Pertemuan Tak Terduga

1073 Words
*** Sepertinya Eko tengah bercanda dan salah minum obat pagi ini. Pasalnya, minggu pagi kali ini dirinya mengajak ke tiga sahabatnya untuk jalan-jalan atau joging di pagi hari. Mereka berempat bahkan belum ada yang mandi. Hanya dengan menggunakan kaos yang berbeda-beda warna dengan celana bahan di atas lutut. Ke empatnya kompak makan bubur di pinggir jalan setelah selesai joging. "Eh itu btw lo kerja di mana?" tanya Eko sambil mengunyah bubur. "Oh...di restoran." "Wah lo jadi chef ya pasti?" Uhuk...uhuk... Zafar terbatuk-batuk mendengar profesi yang temannya itu duga. Ia dengan cepat menggeleng. "Bukan, tapi tukang anter makanan." Eko hanya mengangguk lalu melahap buburnya kembali "Gue juga keknya mau cari kerja ajah deh. Bosen nganggur terus." "Lo ngerasa jadi beban enggak?" tanya Raka "Enggak sih. Gue sih santai -santai ajah. Cuma ya gabut ajah gitu di kostan diem-diem bae." "Definisi kerja cuma hobi,"ujar Oka lalu meneguk teh manis hangat. "Lo sih enak, harta lo di mana-mana. Beli makan buat sebulan ajah gak mikirin tuh." "Ya elo makanya yang rajin kerjanya," ujar Raka ketus. "Kalau gue rajin nih ya kerja. Yang ada duit si Oka gak ada yang make. Kan itung-itung pahala buat dia, biar berguna gitu kalau gua yang pake." "Itu lo banyak utang namanya gelo," ujar Raka. Oka dan Zafar hanya menggeleng-geleng melihat aksi perdebatan mereka. "Udah sih lo debat mulu. Tuh bubur cair yang ada gak enak," ujar Oka nampak sedikit terganggu aktivitas makannya. Mereka berempat kembali pulang ke kostan. Nampak semua terlihat kelelahan. Zafar ke dapur untuk mengambil air minum. Yang lainnya pergi ke kamar untuk mandi dan juga mengganti pakaian. Sudah berjalan dua minggu Zafar di Jakarta. Tetapi, ibu dan bapaknya tak kunjung ada kabar. Bahkan, sejak ia sampai di Jakarta saja tidak ada yang menghubunginya. Perasaan Zafar pagi ini menjadi sedikit tidak tenang. Ia khawatir dengan kondisi orang tuanya di kampung halaman. Apa kedua orang tuanya baik-baik saja? Pasalnya, hatinya sedang tidak enak. Zafar meminum air mineral tersebut, lalu menaruhnya kembali ke kulkas. Ia berjalan menuju kamar bersiap mandi. Setelah itu merebahkan tubuhnya. Minggu ini tidak ada jadwal, ia ingin sekali istirahat seharian penuh karena senin kembali beraktivitas. *** Oka baru saja ingin menonton tv, tiba-tiba saja Eko sudah rapi dan ingin mengajaknya keluar. Tadinya, Raka juga akan pergi ikut dengan mereka. Tapi, Raka ada urusan mendadak. Oka dan Eko memilih pergi tanpa ada Raka. Meskipun tanpa tujuan, setidaknya Eko sudah mau bangkit dari kasur. Itu sudah membuat Oka sedikit lega. Tapi, belum lama ia bersyukur Eko sudah ada pergerakan kini cowok itu justru mengajaknya sengaja untuk membayar makanan yang ia beli. Sedih. Zafar, lelaki itu tak tahu arah mau ke mana. Rebahan di kostan sangat tidak enak dan tidak nyaman. Entahlah apa yang lelaki itu pikirkan. Dari pada membuang-buang waktu hanya untuk berkhayal tak jelas. Ia memilih jalan-jalan mencari jajanan ringan yang ada di pinggir jalan. Biasanya pedagang kaki lima itu banyak sekali. Hemat-menghemat tetap harus berjalan. Zafar juga tak mau berfoya-foya. Ia harus tahu diri sekarang ia tengah di kota yang katanya kejam. Tapi, memang keadaannya begitu. Kalau ia menghambur-hamburkan uang, bisa saja akhir bulan ia akan kelaparan dan juga tak bisa bayar untuk makan juga kosannya. Zafar menghela nafas. Ia melihat ada tukang siomay yang tak jauh dari kostan. Lelaki itu duduk di bangku panjang dengan melebarkan kedua kakinya selebar bahu. Tak ada pembeli selain dirinya. Ia memesan satu mangkuk siomay dan dimakan langsung di sana. Tak jauh dari seberangnya, Zafar melihat tukang es doger. Sepertinya itu enak. Dan dia akan mencoba. Sepuluh ribu cukup untuk ia keluarkan. Zafar lagi-lagi harus ingat kondisi dompet kulitnya. Maklum, derita anak ngekost. Prihatin. Tapi, begitulah kehidupan. Harus bisa memutar otak juga kan untuk kebutuhan. Setelah kenyang, ah bukan kenyang tetapi, cukup untuk isi lambung, Zafar kembali melanjutkan perjalanan. Ya, jalan. Ada pohon mangga, sepertinya boleh juga ia pinta sedikit. Segar sekali, warnanya juga menggoda. Tapi, mungkin juga ia tidak akan dapatkan apa yang ia inginkan. Guk...guk..guk... Suara anjing menggonggong di halaman rumah yang besar itu membuat Zafar harus melarikan diri. Napasnya tersengal-sengal. Meski anjing galak itu tidak mengejarnya. Tetap saja Zafar ketakutan. Zafar menarik napas dalam dan mengembuskannya. Setelah napasnya sudah teratur ia baru melanjutkan perjalanan. Kemungkinan dia akan pulang. Zafar hendak menyebrang jalan, saking fokus dan ingin cepat tiba di kost, ia sampai lupa menoleh kiri dan kanan. Dari arah pertigaan, mobil Lamborghini berwarna kuning melintas. Cittt..... Deg. Kaki Zafar lemas. Di tengah jalan, ia hanya bisa diam sembari menutup matanya. Mobil berhenti, untunglah tidak sampai menabrak dirinya. Dia selamat. Tapi, naas sekali kena marah orang yang menyetir mobil tersebut. Wajar saja, Zafar kan memang salah karena, menyebrang jalan tanpa lihat kiri-kanannya. Seorang gadis cantik, menutup pintu mobilnya dengan keras. Ia berjalan menghampiri Zafar dengan wajah yang kentara marahnya. "Heh! Gila ya lo. Lo mau bun-" "Lo!" Farah tersentak saat dengan jelas melihat siapa orang bodoh mau bunuh diri ini-pikirnya. "Lo lagi lo lagi! Kenapa sih gue tuh sial mulu kalau ketemu lo," ujar Farah meluapkan kekesalannya. Menyilangkan kedua tangan di depan d**a, Farah kembali menyerang Zafar dengan kata-kata pedasnya. "Lo kalau mau bunuh diri, cari temat yang bagusan mending. Dan jangan libatin orang lain juga. Oh lo sengaja ya, mau buat gue kelihatan jahat dan di tuduh bunuh lo?" Farah memicingkan matanya. "Enggak." Zafar menjawabdisertai gelengan kecil. "Alah bohong lo! Minggir sana, lo ngalangin jalan gue," ujar Farah ketus seraya mengibaskan rambut hingga mengenai wajah Zafar, bahkan ujung rambut gadis itu hampir saja mencolok mata Zafar. Matanya berkedip sejenak, Zafar mengusap-usap wajahnya. "Apa cewek Jakarta sejudes dia?" gumam Zafar. Suara klakson mobil gadis itu membuat Zafar tersadar untuk cepat ke sisi jalan. Zafar mengelus d**a. Dalam hati beristigfar. Ia juga salah tadi karena, tidak lihat-lihat jalan lagi ada kendaraan yang lewat atau tidak. Alhasil, dia bertemu dengan seseorang wanita yang ia suka, sayang ceweknya judes dan jutek. Bagaimana bisa Zafar mendekati dia kalau pertemuan mereka saja tidak pernah diwarnai dengan kedamaian? Zafar berdoa dalam hati, si cantik yang tadi marah-marah kepadanya suatu saat semoga akan jadi kekasihnya, aamiin. Zafar tak sadar sudah hampir 1 jam ia keluar kamar kost, ia melangsungkan perjalanannya ke tempat kost. Pulang dari sini, ia akan menceritakan pertemuannya dengan Farah, wanita cantik, bawel dan tukang marah. Meski begitu, Zafar merasa dia berbeda. Dalam artian, dia punya hal spesial di mata Zafar. Meski kuno masalah percintaan, naluri seorang laki juga bukannya kuat, kan? Tak apa jika tadi kena marah, yang terpenting, dia bisa bertemu gadis itu lagi, loh kenapa jadi senang begini ya? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD