3

1530 Words
Pagi hari akhirnya tiba juga, Keenan pergi ke sekolah seperti biasa bersama dengan Ravi dan Axel. Mereka sudah ada di dalam mobil mereka. "Sav, Lo nebeng nih sama kita?" tanya Keenan pada perempuan yang ada di dekatnya itu. Perempuan itu tampak mengangguk kepada Keenan juga. "Iya nih, ga papa kan gua nebeng?" tanya Safa kepada Keenan tersebut. "Ya ga papa dong Sav, kita semua mah santai. Iya ga guys? Yok lah kalo gitu kita berangkat. Lo berdua ga papa kan Sava nebeng?" tanya Keenan itu. "Ya ga papa lah Nan, it's okay." ujar Ravi sembari menatap kaca yang memperlihatkan Keenan tersebut. Keenan tampak tersenyum senang kali ini. Mereka pun sudah berangkat ke sekolah, sepanjang jalan ke sekolah Keenan selalu mengobrol dengan Safa. Mereka tampak asyik mengobrol sendiri mengabaikan Ravi dan Axel yang ada di bangku paling depan itu. "Eh iya Saf, ini ada bakpia sama gudeg kaleng oleh-oleh Ayah Rama dari Jogja. Gua sengaja ngambilin buat Lo nih." ujar Keenan kepada Safa itu. "Wahh thanks ya Keenan, gua senang banget. Pasti enak nih." ujar Safa. "Ya jelas enak dong, Ayah Rama kalo milih makanan ga pernah gagal kok." jawab Keenan. Sekarang ini tampak mereka sudah sampai di parkiran mobil SMA Garuda. Safa memutuskan untuk berpisah dari mereka karena Safa ingin mampir ke toilet terlebih dahulu. Saat ini hanya tinggal mereka bertiga saja. Mereka pun langsung masuk ke dalam sekolah mereka itu. Kini Keenan, Ravi dan Axel sudah menjadi fokus perhatian dari sebagian besar siswa-siswi yang ada di koridor sekarang ini. Banyak sekali yang menatap senang ke arah mereka karena mereka bertiga terlihat tampan. "Astaga Keenan kenapa bisa seganteng itu sih Tuhan." ujar salah satu siswi yang mengatakannya kepada teman-temannya itu yang juga terkesima. "Iya bener banget, gila itu kenapa dia bisa secakep itu sih. Dulu emak sama bapaknya ngapain gitu loh. Iya kan ya?" ujar siswi yang lainnya juga. "Duh mulai deh, mulai terdengar nih suara-suara fansnya Keenan. Keenan, Keenan duh kenapa Keenan ganteng banget sih." ujar Ravi tersebut tampak menirukan apa yang dikatakan oleh beberapa siswi yang tadi ia dengar menyebutkan nama Keenan tersebut. Ravi terlihat sangat mirip dengan cewek-cewek tadi yang mana membuat Keenan dan Axel menjadi bergidik ngeri dan mencoba untuk menjauh dari Ravi. Mereka hanya bercanda. Memang mereka bertiga sering bercanda seperti itu, terlalu sering malah jadi diantara mereka malah sering tertawa bersama diakhir jika mereka seperti itu. Tampak sekarang mereka sudah sampai di kelas mereka juga. "Habis ini nongkrong yuk?" tanya Keenan kepada Ravi dan Axel itu. "Boleh deh, tapi bentaran aja kali ya." jawab Axel diangguki Keenan. "Siap deh." ujar Keenan tampak tersenyum dengan sangat senang yang mana hal itu membuat beberapa teman cewek di kelas mereka itu sesak nafas karena ini pertama kalinya mereka melihat Keenan tersebut seperti itu. Keenan tampak lebih tampan ketika tengah tersenyum seperti ini. Kadar ketampanannya lebih terlihat. Saat ini teman-teman ceweknya itu sudah berkumpul di satu tempat. Mereka semua membicarakan tentang Keenan. "Sumpah, Keenan tadi ganteng banget woy. Ga kuat nih gua ga kuat. Sesak nafas gua tadi waktu lihat dia senyum gitu. Manis banget." ujar Lana. "Bener woy, gua aja diabetes ini kayaknya saking manisnya ngelihat Keenan senyum. Itu Keenan siapa yang punya sih." ujar Mala tengah senyum. "Yang punya kita semua." ujar Nia dengan nada lagu sekarang ini. Teman-temannya pun menatap ke arahnya karena yang dimaksud oleh Mala adalah siapa pacar dari Keenan sekarang ini karena tidak terdengar ada cewek yang dekat dengan Keenan. Ya meskipun ini memang baru hari kedua mereka menjadi siswa SMA Garuda tapi mereka sudah mengetahui Keenan sejak pengenalan lingkungan sekolah atau masa orientasi sekolah kemarin itu. "Iya sih ya, jangan-jangan Keenan emang belum ada yang punya lagi. Kalo gitu gua mau daftar diantrian nomor satu deh. Lumayan kan kalo gitu? Gua dapat pacar kayak Keenan." ujar Killa kepada mereka semua saat ini. "Killa please wake up okay. Jangan kebanyakan mimpi Killa." ujar Mala dan teman-temannya yang lain sekarang ini. Mereka semua tampak masih sadar bahwa mereka sepertinya tidak akan dilirik oleh seorang Keenan juga. Menurut mereka cowok seperti Keenan itu pasti tipe ceweknya sangat tinggi, pasti Keenan masih menjomblo juga karena tipe pasangannya yang sangat tinggi dan ia sama sekali belum menemukan tipenya sampai sekarang. "Udah deh ga usah pada mengkhayal deh kita guys, udah jadi manusia biasa aja. Mencintai lelaki biasa aja, jangan malah mencintai cowok yang udah perfect kayak Keenan gitu. Berat udah berat banget." ujar Lana kepada teman-temannya, mengatakan pada mereka untuk berhenti berharap juga. Sementara itu, pagi ini sebenarnya Nayara tidak niat untuk pergi ke sekolah. Namun ia tetap harus pergi karena ini saja baru beberapa hari ia berangkat ke sekolah setelah liburan. Ia pun berangkat bersama Bagas. "Nayara, semangat dong. Everything will be okay. I'll be there for you Nay. Ga perlu khawatir, ada gua yang selalu ada buat Lo. Lupain hal-hal yang buat Lo sakit. Can you?" tanya Bagas sebelum mereka berangkat sekarang ini. "Bagas, gua ga tahu. Gua belum siap kehilangan Rangga. Tapi kenapa Rangga pergi gitu aja karena dia udah tahu kalo gua ini sakit Gas. Gua sakit, gua.... Arghhhh.." ujar Nayara yang sekarang ini tampak memukuli kepalanya itu membuat Bagas dengan sigap langsung memeluk Nayara dan menenangkan Nayara. Sebenarnya tiap kali Nayara seperti ini ia selalu sedih. "Nay, kamu yang tenang. Kamu udah minum obatnya?" tanya Bagas yang di jawab gelengan kepala oleh Nayara. Setelah itu Bagas mengambil obat Nayara dari tas Nayara. Ia pun membukakan minuman untuk Nayara dan sekarang ini Nayara tampak meminum obat itu. Bagas melihat tangan Nayara. Tangan yang penuh dengan luka goresan meskipun Nayara sudah menutupi dengan cardigan yang selalu ia pakai tali tetap saja jika seperti ini kelihatan. "Kamu tidur aja ya, nanti aku bangunin kalo udah sampai di sekolah." ujar Bagas diangguki oleh Nayara. Nayara mengucapkan terimakasih ke Bagas. Setelahnya ia tampak menutup kedua matanya dan ia pun tertidur sekarang. Bagas sudah membawa mobilnya itu sampai ke jalanan, sesekali ia melihat ke arah Nayara yang tampak tertidur. Sebenarnya tiap kali Nayara memiliki seorang lelaki idamannya, ia selalu takut. Ia takut jika lelaki itu tidak bisa menerima Nayara beserta kekurangannya karena itu telah terjadi berulang kali. Nayara ditinggalkan setelah pacarnya tahu bahaa ia istimewa. Ya. Bagi Bagas, Nayara itu istimewa dengan kekurangan maupun kelebihan yang ia punya. Nayara sudah bertahan sampai dititik ini dan itu membuat Bagas sangat bangga pada Nayara karena Bagas tahu bagaimana Nayara hidup, bagaimana Nayara bertahan di kehidupan yang berat baginya. "Gua selalu berharap kalo Lo nantinya akan mendapat seseorang yang benar-benar menerima Lo apa adanya Nay. Menerima segala lebih dan kurang yang Lo punya. Mereka yang ninggalin Lo cuma ga tahu kalo Lo itu benar-benar istimewa. Gua yakin mereka pasti akan menyesal nantinya karena udah pernah ninggalin seseorang seperti Lo." ujar Bagas pada Nayara yang tidur. Akhirnya mobil Bagas sudah masuk ke dalam area SMA Sejahtera. Kini ia sedang mencari parkiran, ia pun menemukan parkiran yang ternyata ada di dekat mobil Rangga, mantan pacar Nayara. Sebenarnya Bagas malas sekali tapi mau bagaimana lagi ia sudah memarkirkan mobilnya itu disana sekarang. Tampak dari kaca jendela mobilnya yang bening itu ia melihat Rangga. Rangga juga melihat ke arahnya, pun juga dengan Nayara yang masih tertidur. Rangga sebenarnya masih sangat menyayangi Nayara, tapi ia tahu jika dengannya Nayara tidak akan aman karena ia tidak mau terlalu fokus nantinya mengurus Nayara yang kambuh. Ya, dia memang egois tapi itulah Rangga. Setelah menatap beberapa saat, akhirnya Rangga meninggalkan tempat itu dan pergi untuk masuk ke dalam sekolah. Ia sudah memutuskan untuk berpisah kemarin jadi ia tidak boleh plin plan seperti ini. Ia harus melupakan. Saat ini Bagas melihat ke arah Nayara yang tertidur dengan pulas, ia masih tidak tega membangunkan Nayara. Ia akan menunggu Nayara setidaknya sampai bel berbunyi nanti. Kini Bagas tampak mengambil tangan Nayara dan ia membuka cardigan Nayara itu. Seketika luka goresan yang dibuat oleh Nayara itu terlihat dengan jelas, bahkan ada yang masih baru karena kemarin Nayara melakukan itu di rooftop sekolah mereka juga. Rasanya Bagas sangat sakit karena jika Nayara melakukan itu berarti dirinya tidak bisa menjaga Nayara, ia ingin Nayara berhenti melakukan itu. "Nay, aku berharap setelah ini kamu hidup dengan bahagia ya Nayara. Aku akan selalu berdoa untuk kamu Nay." ujar Bagas yang kini mengelus lembut kepala Nayara. Bagas pun saat ini duduk di dalam mobilnya itu. Ia beberapa kali mendapatkan pesan dari teman-temannya karena mereka belum melihat Bagas masuk. Bagas pun membalasnya bahwa ia sekarang sudah ada di sekolah hanya saja memang dirinya belum masuk. Ia tak mengatakan apa alasannya belum masuk dan dimana sekarang dirinya. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi tapi Nayara masih belum bangun juga. Bagas tetap tidak ingin membangunkan Nayara setidaknya sampai bel berbunyi. Saat ini bel masuk belum berbunyi jadi ia masih memiliki waktu untuk disini sembari menunggu Nayara terbangun. Meskipun ia tak tahu apakah nanti Nayara akan bangun tanpa ia bangunkan atau tidak. Ia masih menunggu dan menemani Nayara disana, Nayara yang ia sayangi dan akan selalu ia sayangi sampai nanti. Ia menatap Nayara untuk kesekian kalinya. Terkadang rasanya ia ingin membawa Nayara dari sekolah ini untuk pindah ke sekolah lainnya karena disekolah ini Nayara sudah cukup tersiksa. Meskipun dirinya memang baru setengah tahun ada di sini. Namun tetap saja semuanya tampak menyakitkan mengingat bagaimana ia harus putus dari Rangga, mantan pacarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD