Bab 2

1480 Words
Kesibukan Dinar di kampus menjadi salah satu pemicu pertengkaran keduanya. Seperti biasanya Dinar lebih memilih mengalah daripada melanjutkan pertengkaran. Berusaha mencari waktu untuk bisa jalan-jalan berdua dengan Revan, biasanya akan dilakukan saat Sabtu. Tidak setiap Sabtu bisa bersama, terkadang Dinar juga harus membuat tugas dari dosen. Tugas menjadi mahasiswa dua jurusan sekaligus ternyata sangat berat. Tak jarang dalam sehari semalam hanya tidur 3 jam. Dinar mengejar waktu untuk dapat lulus tepat pada waktunya. Revan yang lebih tua dari Dinar, terkadang bahkan sering kekanakan. Manja! Sayangnya Dinar mencintainya. Hubungan mereka sudah setahun berjalan, best couple in the year kalau kata Intan sahabat Dinar. “Din, kamu nyadar ga sih, kalo ternyata cowok lu ganteng banget, ada ga satu gitu teman polisinya yang ganteng gitu?” tanya Intan. “Kalo teman banyak si, kalo Revan ya cuman satu, dan itu pacar aku,” jawab Dinar mengejek Intan. “Nih, modelan sahabat jahat, nggak prihatin sama sahabat jomlo,” rajuk Intan. “Nah, kamu, jomlo masih aja dipelihara,” kata Dinar sambil terkekeh. Otomatis membuat Intan emosi. “Dih, apaan coba, ada gitu sahabat modelan kamu,” cibir Intan. “Nyatanya, gimana?” tanya Dinar. “Nyatanya kamu sahabat aku,” jawab Intan. “Tumben, kagak pake elu-gue? Kita sehat kan?” celetuk Dinar. Akhirnya mereka terbahak bersama. Begitulah mereka, sebenarnya ada seorang sahabat lagi diantara mereka, namanya Bima, sayangnya mereka tidak lagi akrab. Karena Bima lebih sering bersama pacarnya. “Tan, kabar Bima, gimana?” tanya Dinar. “Ya masih bucin sama Arlina-lah,” jawab Intan jujur. “Habis ini jalan yuk, ke Mall gitu, refresing Din, daripada lu suntuk mikirin ribut mulu sama Revan,” ajak Intan. “Berantem tanda hubungan kita tuh naik-turun, ada seninya gitu, ga monoton,” jewab Dinar. “Ngeles aja terus kaya bajaj,” cibir Intan. Mereka berdua akhirnya pergi ke Mall, di dalam Mall, mereka melihat Revan dengan Kinan kakaknya. Berusaha berpikiran positif bahwa mereka hanya berteman. Itulah yang bisa dilakukan oleh Dinar. Ingin mencurigai keduanya, rasanya tidak mungkin. Pertama Revan adalah kekasihnya, kedua Kinan adalah kakak kandungnya, dan ketiga mereka memang berteman sejak SMP. Jadi apa yang harus membuat cemburu? Dinar sengaja mengirim pesan kepada Revan melalui aplikasi berlogo gagang telepon berwarna hijau. [Yang, lagi dimana?] send. Lama balasan yang ia tunggu akhirnya datang juga. [Lagi di kantor, kenapa?] Dinar terkejut dengan kiriman balasan dari Revan, padahal sudah jelas ada di Mall yang sama dengan Dinar. Apakah harus tetap percaya dengan apa yang ia lihat. Sungguh mata tidak pernah membohongi sang pemiliknya. Tidak ingin Revan menunggu lama, Dinar segera membalas pesan tersebut. [Oh, selamat bekerja, Van, love you beib.] Pesan terakhir Dinar tidak dibalas Revan, gadis cantik berlesung pipi ini hanya bisa menghela nafas panjang. Hal ini memancing perhatian Intan. “Kenapa Lu, baru sebentar udah ngos-ngosan gini?” selidik Intan. “Hm …, enggak, cuman keinget aja, saat kita bertiga bisa seru-seruan bareng Bima,” keluh Dinar untuk menutupi rasa kecewanya pada Revan dan Kinan. Sang kekasih membohonginya. Hal pertama atau entah yang keberapa kalinya Revan berbohong. Selama ini tidak ada yang aneh dengan hubungan mereka. Hanya saja, sikap Revan berubah, lebih cepat marah. Bahkan, untuk hal kecil saja marah. Dinar tidak ambil pusing, karena marahnya sang kekasih mungkin di sebabkan oleh padatnya pekerjaan. Semakin lama, Revan menjadi banyak tuntutan, dia seperti ingin selalu mengajak gadis cantik ini menjauh dari cita-cita. Padahal di awal sangat mendukung kuliah yang di jalani Dinar. Jarang protes, bahkan membantu mengerjakan tugas. Dulu sang kekasih selalu berkata “Ini juga ‘kan namanya kencan, toh ada kamu dan aku,” katanya. Sekarang, harus keluar dan jalan-jalan. Tak jarang perubahan sikap Revan sangat mengganggu konsentrasi kuliah Dinar.   Di tempat lain Kinan sangat bahagia bisa pergi denga Revan, akhirnya cintanya bisa terbalas. Perasaannya terhadap Revan bermula saat mereka kelas 1 SMA. Namun pria ganteng ini hanya menganggapnya sahabat. Kinan merasa bahagia, walaupun hanya dianggap teman oleh Revan. Namun rasa percaya dirinya luar biasa, dengan Revan mengajaknya pergi, gadis ini merasa bahwa Revan telah membuka hatinya. “Kin, boleh tanya ga?” tanya Revan yang hanya diangguki oleh Kinan. “Dinar, itu sibuk banget ya Kin, sampe jarang ada waktu?” “Lah, nanyain orang yang ga ada disini, gimana sih lu?” rungut Kinan. “Hm …, kepengen tau aja gitu?” “Iya, dia sibuk, kuliahnya 2 jurusan. Emang pinter dari orok, pas SMA juara terus, accelerasi juga makanya bisa cepet gitu,” jelas Kinan. “Gue tu …, cinta banget sama dia, tapi dia sibuk, kadang gue merasa dia hanya manfaatin gue aja buat jadi temen ngobrolnya. Gue serius sama dia, Ibu suka dan sayang banget sama Dinar,” jelas Revan. Sekuat tenaga gadis itu menahan emosi agar tidak meledak, mendengar pujian untuk Dinar sang adik. Hal itu membuat hatinya panas. Mengapa hanya sang adik yang banyak dicintai oleh orang, sementara dirinya tidak? Perasaan iri dan dengki selalu saja Kinan utamakan. Tidak sadarkah dia, bahwa sebenarnya dirinyalah yang bersalah. Hati Revan terpaut pada Dinar, karena banyak kelebihan yang dimiliki oleh Dinar. Kinan bertekat, semenjak hari ini dia akan berusaha merebut Revan dari Dinar, bagaimanapun caranya. “Van, lu pernah ga sih suka sama cewek lain, ya selain adik gue itu?” pancing Kinan. “Ga pernah sih, pertama kali gue jatuh cinta ya sama adik lu, dia cantik, baik, sabar, ramah, dan pinter,” jelas Revan. Deg …, rasanya bumi berhenti berotasi saat mata Revan bersiborok dengan Dinar di Mall yang sama. Kebohongan yang ia lakukan akhirnya terbongkar. Kebohongan awal, yang akan mengikuti kebohongan berikutnya. Dengan langkah santai Dinar dan Intan mendekati mereka berdua. “Van, kamu di sini juga bareng Mbak Kinan?” tanya Dinar dengan wajah sumringah. Revan gelagapan mendapatkan pertanyaan mendadak dari kekasihnya itu. “I-itu tadi kebetulan ketemu di sini, ya kan Kin?” tanya Revan agar mendapat bantuan dari Kinan. “Iya, lagian lu Din, sibuk mulu, makanya pacar lu minta Mbak temenin buat refreshing,” jawab Kinan dengan senyum mengembang. “Ya, udah, kita jalan dulu ya, yuk Tan, lanjut kita cari buku di Gramedia,” pamit Dinar pada keduanya sekaligus mengajak Intan pergi. Revan setengah mati gugup, tidak menyangka jika Dinar akan ada di sini. Rasa bersalah menggelanyuti hati dan pikirannya. Merasa berdosa dengan kebohongan yang ia lakukan. Kekasihnya tidak pernah menuntutnya untuk selalu berdua, entah apa yang membuatnya seperti ini. Revan mulai jengah dengan aktivitas Dinar, bahkan protesnya selalu diabaikan. Bukan salah Dinar, tapi dirinyalah yang egois. “Din-Dinar ….” Teriak Revan memanggil kekasihnya yang sudah menghilang dari pandangan. Mencari ke semua sudut toko, ternyata gadis cantik itu tidak ada lagi. Bingung dengan perasaan tak menentu membuatnya kalut. Dinar bersembunyi diantara manikin pakaian yang ada di sekitar pertokoan. Sementara Revan sudah seperti orang yang kesetanan mencari kekasihnya. Menyesal dan merasa bersalah, seharusnya dia lebih memahami pacarnya itu. Bukan malah pergi dengan Kinan. Sedari awal berpacaran seharusnya sudah menyadari, jika kesibukan-lah yang akan menghambat hubungan mereka. Terlihat jelas, jika Revan terlalu banyak tuntutan. Dinar tidak begitu ambil pusing dengan sifat kekasihnya. Selama ini ia anggap hal biasa saja. ada hal yang tidak di mengerti oleh Dinar, mengapa Revan tega membohonginya. Jika sedari awal jujur, mungkin saat bertemu tadi ia tidak akan seperti ini. Sakit hati yang sangat menyiksa, kebohongan awal menjadi modal untuk kebohongan berikutnya. ………………………. “Din, kenapa harus kabur kaya gini coba?” tanya Intan dengan napas terengah karena berlari bersama Dinar. “Gue …,” Dinar tidak melanjutkan kalimatnya. Ada sesak di d**a yang ia tahan. Tidak mungkin mengeluarkannya saat ini. “Gini deh, gue jujur ya, sebenarnya Lu sakitkan lihat mereka berdua?” tebak Intan. “Sakit dan curiga. Tapi gue bisa apa, Mbak Kinan, dia kakak gue kan? Dan mereka udah kenal lama.” Dinar mengatakannya dengan wajah sendu. “Lu, harusnya sejak awal bicara sama Revan. Lelaki harus di kasih ketegasan Din,” kata Intan. “Udah, gue kasih pengertian, kalo akhir-akhir ini gue sibuk nugas. Dia merasa terabaikan,” jawab Dinar. “Terabaikan gimana?” selidik Intan. “Ya, dia maunya kalo week end jalan kemana gitu, refreshing lah, biar romantic lah, banyak lah maunya,” jawab Dinar. “Kalo boleh gue saran sih ya, Lu hati-hati deh sama Mbak Kinan, gue gak nuduh. Eh kan ya, hubungan sahabat cewek dan cowok itu langka. Salah satu pasti ada rasa suka.” Intan menasehati sahabatnya. Perkataan Intan membuat Dinar berpikir buruk tentang hubungan Revan dan kakaknya. Curiga boleh saja, tapi semoga mereka hanya berteman. Seperti yang selalu dikatakan Kinan. Setelah dirasa aman dari kejaran kekasihnya, kedua sahabat itu keluar dari persembunyiannya. Tak lupa membeli sebuah kaus bergambar kupu-kupu. Entah mengapa, Dinar membelinya. Mereka berdua melanjutkan tujuan awal mereka untuk datang ke Gramedia. Membeli beberapa buku yang dibutuhkan. Dinar suka membaca, baginya membaca bisa ikut meresapi aya yang dirasakan oleh penulis buku. Salah satu hiburan di kala bosan adalah membaca buku, jangan heran jika koleksi buku-buku Dinar sangat banyak. Bahkan di kamar rumahnya, ia mempunyai perpustakaan mini. Berbagai jenis buku ia kumpulkan. Mulai dari komik, novel, buku ekonomi, buku psikologi, dan masih banyak lagi. Dinar tidak suka jika ada yang meminjam bukunya. Alasannya sederhana, buku yang di pinjam orang belum tentu akan dikembalikan. Jika diminta, seolah seperti kita yang meminjam. Akhirnya malah jadi ribut. Padahal buku itu milik kita, tapi kita yang susah. Belum lagi kalau ada bagian yang robek, atau rusak. Kadang hal sepele seperti itu membuat kita harus tegas kepada orang lain. Adakah yang pernah mengalami kejenuan dengan pacar? Mungkin kekasih Dinar sedang dalam tahap jenuh. Gadis cantik ini berpikir akan lebih memperhatikan sanga kekasih. Jangan sampai apa yang dikatakan oleh Intan sahabatnya menjadi kenyataan. Ia tidak akan sanggup jika itu semua terjadi. Membayangkan, Revan menjadi kekasih kakaknya. Menyakitkan rasanya, tidak akan sanggup, terlebih Revan adalah cinta pertama Dinar. bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD