Tak Ada Respons

1030 Words
Keesokan harinya Asmara tidak masuk kampus. Seketika perasaan Athar tak enak. Asmara adalah temannya sejak SMA sampai sekarang. Mereka cukup akrab meski dulu tidak satu kelas. Tentu saja karena mereka memiliki minat dan visi misi yang identik.     Selain karena kedekatan mereka, juga karena mereka berdua adalah sama - sama perantau di kota ini.  Berasal dari kota yang sama. Rasanya seperti sepasang saudara yang memiliki keterikatan satu sama lain. Yang membangun rasa ingin melindungi satu sama lain.     Juga karena kondisi Asmara yang menurutnya begitu memperihatinkan akhir - akhir ini. Entah Rafi atau Emma sudah tahu atau belum. Asmara juga sepertinya suda banyak berubah. Ya, ia masih seorang pekerja keras sama seperti dulu. Hanya saja ia sudah tidak seceria dulu. Athar bisa memaklumi. Biar bagaimana Asmara tetap lah manusia biasa. Yang pasti memiliki batas kesabaran dan titik jenuh. Mungkin ia sudah jenuh selalu sakit semenjak lahir.     Sepanjang mata kuliah berjalan, Athar sama sekali tak bisa konsentrasi. Ia sudah berniat akan langsung menuju kost Asmara sepulang kuliah nanti. Ia hanya ingin memastikan Asmara baik - baik saja.     Athar sebenarnya sudah mencoba menghubungi Asmara. Namun sama sekali tak ada respons. Yang membuat Athar semakin merasa bahwa telah terjadi sesuatu pada Asmara.     Dosen menjelaskan di depan sana setiap materi yang ia tulis dalam slide power point. Athar biasanya begitu semangat mengikuti setiap mata kuliah. Tapi tidak untuk hari ini.     Jam 10 lebih 45 menit. Akhirnya mata kuliah hari ini selesai. Untung lah tidak ada kelompok yang mengajak mengerjakan tugas mengumpulkan materi presentasi. Athar jadi bisa langsung pergi dari kampus. Athar mengendarai motornya menuju kost Asmara yang tidak jauh dari sini.     Tak perlu memakan waktu lama, Athar sudah sampai di tujuannya. Kost Asmara terletak di bagian belakang. Karena rumah bagian depan ditempati oleh pemilik rumah kost.     Athar segera menuju ke belakang melalui gang kecil yang sengaja dibangun untuk memudahkan akses. Sepi. Kost Asmara ini termasuk indekost elit. Ya tentu karena orang tua Asmara bergelimang harta. Mereka memberikan fasilitas terbaik untuk putra satu - satunya. Berbeda dengan kost Athar yang biasa saja.     Semua kamar yang berderet tertutup. Ah tentu saja. Athar termangu. Ia tidak tahu yang mana kamar Asmara.     Athar sempat berpikir untuk bertanya pada Athar via telepon. Tapi ia urungkan niatnya itu. Kenapa? Karena ada beberapa kemungkinan. Asmara akan menolak kehadirannya, memintanya untuk pergi. Atau Asmara bahkan aka tetap ya menjawab pertanyaannya seperti yang sudah - sudah.     Athar berbalik. Ia memutuskan untuk bertanya langsung pada pemilik kost saja.     ~~~~~ Asmara Samara ~~~~~     Athar memencet bel di depan pintu pemilik kost. Tak kunjung dibukakan pintu. Athar memencet kembali. Syukur lah setelah itu ada seseorang datang membuka pintu. Seorang ibu - ibu berhijab.     "Ada yang bisa dibantu, Nak?" Ibu itu bertanya dengan ramah.     "Uhm ... permisi ibu. Mohon maaf sebelumnya. Perkenalkan saya Athar. Saya temannya Mara, salah satu mahasiswa yang indekost di sini."     "Oh, temennya Asmara."     "Iya, Ibu. Jadi tadi Asmara tidak masuk kuliah. Sementara kemarin saat bertemu dengannya, dia nampak kurang sehat. Makanya saya mau coba lihat keadaan dia. Siapa tahu dia beneran lagi sakit."     "Oh iya iya. Aduh, saya malah nggak tahu kalau Asmara nggak masuk hari ini. Iya Nak Athar, silakan langsung masuk saja lewat gang di samping rumah."     "Ah ... terima kasih Bu. Jadi sebenarnya saya tadi sudah masuk ke sana. Tapi saya tidak tahu yang mana kamar Asmara. Karena ini pertama kali saya ke sini. Saya takut salah masuk kamar orang."     "Oh iya iya. Astaghfirullah, saya baru paham. Oke - oke, saya antarkan Nak Athar ke kamarnya Asmara."     Athar sekali lagi berterima kasih pada pemilik kost yang sudah sangat ramah dan murah hati. Athar kembaki masuk melalui gang kecil yang tersedia. Sementara ibu kost masuk lewat rumahnya.     Mereka kembali bertemu pada kamar - kamar kost yang berjejer. Ibu itu mengajak Athar untuk mengikutinya. Ternyata kamar Asmara berada paling ujung.    "Nah ini dia kamarnya Asmara nak."     Athar mengangguk. "Makasih ya Bu. Saya mau langsung ketuk pintunya ya."     "Oh iya, silakan."     Athar benar - benar mengetuk pintu kamar Asmara setelah itu. Ketukan pertama tidak ada respons. Ketukan kedua masih sama tidak ada respon. Dan dama pula di ketukan ketiga.     Ibu kost berinisiatif membantu. Ia mengetuk kamar Asmara dengan keras. Kemudian memanggil nama Asmara beberapa kali. Tapi tidak dibukakan pintu juga.     "Apa jangan - jangan dia keluar, Nak." Ibu kost coba menebak.     Athar menggeleng. "Seperti yang saya bilang ke ibu tadi. Kemarin Asmara terlihat sakit. Saya hanya ingin memastikan keadaannya. Jika ternyata dia baik - baik saja ya sudah."     Ibu itu nampak berpikir. Ia sebenarnya memikirkan perasaan penyewa kost nya juga. Seandainya pintu kamarnya dibuka, pasti penyewa kost aka merasa kurang nyaman. Tapi kalau tidak dibuka, mereka juga tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.     "Ya sudah langsung kamu buka saja kamarnya, Nak." Akhirnya ibu kost memberi izin.     "Terima kasih Bu." Athar benar - benar bersyukur. Pemuda itu kemudian segera memutar knop pintu.     Dan nihil. Pintu tidak bisa terbuka. Terkunci dari dalam.     "Oh, berarti benar Asmara ada di dalam." Ibu kost menyeletuk. "Kalau begitu saya ambilkan kunci cadangan saja, ya. Kamu tunggu di sini sebentar ya."     "Maaf merepotkan ya bu." Athar merasa sungkan sekaligus berterima kasih.     Ia menunggu dengan was - was. Masih dengan berbagai pikiran dugaan tentang Asmara. Semoga tidak terjadi apa - apa. Semoga Asmara baik - baik saja.     Ibu kost kembali beberapa saat kemudian. Membawa sebuah kunci di dalamnya. Ia tanpa ragu memasukkan kunci ke lubang. Lalu terbuka lah kamar Asmara.     Baik Athar atau pun ibu kost segera melongok masuk.     Ya, Asmara ada di dalam sana. Ia terbaring di atas ranjangnya. Ia sepertinya tidur. Tapi tidak mungkin orang tidur tidak mendengar sama sekali ketukan demi ketukan yang dilakukan Athar dan ibu kost tadi.     Tanpa ingin menunggu lama, Athar dan ibu kost segera masuk ke kamar Asmara. Mereka mendekati empunya kamar di atas ranjang.     Kamar gelap karena jendela belum dibuka,  masih tertutup tirai. Jadi mereka tidak terlalu jelas menatap Asmara. Ibu kost segera menyalakan lampu yang tak jauh dari jangkauan nya.     Asmara nampak begitu pucat. Sudah lama Athar tidak melihat sosok Asmara tanpa kupluk. Rambut Asmara kini nampak begitu tipis.     "Mata ... Asmara ...." Athar berusaha membangunkan Asmara dengan menggoyangkan kakinya.     Ibu kost pun membantu membangunkan dengan menggoyangkan lengan. Namun Asmara tetap tidak memberi respons.     ~~~~~ Asmara Samara ~~~~~     -- T B C --       
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD