18

1363 Words

POV Anto Marni bergayut ke leherku karena kakinya belum bisa dipijakkan secara utuh, jarak kamar mandi pun agak jauh dari ruang tamu kami. Terpaksa aku menuntunnya melewati lorong dan dapur terlebih dahulu. Tibalah saatnya momen yang paling menggelikan, saat aku harus membantu membuka celana Marni karena dia tak bisa membungkuk dan menekuk kakinya terlalu kencang. "Pegangan!" perintahku. Marni mengangguk, aku membungkuk dan saat itulah keseimbangan Marni hilang, dia yang mengandalkan sebelah kakinya untuk berdiri utuh malah jatuh menimpaku, kami jatuh berhimpitan di kamar mandi. Ini bukan suasana romantis bagaikan film, karena Marni menjerit saat lututnya menghantam lututku. "Sakiiiiit," jeritnya. Air matanya sampai keluar. Aku sampai tak tau berniat apa dengan kesialan bertubi-tubi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD