3. SUGAR BABY???

1246 Words
Sesuai permintaan Elora kini mereka bertiga terdampar di sebuah warung lesehan di pinggir alon-alon kota. Elora tampak paling antusias memilih berbagai pilihan makanan di hadapannya. Elora meminta satu porsi nasi pecel favoritnya yang biasa terdiri dari berbagai sayuran, seperti bunga pepaya, daun kenikir, kecambah, dan kubis. Selanjutnya, sayuran tersebut disiram dengan sambal kacang yang rasanya manis dan gurih. Tak lupa Elora juga menambah beberapa ikan seperti sate usus ayam dan sate telur puyuh sedangkan Delon dan Nick meminta gudeg dan empal daging untuk makan malam mereka. Kini mereka duduk lesehan menikmati makanan sesuai selera bersama para pemburu kuliner lainnya. Suasana malam alon-alon kota Yogyakarta yang selalu ramai dan ceria membuat Elora semakin bersemangat. Entah sudah berapa lama dirinya tidak ke sini di malam hari. Sifat protektif dan posesif Daddy_nya membuat Elora tidak pernah memiliki kebebasan seperti remaja pada umumnya. Elora ingin bisa hangout bareng bersama teman-teman seusianya. Entah itu hanya berburu kuliner, shopping, ataupun hanya sekadar berjalan-jalan di hari weekend. Elora sering merasa iri saat teman-temannya bercerita tentang romantisnya mereka saat berkencan di malam minggu bersama kekasih masing-masing. Elora hanya bisa gigit jari karena dirinya tidak akan mungkin mendapatkan masa remajanya seperti mereka. Kekhawatiran Daddy_nya yang berlebihan berhasil memenjarakan Elora dalam kebahagian semu. Keluarganya memang sempurna. Keluarga idaman semua orang tapi Elora tidak merasakan itu. Dirinya membutuhkan ruang untuk bereksplorasi dan mengekspresikan diri. "El jangan kebanyakan makan pedes nanti perut kamu sakit," ucap Delon saat melihat Elora yang kembali mengambil laut yang berbumbu pedas. "Tenang aja Om, El mah udah biasa makan pedes," jawab Elora dengan santai. Nick yang melihat Papanya perhatian pada Elora seketika merasa muak. Ia letakkan makanannya yang baru termakan separuh. Seleranya mendadak hilang hanya karena melihat Elora yang menurutnya mencari perhatian dengan papanya. "Iya, tapi jangan banyak-banyak makannya," sahut Delon lagi lalu melanjutkan menyuap makanan ke dalam mulutnya. Delon lantas menghentikan kunyahan di mulutnya saat melihat Nick yang tak seperti biasanya. Putra tunggalnya itu tidak pernah menyisakan makanan di piringnya, entah ia suka atau tidak sesuai ajarannya yang tidak boleh membuang-buang makanan. Apalagi menu itu adalah pilihan Nick sendiri. "Kenapa nggak dihabiskan?" ujar Delon seraya menelisik raut wajah Nick yang terlihat tak bersemangat. "Nick udah kenyang Pa," balas Nick singkat lalu meraih teh hangat di hadapannya hingga tandas. Delon terdiam sembari memperhatikan dua remaja di hadapannya. Elora yang tampak tenang dan biasa saja dan Nick yang jutek tanpa minat. "Sebenarnya mereka kenapa sih? biasanya juga maen bareng?" gumam Delon dalam hati karena tak biasanya Nick bersikap dingin kepada para saudaranya. Saudara yang terjalin tanpa adanya hubungan darah tetapi karena hubungan persahabatan para Club Cogan yang sudah terjalin sejak mereka muda. Gegas Delon membayar tagihan makanan mereka yang dan pulang, tak memedulikan protes Elora yang masih enggan beranjak dari tempatnya. Mungkin lain kali Delon akan menuruti keinginan Elora tapi untuk malam ini tidak. Gadis itu tengah menghadapi Ujian Akhir Sekolah dan sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional atau UN. "Masih juga jam 7, nggak asyik banget sih Om Delon ini." Gerutu Elora yang hanya ditanggapi Delon dengan senyuman. "Kamu diem bisa nggak sih! ngomel mulu dari tadi!" tegur Nick yang sudah tahan lagi menahan emosinya. "Apaan sih Nick. Ih kamu ini sensi banget kek perempuan lagi PMR aja," cibir Elora dengan tergelak. "Dasar cewek eror!" sahut Nick tak mau kalah yang saat ini duduk di kursi sebelah Delon. "Ya Allah kalian ini kenapa sih kok jadi berantem!" tegur Delon seraya menggelengkan kepala merasa heran dengan sikap kedua remaja tersebut. Nick lalu memilih mengunci rapat bibirnya. Membuang pandangan ke luar kaca demi menenangkan dirinya. Jangan sampai dirinya membuat ulah dan mengundang kemarahan papanya. Dua puluh menit berlalu akhirnya mereka tiba juga di rumah. Delon lalu menyuruh Elora dan Nick untuk mengambil buku pelajaran mereka untuk belajar bersama. "Nick belajar di kamar aja," tolak Nick acuh seraya melangkah menuju kamarnya. Delon menghela napas panjang lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang keluarga. Tak lama Lastri, pembantu yang telah bekerja padanya selama 10 tahun itu datang menawarinya kopi. Tawaran yang pas dengan mood_nya yang sedang memburuk. "Iya Bi good idea," balas Delon dengan mengulas senyuman. Untuk mengusir rasa tak nyaman karena perubahan sikap Nick lantas Delon meraih remote tv dan mencari channel acara tv yang menarik. Metro tv adalah channel favorit Delon karena selalu menyajikan berita-berita update tanah air maupun mancanegara. Tak lama Elora datang dengan membawa tas sekolahnya. Elora duduk di bawah beralas karpet lalu mengeluarkan buku-buku pelajaran yang diujikan besok. "Om, El boleh dengerin musik nggak?" pamit Elora dengan mengulas senyuman lebar. Seketika sepasang alis Delon menukik tajam merasa heran. Setahunya kebanyakan para pelajar akan fokus belajar dalam suasana sepi. Seperti dirinya dulu. Pun dengan Nick yang tidak akan bisa berkonsentrasi dalam suasana ramai atau gaduh. "Om boleh nggak? Otak El nggak bisa bekerja ini klo begini. Mana dengernya berita politik gitu," ulang Elora karena tak mendapatkan jawaban. "Terserah El aja yang penting belajar yang serius!" tanggap Delon lalu kembali fokus menatap ke arah layar kaca. Gegas Elora beranjak untuk mengambil earphones miliknya di kamar. Elora lalu kembali duduk seraya memasang earphones tersebut di kedua telinganya. Alunan musik yang memanjakan gendang telinga Elora lantas secara spontan bibirnya mengikuti lirik lagu yang tentu saja telah dihapalnya di luar kepala. "Non Elora mau dibikinin minum juga?" tawar Bi Lastri setelah meletakkan secangkir kopi di meja, di hadapan Delon. "Nggak Bi terima kasih, El masih kenyang," tolak Elora yang masih bisa mendengar karena salah satu earphones_nya sengaja ia lepas demi menghormati orang yang mengajaknya bicara. Apalagi dirinya sedang bersama Delon, sahabat kedua orang tuanya. Bi Lastri lalu kembali ke dapur untuk membersihkan dapur sebelum beranjak untuk beristirahat. Selama bekerja menjadi ART di rumah Delon, Bi Lastri selalu mendapatkan perlakuan baik dari kedua majikannya. Terutama Nick yang sejak kecil sudah diasuhnya. Tiba-tiba Nick ke luar dari kamar. Bukan untuk belajar bersama Elora melainkan hanya untuk mengambil air mineral dingin. Nick menatap Elora yang tengah serius belajar sambil bernyanyi dengan muak. Lalu beralih menatap papanya yang juga menatapnya. "Ada apa Nick?" Delon melayangkan pertanyaan saat melihat Nick yang ke luar dari kamarnya. "Nick haus," jawab Nick singkat lalu pergi begitu saja. Delon menghela napas panjang. Sifat Nick yang irit bicara dan tertutup sering membuatnya bingung untuk bersikap. Hal inilah yang terkadang membuat Delon merasa bersalah karena dirinya, Gita harus pergi untuk selamanya. Karena dirinya Nick menjadi yatim sejak masih balita. "Om, Om nggak bosen apa jomblo terus?" celetuk Elora seraya menggigit pena yang dipegangnya. "Maksudnya?" tanya Delon tak mengerti. "Kenapa Om nggak nikah lagi? Lagian Om itu biar udah tua tapi masih ganteng kok," sahut Elora dengan wajah innocent. Delon terhenyak mendengar pertanyaan Elora tapi juga tak terima saat gadis polos itu menyebutnya tua. "Udah belajar sana! kok malah ngurusin Om," elak Delon tak berniat menanggapi pertanyaan Elora. "Ih Om ini payah! Temen-temen El aja pada WA minta dikenalin sama Om. Kata mereka laki-laki matang kayak Om itu asyik," jujur Elora dengan polosnya. Seketika Delon tertegun mendengar ucapan sekaligus ekspresi wajah polos Elora. "Mereka juga bilang mau daftar jadi sugar baby Om Delon," sambung Elora dengan terkekeh geli. Sugar baby di dalam benak Elora jelas saja berbeda makna dengan apa yang ada di benak temannya dan Delon. "Terus??" hanya itu kata yang mampu ke luar dari bibir Delon seraya menatap Elora dengan tatapan heran. Gadis itu benar-benar lugu atau memang sedang berakting. "Ya daripada mereka rebutan Om Delon ya mending buat El aja. Biar mereka nggak berisik lagi buat nanyain Om terus," terang Elora lalu kembali menekuni buku pelajaran di di pangkuannya sedangkan Delon hanya mampu terdiam dengan bibir terbuka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD