bc

Labirin Hatimu

book_age18+
125
FOLLOW
1K
READ
HE
love after marriage
goodgirl
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

"Aku telah mengucapkan ijab qobul atas namamu, tapi aku belum bisa memiliki hati, bahkan ragamu."

–Dehan Morgarano–

"Aku milikmu, tapi hati dan ragaku, belum bisa ku berikan padamu."

–Luphidah Hapsari–

Dua orang yang di pertemukan dalam kejadian yang unik, hingga keduanya harus menjalin sebuah hubungan pernikahan karena terpaksa, bagi Luphidah. Apakah keduanya akan bahagia atau cinta akan tumbuh di antara keduanya?

Cari tahu kisah mereka hanya di sini.

chap-preview
Free preview
Luphi
“Ibu!!” teriakan seorang gadis menggema di seluruh rumah kontrakan kecil, dengan langkah yang sedikit berlari gadis itu mencari keberadaan sang Ibu, namun saat menemukan sang Ibu gadis itu langsung terkejut. “Ibu! Bu bangun, ya ampun kenapa bisa jatuh?” “Ibu tergelincir tadi.” “Syukurlah Ibu tidak apa-apa, lain kali Ibu jangan melakukan apa pun ,” ucap Luphi. “Ibu hanya ingin memeriksa sesuatu, Phi,” jawab Ibunya. “Aku kaget, Bu. Ibu jangan seperti itu lagi ya,” lirih Luphi seraya memeluk Ibunya. “Maafkan Ibu, Sayang.” “Ibu sudah makan?” tanya Luphi, dan Ibunya mengangguk. “Oh iya, Bu. Luphi lulus, dan dapat nilai tinggi,” ucap Luphi antusias. “Benarkah?” Luphi mengangguk. “Setelah ini kamu mau kuliah di mana, Phi?” tanya sang Ibu. “Luphi tidak mau kuliah, Bu.” “Kenapa? Kamu kan bisa cari beasiswa prestasi, dan ibu ada sedikit tabungan kalau untuk pendaftaran kamu saja,” ucap Ibunya. “Sebaiknya uang itu untuk pengobatan Ibu saja, kalau soal kuliah nanti juga bisa Bu.” “Ibu ingin yang terbaik buat kamu, Phi!” ucap Ibunya. “Yang terbaik buat Luphi adalah kesehatan Ibu, jika Ibu sehat Ibu bisa kerja carikan uang yang banyak buat kuliah Luphi,” ucap Luphi seraya tersenyum. “Kita bicarakan nanti lagi ya, sekarang kamu ganti baju sana.” Luphi pun berjalan menuju kamarnya, dia segera membersihkan diri dan juga berganti pakaian. Inilah yang di sukai oleh Bu Rosma, Ibu dari Luphi, anak gadisnya itu sangat mengutamakan dirinya. Satu tahun lalu Bu Rosma, mengalami sakit dan membuat aktivitasnya terbatasi, dan dia hanya bisa tinggal di rumah seraya membuat kue untuk di jual oleh Luphi. Sambil sekolah Luphi membawa kue-kuenya untuk di titipkan di rumah makan ataupun di kanti sekolah, sebenarnya Bu Rosma tidak tega melihat Luphi melakukan pekerjaan itu, tapi mau bagaimana lagi kini Bu Rosma hanya bisa mendoakan akan kebahagiaan anak gadisnya itu. Kini anak gadisnya telah tamat sekolah menengah atas dan tidak berniat melanjutkan ke jenjang kuliah dan memilih untuk menggantikan pekerjaan dirinya sebagai pedagang kue. “Bu, aku besok mau ke pasar,” ucap luphi saat dirinya telah selesai membersihkan diri. “Mau apa kamu ke pasar? Mau belanja bahan kue?” tanya Bu Rosma. “Bukan Bu, aku mau melihat kios Ibu, dan membersihkannya, aku berniat akan membuka kios Ibu lagi dan berdagang kue, serta mau menjual bahan dapur sedikit-sedikit dulu,” ucap Luphi. “Baiklah, nanti pakai tabungan Ibu untuk modal jualan bahan dapur.” “Tidak usah Bu, Luphi punya tabungan kok, meskipun tak banyak, tapi cukuplah untuk modal belanja, kalau uangnya kurang nanti aku bilang ke Ibu,” ucap Luphi. “Baiklah, tapi kalau kamu membutuhkan uang lagi katakan pada Ibu.” “Aku mau masak dulu, Bu. Ya ampun tadi aku di kasih sayur sama Bu Rita, tapi aku taruh di mana ya?” ucap Luphi saat dia menyadari jika tadi dia membawa sayur. “Apa di bawah kolom meja itu, Phi?” ucap Bu Rosma seraya menunjuk ke arah keresek yang terdapat di bawah kolom meja. “Ya ampun iya, Bu,” ucap Luphi seraya menunduk mengambil sayurannya. Luphi pun melangkah ke arah dapur dan melakukan aktivitas dapurnya, sementara Bu Rosma menyiapkan bahan untuk membuat kue. Bu Rosma menderita asam urat dan sakitnya itu sudah terlalu parah dan Beliau juga jarang periksa ke dokter karena beralasan uangnya untuk kuliah sang anak, namun anak gadisnya tidak mau melanjutkan kuliah, entah bagaimana kedepannya apakah uang tabungannya akan di pakai untuk berobat atau di berikan pada Luphidah. Setelah selesai memasak, Luphi dan Bu Rosma makan bersama dan di lanjutkan acara membuat kue untuk di jual esok hari. Keesokan harinya, Luphidah pergi ke pasar, namun sebelum itu, dia terlebih dahulu mampir ke toko langganannya untuk menitipkan kue-kuenya. Sesampainya di pasar, Luphi segera membersihkan kios tempat Ibunya dulu berdagang, dia mulai menyapu dan mengelap setiap sudut kiosnya, kiosnya tidak lah mewah karena berada di sebuah pasar tradisional kios dengan ukuran dua kali tiga meter dengan meja kayu dan juga sebuah kursi kecil untuknya duduk. Luphidah kembali menata ulang letak meja dan kursi, agar dia bisa berjualan beberapa bahan dapur seperti, minyak goreng garam dan lainnya. “Loh, Luphi? Apa kabar, Nak?” tanya seorang wanita seusia ibunya. “Eh, Bu Nani! Kabar saya baik, Bu. Ibu sendiri bagaimana kabarnya?” “Alhamdulillah, Baik, Phi. Ibu kamu kok lama tidak berjualan?” “Ibu saya sakit, dan ini sudah satu tahun lebih,” jawab Luphi. “Kiosnya kok di bersihkan? Mau di jual apa mau di pakai lagi?” tanya Ibu itu. “Mau saya pakai lagi, Bu. Insyaallah besok saya mau jualan lagi.” “Jualan apa?” “Masih aneka kue, Bu. Sama nanti juga mau coba jualan bahan dapur.” “Ya sudah, kamu yang semangat ya, salam buat Ibu kamu,” ucap Ibu itu. “Iya Bu, terima kasih.” Luphidah pun kembali melanjutkan bersih-bersih kiosnya, setelah selesai membersihkan kiosnya, Luphi pergi ke sebuah toko besar untuk membeli bahan kue serta beberapa bahan dapur untuk dia jual besok, dengan peluh yang membasahi hampir seluruh wajahnya, Luphi mengayuh sepedanya seraya membonceng seluruh belanjaannya dan kembali ke kios untuk menyusun beberapa dagangannya di sana, agar besok dia tidak terlalu lama dalam menyusun semua dagangannya. Sesampainya di rumah Luphi di sambut senyuman dari sang Ibu, di wajah keriputnya itu, Bu Rosma menerima uluran tangan dari sang putri. “Bagaimana, Nak?” “Alhamdulillah Bu, lancar. Tadi aku sekalian belanja dan menaruhnya di kios Bu, jadi aku lama pulangnya,” ucap Luphi. “Tidak apa-apa, ya sudah kamu sebaiknya mandi sana, terus sholat setelah itu kita makan, tadi Ibu sudah masak sayur kangkung kesukaan ,” ucap Bu Rosma. “Wah, asyik. Ya sudah aku mau mandi dulu.” Luphidah pun melakukan aktivitasnya dan kemudian ia makan bersama dengan ibunya. Meskipun sederhana namun makanan yang ia makan adalah sebuah rezeki yang tak bisa di beli dengan apa pun. Rasa syukur dan senyuman tak pernah luntur dari bibir manis Luphidah. “Phi, kamu kapan mulai bekerja?" tanya Bu Rosma. “Hari Senin, Bu. Kenapa?” “Kalau kamu mau capek sebaiknya jangan buka kios dulu,” ucap Bu Rosma. “Tidak apa-apa, Bu dari pada aku diam saja, kan lumayan sambil bersilaturahmi dengan ibu-ibu di pasar. Lagi pula aku kan bisa sambil belajar mencari pembeli. Ibu jangan khawatir ya, cukup doakan Luphi saja,” ucap Luphi. “Ibu selalu mendoakan yang terbaik buatmu, Nak,” ucap Bu Rosma. “Terima kasih, Bu. Ayo Ibu makan yang banyak, biar cepat sembuh,” ucap Luphi. Dan mereka pun kembali menyantap makanan mereka dengan bahagia.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Istri Tuan Mafia

read
17.4K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.4K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
4.1K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.6K
bc

CINTA ARJUNA

read
13.5K
bc

Ayah Sahabatku

read
24.9K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
22.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook