1. Cinta Monyet Arjuna

1345 Words
Pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Laki-laki itu bertempur didapur dengan spatula dan penggorengan yang ada diatas kompor. Membuat nasi goreng cinta untuk orang yang spesial. Nasi goreng rasa cinta itu selalu ia masak setiap hari untuk sarapan perempuan itu. "Masak lagi, hmm?" Arjuna terkejut dan refleks memutar tubuhnya kebelakang. "Bunda ngagetin aku." Athena terkekeh. "Rajin banget masak tiap pagi. Bunda bisa masakin." "Bunda tau ini spesial buat siapa. Kalo buat aku, boleh deh dimasakin Bunda." Arjuna cengar cengir sambil menuangkan nasi goreng yang sudah matang itu kedalam kotak bekal. Athena hanya menggelengkan kepalanya. Melihat Arjuna setiap pagi membuat nasi goreng bukan sesuatu yang aneh lagi untuknya. Putra sulungnya ini sudah melakukan ini sejak dua tahun yang lalu. "Kamu cepetan mandi sana." ucap wanita itu. "Bunda mau buat sarapan." Arjuna mengangguk setelah ia selesai membuat sarapan untuk Fika. "Iya Bunda." katanya lalu Arjuna mengecup pipi Ibunya. "Selamat pagi, Bunda." Athena terkekeh lagi. "Iya, selamat pagi juga Sayang." katanya. Setelah Arjuna mendapat sapaannya kembali, laki-laki itu berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Bergegas untuk membasuh tubuhnya dan siap-siap berangkat sekolah. Setengah jam kemudian Arjuna sudah siap. Arjuna mengacak rambutnya dengan tangannya, menggoyang-goyangkannya agar terlihat lebih rapih. "Pagi penduduk Galaksi!" sapa Arjuna ketika ia sampai di ruang makan. Disana sudah ada kedua orang tuanya dan adik keduanya. Hanya saja dua adik kembarnya belum terlihat. "Pagi Sayang." ucap Dean. Athena hanya tersenyum. Ia tidak menjawab karena merasa sudah menyapanya tadi. Lucu bukan? "Pagi A." ucap Beverly, adiknya. Dean dan Athena memiliki empat anak. Tiga diantaranya perempuan. Semua hanya beda satu tahun dari jarak kelahiran anak sebelumnya. Kecuali dua anak terakhir mereka, mereka terlahir kembar tidak identik jadi jarak kelahiran mereka hanya berbeda dua menit saja. Arjuna, Beverly, Chelsea dan Dasha. Mereka malaikat kecil yang menyempurnakan pernikahannya dengan Athena. Awalnya Dean sempat bertanya-tanya kenapa Athena terus saja hamil lagi setelah beberapa bulan melahirkan. Pasalnya pada tahun-tahun pertama pernikahannya, mereka sangat menantikan hadirkan anak diantara mereka. Tapi saat seorang anak hadir ditengah keluarga kecilnya, Athena justru terus hamil setelah melahirkan. Dan Athena hanya menyalahkannya. Padahalkan Dean tidak bersalah. Itu kewajiban Athena melayaninya. Hehe... "Pagi semuanya.." sapa si kembar tapi beda itu. Satu persatu menyapanya kembali. Dua gadis yang duduk di kelas sepuluh itu duduk berdampingan menerima nasi goreng dari Bundanya. "Ayah, Bunda, Aa berangkat dulu ya." ucap Arjuna sambil memasukkan kotak bekal itu kedalam tas-nya. "Makannya di habisin, Arjuna. Ayah gak pernah ngajarin kamu untuk menyisakan makanan. Kalo makan ya harus di habisin." omel Dean dengan tegas. Selama ini ia selalu mendidik anak-anaknya dengan tegas namun tidak terkesan kasar. Contoh didikannya adalah seperti tadi. Jika makan jangan di sisakan dan harus habis, tidak boleh membuang sampah sembarangan, harus menolong orang lain yang sedang kesusahan. Dan masih banyak lagi didikan yang Dean dan Athena yang ia ajarkan kepada anak-anaknya. Dengan malas Arjuna kembali memakan makanannya yang tidak tersisa beberapa suapan saja. Saking buru-burunya ia sampai tersedak. "Pelan-pelan kalau makan, Sayang." Athena memberinya segelas air. "Bun, kalo gak buru-buru nanti aku bisa telat. Kak Fika bisa keburu berangkat." ujarnya. Ketiga adiknya mendengus bersamaan, berbeda dengan Athena yang malah terkekeh. "Ya sudah. Kamu berangkat sana. Hati-hati dijalan dan jangan ngebut." peringat Athena. "Iya, Bunda." katanya setelah minum. "Aku berangkat ya. Kalian bertiga sama Ayah aja, Oke?" katanya. "Kita kan emang sering sama Ayah. Mana pernah kita bertiga berangkat bareng Aa." ucap Beverly lalu mencebikkan bibirnya. Arjuna terkekeh. "Habisnya kalian gak pernah mau ngasih uang isi bensin. Nebeng gratisan mulu." "Ih, semiskin apa sih Aa sampe gak bisa beli bensin sendiri?" Chelsea juga ikut mencebikkan bibirnya. Arjuna hanya nyengir. Ia tidak menanggapi ucapan adik-adiknya. Ia meraih tangan kedua orang tuanya lalu mencium punggung tangannya. "Juna pamit ya. Assalamualaikum!" *** "KAK FIKA!!!" Arjuna berlari masuk kedalam kampus Galaksi saat ia melihat Fika yang berdiri di koridor. Perempuan itu baru saja datang bersama temannya. "Arjun, kamu ngapain ada disini?" tanya Fika. Walau ia sendiri sudah tau kenapa Arjuna ada disini. "Tadi aku ke rumah. Kata Om, Kak Fika udah berangkat jadi aku langsung susul kesini. Nih," ujarnya sambil menyerahkan kotak makan berisi nasi goreng cinta itu kepada Fika. "Kamu jauh-jauh kesini cuma buat ini?" Fika terkekeh pelan. "Ya ampun, kamu gak perlu kaya gitu. Lain kali kalo aku udah berangkat, kamu gak usah nyamperin kesini. Jauh, Jun, kamu kan sekolah." Arjuna mengangkat bahunya acuh. "Jangan lupa dimakan. Aku pergi dulu." katanya. Tak lupa ia mengacak puncak kepala Fika, membuat teman Fika itu memekik tertahan. Fika menghela nafasnya lalu merapihkan rambutnya. "Hati-hati. Awas kesiangan." Arjuna hanya melambaikan tangannya tapi tidak berbalik. Baginya, jika setiap pagi harus menyusul kesini hanya untuk mengantarkan nasi goreng tidak apa-apa karena itu untuk Fika. Tidak ada yang sia-sia jika menyangkut Fika. Arjuna tidak akan pernah bosan membuatkan Fika nasi goreng itu. Butuh waktu setengah jam untuk sampai di sekolahnya. Gerbang hampir saja ditutup jika Pak Kumis tidak melihat mobilnya. Mobil anak pemilik sekolah. Lapangan upacara Galaxy Senior High School sudah ramai oleh murid-murid yang siap melaksankan upacara. Arjuna memarkirkan mobilnya di parkiran khusus guru---kebiasaannya. Laki-laki itu bergegas turun dan menyampirkan tas di bahu kirinya. "Woy! Juna! Buruan simpen tas-nya sebelum keliatan Pak Jali!" seru Malik, teman baiknya dari arah lapang. Arjuna hanya mengangguk singkat. Ia masuk kedalam lift yang akan membawanya ke lantai tiga dimana kelasnya berada. Saat pintu lift terbuka, Arjuna lari ke kelasnya dan melempar tas-nya dengan asal lalu kembali ke lift untuk pergi ke bawah. Didalam lift ia berkaca untuk membetulkan penampilannya. Seragam Galaksi beda dari seragam sekolah SMA pada umumnya di Indonesia. Entah apa yang ada di pikiran Kakeknya dulu sehingga membuat seragam sekolah seperti ini. Baju seragam untuk siswa laki-laki kemeja putih lengan pendek dengan garis warna navy di setiap ujung tangan seragam dan kerah. Celana panjang berwarna navy dengan garis putih di ujung kaki. Rompi tanpa lengan dengan logo Galaksi di d**a kiri. Dasi panjang berwarna navy. Untuk juga perempuan sama, hanya saja perempuan menggunakan rok skirt berwarna navy dengan garis putih bagian bawahnya. Lalu baju olahraga juga, kaos olahraga berlengan pendek berwarna navy dengan garis putih di ujung lengannya dan training berwarna navy panjang. Semuanya berwarna navy. "Kemana aja sih lo, hampir aja telat." ucap Malik ketika Arjuna sudah bergabung dengan mereka di barisan kelasnya. "Biasa." sahutnya. "Nyamperin dulu cinta monyet, he?" Zoe menyeringai. "Jun, Jun, sampe kapan lo mau ngejar dia mulu. Dia udah empat kali ganti pacar dan lo masih aja ngarep." "Ya sampe gue sama dia resmi." Malik menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kegigihan Arjuna dalam mendapatkan Fika. "Kalo gue lihat tatapan mata Fika saat dia natep lo, gak ada sama sekali rasa yang sama kaya lo kasih ke dia." katanya sambil menepuk bahu Arjuna. "Lo temen gue bukan sih? Bukannya ngedukung, malah bikin down." "Kita cuma gak mau lo terus ngejar yang bahkan gak pernah ngelirik lo sama sekali." ujar Zoe. "Terus apa kabar sama lo berdua? Cinta kok segiempat." katanya lalu ia tersenyum meledek. "Masih mending gue dong. Gak ada segidua, segitiga, segiempat." "Rese lo ah!" Zoe meninju bahu Arjuna. Arjuna tertawa. "Makanya gak usah ngecengin gue." *** "Aa, tadi darimana sih? Kok telat?" tanya Eve. "Ke kampus." "Ngapain?" gadis itu mengernyitkan dahinya. "Biasanya, Eve, ngapel dulu." sahut Malik. Eve berdecak. "Rela telat cuma buat nganterin nasi goreng ke Kak Fika? Jauh-jauh?" Eve geleng-geleng kepala. "Aa coba move on deh." "Betul kata Eve." ucap Zoe. "Mending lo move on aja. Cari cewek lain. Jangan dia lah, Jun." "Apaan sih kok kalian jadi ikut-ikutan Eve." Arjuna mendengus. "Gini ya A, saran Eve mending Aa cari cewek lain aja. Cewek di sekolah ini banyak A, ratusan. Kalopun Aa gak jadi sama Kak Fika, Aa gak bakalan pisah sama Kak Fika. Om Taufik sama Ayah kan sahabatan dari lama." "Gak semudah itu, Eve. Kamu tau Aa udah dari lama suka ke Fika. Susah." sahutnya. "Lagian ya udah sih. Aa yakin dia pasti bakalan mau sama Aa. Tinggal di rayu sedikit lagi juga luluh." "Duh, lo batu banget sih di kasih saran juga." ujar Malik gemas. "Pokoknya coba deh buat deket salah satu cewek disini. Siapa tau aja nyantol di hati lo. Atau gak lo terima aja si Ega, dia kan udah suka sama lo dari lama. Semua orang tau itu." "Ogah. Daripada si Ega gue kasih cinta, mending gue kasih baju. Kurang bahan gitu." ujar Arjuna. Ketiganya terbahak seketika. Memang sih, pakaian Ega memang kurang bahan. Entah itu di sekolah atau diluar sekolah, sama-sama kurang bahan. "Coba aja. Siapa tau aja." ucap Zoe disela-sela tawanya. Arjuna mengabaikannya dan lebih fokus pada baksonya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD