8. Restu orang tua

1127 Words
Tak terasa sudah satu minggu Luphidah bekerja dirumah keluarga Dehan. Sejak itu juga gadis yang biasa disapa Luphi, mengalami gangguan dari Mario. Terkadang Mario meminta Luphi membuatkan mie instan di tengah malam dan saat mienya matang Mario membuangnya di wastafel. Entah mengapa seolah menjahili Luphi adalah hal menyenangkan bagi Mario. Apalagi saat Luphi hanya diam saja dan juga menurut dengan apa yang diperbuat oleh Mario. Berbeda dengan Mario. Luphi justru bersyukur atas kejahilan yang dilakukan Mario padanya, baginya hal itu cukup untuk bisa dekat dengan pria yang disukainya. Ya Mario adalah cinta pertama Luphi, pria yang bisa membuatnya merasakan debaran aneh didadanya. Namun Luphi hanya memendam perasaannya, ia sadar diri akan posisinya saat ini. Mario adalah majikannya sementara ia, hanya seorang pembantu dirumah ini. Tidak ada yang menyadari akan perasaannya pada Mario. Namun tanpa ada yang tahu juga, bahwa ada pria lain yang menyukai Luphi. Memendam rasa pada gadis manis dan tegar, mereka dekat tapi terasa jauh. Salalu membela Luphi saat Mario mengganggu dan menjahilinya. Memarahi Mario jika keterlaluan pada Luphi. Ya, pria itu adalah Dehan. Yang selalu jadi garda terdepan saat Mario mengusili Luphi. “Kamu itu kenapa selalu mengganggu Luphi, hah?” tanya Dehan saat mengetahui Mario menumpahkan jus kelantai yang baru saja di pel oleh Luphi. “Aku tidak sengaja, Mas,” ucap Mario. “Tidak sengaja kok keterusan. Sekarang kamu bersihkan itu,” ucap Dehan. “Tidak perlu, Mas. Biar saya saja yang membersihkan,” ucap Luphi. “Tapi–“ “Tuh, si ontel saja tidak keberatan. Kenapa Mas yang sewot? Mas naksir sama nih bocah?” Dehan salah tingkah. Mau menjawab tidak, tapi dia memang menyukai Luphidah. Mau menjawab iya. Tapi ini didepan Luphi. Rasanya momen yang tidak pantas bukan? Dehan hanya berdehem. “Aku membela dia karena aku yang membawanya kemari, jadi jika terjadi apa-apa sama dia, aku yang susah. Dan satu lagi, aku tidak ingin membuatmu jadi orang yang suka membully seperti ini,” ucap Dehan mengelak. “Sok ae Kang. Aku sudah biasa melakukan itu padanya, sudahlah. Aku mau berangkat latihan sama anak-anak. Eh Ontel, nanti jangan lupa belikan aku cemilan di minimarket,” ucap Mario seraya memberikan uang pada Luphi. “Kenapa tidak beli sendiri? Bukannya kamu juga akan keluar?” tanya Dehan. Mario tidak menggubris, ia malah melenggang meninggalkan kedua orang yang ada disana. “Kamu itu jangan mau di jahili terus sama Mario. Lebih tegas sedikit kalau jadi wanita itu,” ucap Dehan. Luphi hanya menunduk seraya mengangguk. Hari berganti hari, sikap Mario pada Luphi tetap saja jahil dan suka mengganggu Luphi terkadang hal itu juga membuat Luphi jengkel. Namun Dehan selalu membela Luphi. Hingga suatu hari kedua orang tua Dehan menyadari perubahan sikap Dehan. Dulu sebelum Luphi ada dirumah ini, Dehan sangat jarang pulang, ia memilih tinggal dirumahnya sendiri, ya Dehan memiliki rumah sendiri yang tak jauh dari kediaman kedua orang tuanya. Namun sejak ada Luphi, Dehan kembali memilih tinggal bersama kedua orang tuanya, dan lagi sikap Dehan terhadap Luphi membuat kedua orang tuanya yakin jika anak mereka telah jatuh cinta pada sosok gadis manis bernama Luphi, yang tidak lain adalah asisten rumah tangga mereka. “De, kamu gak kerja?” tanya Handi saat mereka berdua berada di taman belakang. “Nanti siang Pa. Pagi ini tidak ada pekerjaan,” jawab Dehan. “De? Boleh Papa tanya sesuatu sama kamu?” “Iya Pa, mau tanya apa?” tanya Dehan. “Apa kamu menyukai seseorang?” Seketika itu Dehan tersedak ludahnya sendiri. “Kenapa De? Benarkah itu?” tanya Handi. “Kenapa Papa tiba-tiba menanyakan hal itu?” “Kamu menyukai Luphidah ya?” lagi-lagi Dehan terbatuk mendengar pertanyaan sang Papa. “Papa apa-apaan sih?” ucap Dehan seraya mencoba menetralkan batuknya. “Papa hanya bertanya, tapi sepertinya itu benar adanya,” ucap Handi. “Mama setuju, sepertinya hal itu memang benar Pa,” ucap Linda yang datang membawa teh untuk kedua pria itu. “Jangan menutupi perasaanmu, De. Jujur saja. Tidak baik memendam perasaan,” ucap Handi. “Yahh. Ketahuan deh. Padahal aku tidak bicara sama siapa pun loh. Dari mana kalian tahu coba?” “Kamu lupa kalau kita ini orang tuamu? Apa pun yang kalian berdua alami dan lakukan kami sebagai orang tua selalu memahaminya. Lagi pula kamu itu sudah dewasa dan sudah saatnya untuk menikah,” ucap Linda. “Tapi kalian setuju jika aku menyukai Luphi?” tanya Dehan hati. Linda dan Handi tersenyum melihat anak mereka akhirnya menyukai seseorang. Ya selama hampir tiga puluh tahun usia Dehan. Belum pernah mereka melihat sang anak menyukai seorang gadis. Bahkan mereka sempat berpikir yang tidak-tidak soal Dehan. Maka dari itu Linda dan Handi tidak pernah menentang siapa saja gadis yang mereka sukai. Asalkan kedua anak mereka bahagia itu sudah cukup bagi mereka. “Apa kami pernah meminta kalian memilih wanita dari kasta dan harta? Tidak kan. Siapa pun itu kami akan mendukung kalian. Apalagi Luphi adalah gadis baik dan juga tekun. Mama dan Papa akan mendukung kalian berdua,” ucap Linda. “Aku tidak ingin pacaran dengan dia kalau bisa aku akan menikahinya,” ucap Dehan. “Jika itu maumu kami akan membantu,” ucap Handi. “Tapi si Mario terlihat tidak menyukai Luphi. Bahkan selalu usil dan jahil pada Luphi,” ucap Dehan. “Apa kamu cemburu pada adikmu sendiri?” goda Handi. “Tentu saja Pa. Dia sangat menyebalkan,” jawab Dehan. “Makanya segera ungkapkan perasaanmu pada Luphi,” ucap Linda. Dehan hanya tersenyum mendengar ucapan kedua orang tuanya, ia tak menyangka jika mama dan papanya akan menerima Luphi, yang notabenenya adalah seorang asisten rumah tangga di sini. Ya memang kedua orang tuanya tidak pernah melarangnya dan juga Mario dalam memilih pasangan, siapa pun dan bagaimana gadis pilihan mereka akan diterima dengan baik di keluarganya. Tapi yang menjadi pertanyaan Dehan. Apakah Luphi mau menikah dengannya? Secara usia mereka berbeda sepuluh tahun. Ah sepertinya Dehan akan di cap sebagai Om-om nantinya. Tapi apa peduli Dehan. Yang terpenting ia harus segera mengungkapkan perasaannya pada Luphidah sang pujaan hati. Dan ia akan berusaha agar Luphi mau menerima perasaannya nanti. “Jangan senyum-senyum seperti itu, De. Nanti kamu kesambet dan jadi gila. Kalau kamu sudah gila Mama jamin Luphi tak akan mau padamu,” ucap Linda yang melihat Dehan senyum-senyum tak jelas. “Mama apaan sih? Sudahlah aku mau siap-siap dulu, nanti takut telat,” ucap Dehan lalu pergi meninggalkan kedua orang tuanya. “Apa Mama tidak masalah soal Luphidah?” tanya Handi pada istrinya. “Memang kenapa dengan Luphi Pa? Dia anak yang baik dan terlihat begitu menyayangi keluarga. Lagi pula, baru kali ini anak sulung kuta itu jatuh cinta, mungkin ini cinta pertamanya, apa kita tega mematahkannya? Mama tidak masalah, asalkan Dehan bahagia, Mama juga bahagia,” jawab Linda. “Semoga saja Luphi mau menikah dengan Dehan.” “Amiiin!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD