang memang sengaja berbaring di ranjang dengan posisi kepala yang tidak menyentuh kasur, beberapa kali kepalanya itu menggeleng.  Matanya terpejam.  Terkilas balik saat tangan mungil Beby mendarat di pipinya.  Sontak tangannya kembali memegang pipi saat ingatan itu seperti kembali muncul dan seperti nyata hadir di depan mata. Dahi Roland mengernyit, mengingat sesuatu.  Ya, sesuatu yang membuatnya frustasi dan kalap.  Hampir memilih untuk berhenti dari dunia bisnis yang membesarkan namanya saat dokter mendiagnosa bahwa dirinya mengalami masalah motilitas s****a yang buruk sehingga akan sulit mendapatkan keturunan.  Apa jadinya saat semua orang tahu dirinya tidak bisa memiliki keturunan karena kekurangan dalam dirinya?  Sembilan bulan sejak Roland bertunangan dengan Stela, tidak terhitung entah berapa kali mereka melakukan hubungan layaknya suami istri.  Namun sampai kini gadis itu belum juga hamil.  Membuktikan bahwa diagnosa dokter tidak salah.  Dan Beby… Gadis itu menjadi satu-satunya orang yang akan memberikannya keturunan.  Roland harus mendapatkan bayi itu.  Bayi dalam kandungan Beby adalah keturunannya kelak.  Sungguh sesuatu yang luar biasa saat akhirnya Roland menyadari benihnya tumbuh dengan subur di dalam kandungan Beby. Sudut bibir Roland tertarik sedikit.  Dia harus kembali menemukan Beby.  Lalu matanya terbuka, menatap langit-langit kamar, mengawasi lampu kamar yang memberikan kesan elit. Kamar luas nan mewah itu menggambarkan betapa kehidupan sosok Roland benar-benar tercukupi.  Di salah satu sisi terdapat reading area lengkap dengan lampu baca, serta bench sebagai pelengkap yang terletak di depan tempat tidur.  Lantai marmer yang memiliki tekstur dan corak dengan daya tarik yang memberikan kesan mewah dan elegan.  Demikian juga dengan desain rumah yang memiliki ruangan luas serta dekoratif khas di berbagai sudut.  Ya, rumah mewah itu identik dengan rumah megah bergaya klasik dengan ornament-ornamen Kristal dan ukiran khas di setiap sudut.  Dilengkapi dengan furniture mewah di dalamya, desain arsitektur dan interiornya benar-benar menakjubkan.  “Beby!” Lidah Roland berbisik lirih menyebut nama itu.  Dia kemudian bangkit bangun, menyambar jas yang tergantung dan mengenakannya sambil melenggang keluar kamar.  Langkahnya lebar melintasi ruangan luas yang tak kalah dengan versi hotel mahal di LA.  Beberapa pengawal yang berjaga di sisi pintu kamar, menundukkan kepala dan membungkukkan badan saat bosnya melintas.  Roland Gajendra, keturunan Colin Gajendra yang sudah sejak abad lalu dikenal sebagai pengusaha yang merambah dunia bisnis dan sukses di bidangnya.  Dan Roland, melanjutkan bisnis orang tuanya, kini dia dikenal sebagai pemimpin dari banyak bisnis unit besar tersebar di seluruh negeri, bahkan luar negeri.  Dia adalah orang dengan jaringan korporasi yang sangat besar dan kekuatan financial yang luar biasa.  Roland terus melangkah sambil mengancingkan jas, menuruni anak tangga.  Ditemukan banyak pengawal di pintu-pintu tertentu.  Roland melintasi area foyer, tak lain tempat pemisah antara ruang tamu dan teras, area foyer merupakan area pertama yang dilihat ketika memasuki rumah.  Area itu tampak sangat elegan dengan hiasan bernilai mahal di setiap sisi dindingnya.  Pilar yang simetris menambah kesan mewah.  “Kenzo, ayo kita ke club sekarang!” kata Roland saat melintasi pintu yang menghubungkan dengan teras.  Seorang pengawal berbadan tegap dan besar yang berdiri di pintu mengangguk, bergegas mengikuti Roland masuk ke mobil yang sudah stand by di depan rumah. Supir melajukan mobil saat Roland dan pengawalnya sudah duduk manis di dalam mobil, melintasi pagar tinggi. Sesampainya di club, Roland langsung masuk.  Mata gelapnya mengedar mencari-cari. Hampir seluruh gadis berseragam barback menjadi pusat perhatiannya.  Namun orang yang dia cari tidak dia temukan. “Kenzo, ini club milikmu, bukan?  Tentu kau bisa melakukan apa pun pada anak buahmu di sini.  Cepat Tanyakan dimana barback bernama Beby?  Aku tidak melihatnya sekarang.  Bawa dia untuk menemuiku!” titah Roland mendominasi. “Baik, Tuan muda!”  Kenzo dengan patuh bergegas masuk ke dalam.  Dia mendapati bartender sedang meracik minuman, barback lainnya juga tampak sibuk pada tugasnya masing-masing.   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD