Arumi si Perecok yang Hakiki

943 Words
Gubrak! Seorang gadis jatuh dari tempat tidurnya. Wajahnya meringis sakit sekaligus kesal. Ya Allah, apa makna dan maksud dari tingkah gadis ini? Dengan rambut yang acak-acak dia terduduk diam tanpa melakukan apapun. Mungkin dia sedang mengumpulkan nyawanya kembali. “Hoammm...” Arum menguap tanpa sanggup menahannya. Dia menutup mulutnya dengan tangan kiri. Seperti hadis riwayat muslim yang menyatakan ‘Menguap adalah dari setan, maka jika salah seorang diantara kalian menguap, hendaklah menahannya sedapat mungkin.’ Razeeta Arumi adalah seorang gadis kekanak-kanakkan yang memiliki kehidupan yang mewah. Maklumlah, dia adalah anak pengusaha terkenal sejajar dengan deretan pengusaha ternama dan papan atas. Kehidupan keluarga Arum memang berada digaris kesuksesan yang begitu melecit. Hal itu tidak menjadi keluarga Arum lupa dengan si Pemberi Rahmat, Allah swt. Harta boleh melimpah tapi jangan lupa amalan pahala harus bergelimangan. Sebab hidup di dunia hanya sementara, keabadian yang abadi adalah akhiratnya Allah swt. Ajaran Islam selalu tertanam pada diri Arum sejak kecil, namun sikapnya sulit diatur memang begitu menyusahkan. Dengan mata yang masih tertutup Arum berdiri malas dan melangkah keluar kamar. “Awww!” teriaknya saat kakinya tersandung kaki kursi belajar. Rasanya seperti tersetrum aliran listrik. Karena hal itu barulah mata Arum terbuka. Ternyata selain tak menggunakan kedua matanya, Arum juga tak menggunakan mata kakinya. Semoga saja Arum masih memiliki mata hati. Arum baru tersadar langit sudah berubah warna menjadi terang. Oh, sudah pagi rupanya. Pagi, Apa?! Pagi? Arum mengacak rambutnya. Dia melangkah membuka pintu, namun kembali lagi ke meja belajarnya. Aduh, mau apa dirinya? Arum berteriak resah! Binggung harus apa.Innalilahi, sholat subuh! Secepat kilat Arum meluncur ke kamar mandi. Hampir saja dia terpeleset karena buru-buru. Huh! Geger otak juga kalau sampai kebanting di kamar mandi. *** Hijab yang Arum pakai terlilit asal. Langkah kakinya terburu-buru masuk ke dalam mobil. Hari ini dia ada janji ketemu dosen pembimbingnya. Bagaimana mungkin dia bisa lupa? Hal yang lebih buruk apa lagi selain terlambat bertemu dengan dosen tergalak seantero kampus? Arum mengucapkan selamat tinggal pada dirinya sendiri. “Cepetan atuh Mang! Arum udah telat nih,” paksa Arum. Arum terus melirik arloji ditangan kirinya. Aish, jadwal ketemunya tinggal lima menit lagi, amat mendesak. Oh Doraemon, Dorayaki, Dora the explorer pinjamkan Arum s*****a penghenti waktu! “Neng Arum katanya mau jadi Duta Lalu Lintas, masak nyuruh Mang Ucup kebut-kebutan di jalan?” sahut Mang Ucup, sopir pribadi keluarga Arum. Jangan tanya mengapa Arum ingin menjadi Duta Lalu Lintas. Gadis ini bisa berubah seperti bunglon kapan saja. Dia bisa menjadi baik seramah mungkin, atau bahkan menjadi judes secerewet mungkin. Tingkahnya yang selalu merepotkan memang sangat membuat malu siapa saja yang berada di dekatnya. Arumi adalah perempuan karir dengan menjunjungi tinggi hak-hak wanita. Gadis ini benar-benar berani, bahkan tertodong pisau pun pernah dia rasakan dengan rasa kemanusian yang ada di muka bumi ini. “Aduh, kagak jadi nyalon dulu deh Mang. Ini mepet banget! Lain kali aja Arum kampanyenya.” balas Arum. Tangan Arum bergerak resah, duduknya tegak tak ingin bersantai sama sekali, “tancap gasnya, Mang! Cepetan!” Mata Mang Ucup berkedip-kedip memperhatikan dengan seksama wajah Arum. “Aduh, Neng gelis. Itu ada cabe nyempil digigi Neng Arum.” Apa? Cabe? Arum membulatkan matanya. Sontak dia langsung membuka kaca mobil berkaca pada spion mobil. Ih, ternyata benar kata Mang Ucup. Secuil cabe hijau berada tepat digigi depan Arum. Lantas Arum pun mencungkilnya. Namun, apa yang terjadi malah membuatnya kesal. Cabe itu tak mau hilang. Dengan dramatis Arum mengutak-utik giginya dengan menggunakan jarinya sendiri. Sampai tanpa sadar salah seorang pengemudi sepada motor yang berjalan di samping mobil Arum memperhatikan tingkah konyol Arum. “Cabenya nyangkut digigi ya, Mbak?” tanyanya. Skakmat! Arum pura-pura cenggengesan mengubar tawanya. Wajah Arum berubah kemerahan. Sedetik kemudian dengan lagak santai Arum duduk diam dan menutup pintu kaca mobil. Benar-benar memalukan! Arum merosotkan dirinya di jok mobil, malu. Sesampainya di depan gerbang kampus Arum langsung berlari masuk. Untunglah fakultas ekonomi tidaklah jauh dari gerbang masuk. Langkah Arum melemas saat melihat ruangan dosen sudah berada di depan matanya. Dia merapikan hijabannya, mengambil kaca memeriksa giginya lagi. Tidak lucu jika tersenyum dengan embel-embel cabe di depan dosennya. “Assalamuaikum, Pak.” ucap Arum setelah mengetuk pintu ruangan dan berjalan masuk. Pak Haris, dosen pembimbing Arum tampak sibuk di meja kerjanya. “Walaikumussalam. Keluar.” jawabnya. Arum terdiam. Apa pendengaranya salah dengar?  “Kau tuli?” “Hah?” Apa katanya? Tuli? Ya Allah sabarkan Arum. “Bisu juga?” Pertanyaan itu berhasil membuat Arum terpelonggo. Percis sekali seperti orang keterbelakangan mental, Rum. Mirip sekali. Pak Haris merapikan cepat mejanya dan menenteng tasnya melewati Arum. “Kamu terlambat. Saya ada janji sama dosen lain.” Arum hanya bisa mematung ditempat. Hari yang luar biasa. Padahal Arum hanya terlambat beberapa detik saja dan ajaibnya beberapa detik itu menjadi malapetaka bagi Arum. Good job, Arumi. *** Uap bakso mengepul. Arum yang sudah memegang alat perangnya. Dilumurinya bakso panas itu dengan saos, cabai, dan kecap. Kekesalannya selalu berujung dengan rasa lapar yang mengelora. Lidahnya m******t bibirnya sendiri. Arum pun duduk diam kemudian. Tangannya meronggo tasnya. Dengan begitu lancar dia mengetik pesan untuk sosok di luar sana. Namun ditunggu sampai beberapa detik tak ada balas. Sejujurnya Arum merasa sepi sekarang. Biasanya ada seorang gadis sepantaranya duduk di hadapanya. Namun kemana dia? Hari-hari Arum menjadi sangat sunyi saat semua mulai sibuk dengan kesibukan masing-masing. Terlebih lagi Arum yang harus sibuk untuk sidang skripsinya. Ah, lebik baik makan lagi. Sangking lahap dan laparnya Arum sambil minta tambah baksonya lagi. Oh iya, satu hal yang perlu kalian ketahui. Makan adalah hobi Arum dan punya tubuh yang ideal adalah rahmatan Ilahi untuk Arum. Menurut Arum pula, makan itu hobi yang mengasyikan. Mencicipi berbagai makan, aneka rasa, bumbu dan bahan. Luar biasa! Namun yang paling Arum suka adalah membuat kue. Kue? Mengingat itu Arum teringat sesuatu. Saat remaja dulu, dia pernah menyukai seorang lelaki. Lelaki yang malu untuk mengakui bahwa dia menyukai kue buatan Arum. Lelaki yang selalu memberi perhatian pada dirinya. Dan lelaki itu pula yang berani menjadi benteng pertahanan saat pisau terarah padanya. Pria Jum’at Al-Kahfi-ku, masihkan kamu mengingatku?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD