2

1504 Words
Sementara itu di tempat yang berbeda, saat ini terdapat seorang cewek yang sedang menusuk-nusuk tangannya dengan jarum kecil. Bukan tanpa alasan ia melakukan hal itu, ia merasa tenang saja dengan melakukan hal itu karena dengan begitu ia sedikit melupakan persoalan tentang dirinya yang baru saja diputuskan oleh pacarnya. Ya, cewek itu baru saja putus dari pacar. Ia adalah Nayara Faranisa Jovita, gadis pengidap bipolar disorder yang selalu menyakiti dirinya disaat suasana hatinya sedang tidak baik. Seperti yang ia lakukan saat ini. Hari ini merupakan hari pertama dirinya masuk kembali ke sekolah setelah libur semester. Ia bersekolah di SMA Sejahtera. Tadi Nayara sudah sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah karena akhirnya setelah libur yang panjang ia bisa melihat pacarnya kembali yaitu Rangga. Namun ternyata semuanya tidak seperti yang ada dipikiran Nayara. "Hai sayang aku kangen banget sama kamu masa. Kamu kenapa sih kemarin waktu libur sekolah ga pernah ngabarin aku?" tanya Nayara sembari dirinya memeluk lengan Rangga dengan senyuman yang menggembung. Rangga diam saja tapi ia juga melihat ke arah Nayara. Setelah itu kini Rangga tampak tersenyum ke Nayara, ia juga menjawab pertanyaan Nayara. "Maaf ya Nay, soalnya kemarin-kemarin gua sibuk. Ah ya Nay, Lo udah makan? Makan dulu yuk. Gua sekalian mau ngomong sesuatu sama Lo. Kita ke kantin ya sekarang Nay." ujar Rangga diangguki oleh Nayara. Mereka berdua pun akhirnya sampai juga di kantin. Mereka langsung memesan. Nayara kini menatap senang ke arah Rangga, akhirnya rindunya terobati juga. Tak lama juga datang teman Nayara yang bernama Bagas, Bagas ini merupakan teman Nayara sedari dulu dan ia benar-benar sayang ke Nayara sebagai teman. Ia ingin menjaga Nayara secara terus menerus. Kedatangan Bagas entah kenapa seperti membuat Rangga tidak nyaman dengan ini. "Ah akhirnya makanan udah datang. Kita makan dulu ya, Gas Lo ga makan? Pesen gih, ntar gua bayarin soalnya gua lagi seneng bisa ketemu sama pacar gua lagi hari ini." ujar Nayara dengan mata berbinar nya. Mata yang membuat Rangga selalu luluh pada Nayara, ia pun menjadi tidak tega untuk membicarakan perihal perpisahan kepada Nayara. Tapi ia harus. "Gua ga makan, gua bentar lagi mau ke lapangan basket. Ini juga cuma numpang minum bentaran doang kok gua." jawab Bagas kepada Nayara. "Oke deh Bagas, padahal gua mau nraktir Lo tapi ga papa lah ya kan bisa next time juga hehehe." ujar Nayara kepada Bagas. Sementara itu Rangga merasa lega karena Bagas hanya sebentar disini. Itu artinya dia bisa mengatakan hal yang ia katakan kepada Nayara nanti setelah makan. Mereka melanjutkan makan dan Bagas tak lama kemudian meninggalkan mereka berdua. Nayara kini menyelesaikan makannya, saat sudah selesai Rangga mengajak Nayara menuju ke rooftop sekolah mereka. Nayara tidak tahu apa yang akan dibicarakan oleh Rangga hingga Rangga ingin pergi ke rooftop seperti ini. Berarti pembicara mereka akan privasi. "Kamu mau ngomong apa Rangga? Kenapa kok sampai disini hehehe. Biasanya juga cuman di taman atau di kelas." ujar Nayara kepada Rangga. "Nay, aku mau ngomong serius sama kamu. Aku harap kamu mau nerima semua ini." ujar Rangga yang tampak berat untuk berbicara hal itu. Sementara itu Nayara saat ini memiliki perasaan yang tidak enak karena sepertinya apa yang akan dikatakan oleh Rangga itu hal yang tak mengenakan. "Emangnya kamu mau ngomong apa Rangga? Serius banget kayaknya ya hehehe." ujar Nayara mengatakan hal itu sembari sedikit takut mendengar. "Sebelumnya aku mau minta maaf dulu sama kamu Nay. Aku minta maaf kalo aku ada banyak salah sama kamu selama kita pacaran. Maaf ya Nay, tapi aku ga bisa lagi ngelanjutin hubungan kita Nay. Aku udah ga bisa sama kamu, aku ngerasa kita udah ga sejalan dan udah ga cocok." ujar Rangga yang membuat Nayara terkejut. Nayara saat ini menatap ke Rangga dengan tatapan tidak percaya. Ia benar-benar terkejut Rangga seperti ini. Nayara terlalu terkejut hingga ia tidak bisa berbicara apa-apa. Sungguh ia sangat heran kepada Rangga, kenapa Rangga tiba-tiba jadi seperti ini? Kemudian Nayara teringat bahwa sekitar satu bulan yang lalu ia memutuskan untuk jujur kepada Rangga bahwa dirinya merupakan pengidap dari Bipolar Disorder. Waktu itu Rangga baik-baik saja dan bisa menerima dirinya. "Rangga, kenapa? Kok tiba-tiba aja kamu kayak gini? Ini kayak bukan kamu Rangga. Kenapa? Apa yang buat kamu udah ga cocok dan berpikir kalo kita berdua ini udah ga sejalan lagi? Aku bisa buat kita berdua jadi sejalan lagi kalo kamu mau. Bilang sama aku Rangga." ujar Nayara menatap ke Rangga. "Ga ada apa-apa Nay, aku emang ngerasa aja kalo kita berdua udah ga cocok. That's it!" ujar Rangga membuat Nayara semakin berpikir tidak-tidak. "Apa ini ada hubungannya sama penyakit aku? Sebelum ini kamu baik-baik aja dan ga pernah ungkit tentang kata putus ke aku Rangga. Tapi kenapa setelah kamu tahu buruknya aku, kamu tahu kelemahan aku sekarang kamu mau pergi dari aku? Iya kan, kamu mutusin aku karena itu?" tanya Nayara. "Terserah kamu nganggepnya gimana Nay, tapi yang terpenting aku mau putus sekarang. Maaf Nay kisah kita harus berakhir sampai disini dan ga bisa dilanjutkan lagi." ujar Rangga kepada Nayara dan setelah itu tampak Rangga yang pergi dari rooftop. Ia meninggalkan Nayara sendiri di tempatnya itu. Nayara masih terdiam karena jujur saja ia masih tidak dipercaya akan diputuskan seperti ini. Dan disinilah Nayara sekarang, ia berada di rooftop SMA Sejahtera dengan jarum kecil yang selalu ia bawa di kantong seragamnya. Kini jarum kecil itu sudah membuat tangan Nayara tergores bahkan ada yang mengeluarkan darah. Nayara baru bisa tenang jika ia seperti ini. Entah lah hidupnya kenapa bisa semenderita ini. Ia tidak paham juga. Nayara masih disana hingga akhirnya Bagas datang, Bagas langsung mengambil jarum itu dari Nayara dan ia mengobati luka di tangan Nayara. Tadi Bagas memang bertemu dengan Rangga, Rangga menceritakan semuanya. Bagas sebenarnya ingin menghajar Rangga, tapi untuk saat ini Nayara lebih penting karena Bagas tahu apa yang selalu dilakukan Nayara ketika Nayara sedang merasa sedih dan juga kesal. Ia selalu paham hal itu. Nayara selalu menyakiti dirinya sendiri, Bagas sudah tahu sedari dulu maka dari itu saat ini Bagas selalu berusaha untuk selalu ada untuk Nayara. "Rangga mutusin gua Gas, karena gua punya bipolar disorder. Emangnya gua salah ya Gas kalo gua sakit? Gua juga ga mau sakit Gas. Gua ga minta penyakit ini tapi dia datang sendiri. Kenapa penyakit ini bikin Rangga ninggalin gua Gas? Kenapa dia ga mau bertahan sama gua? Apa sakit kayak gini sama aja gua ini hina?" tanya Nayara kepada Bagas yang kini sedang mengusap luka yang ada ditangan Nayara. Ia berusaha untuk mengobati Nayara. "Nay bukan Nay, Lo jangqn nyalahin diri Lo sendiri atas semua yang udah terjadi. Lo ga salah, penyakit yang Lo derita pun juga ga salah. Lo sama Rangga aja emang belum jodoh. Gua yakin Lo bakalan dapat yang lebih baik dari Rangga, karena Tuhan bakalan ngasih hadiah ke hambanya setelah Tuhan memberi cobaan kepada hambanya." ujar Bagas kepada Nayara itu. "Kenapa semua ini terjadi sama gua Gas. Gua capek Gas. Gua capek selalu ditinggalin terus, gua pikir Rangga beda sama yang lainnya tapi ternyata dia juga sama. Dia takut punya cewek pengidap gangguan mental kayak gua. Ya iya lah siapa juga yang mau punya cewek kayak gua dengan emosi yang suka berubah-ubah selain itu gua juga suka nyakitin diri gua sendiri. Siapa sih yang mau sama cewek kayak gua Gas. Siapa Gas!" ujar Nayara kepada Bagas. Bagas kini memeluk Nayara dan Bagas terlihat menenangkan Nayara. Sebenarnya ia harus selalu menyiapkan seperti ini karena hal seperti ini selalu terjadi tiap kali Nayara punya cowok dan akhirnya putus setelah Nayara jujur kepada cowoknya jika dia merupakan pengidap bipolar disorder. Nayara masih menenangkan dirinya di rooftop, hingga akhirnya Bagas membawa Nayara untuk pulang. Ia tidak bisa membiarkan Nayara disana. Sementara itu Keenan, Ravi dan Axel masih saja memakan oleh-oleh yang tadi di bawa oleh Ayah Rama. Meskipun mereka baru saja makan siang tapi entah kenapa makanan ini tampak begitu menggiurkan bagi mereka. Apalagi bakpia yang mana mereka memang sangat menyukai bakpia itu. "Btw gua minta bakpianya juga ya. Besok mau gua kasih ke Safa. Kan Safa suka banget itu sama bakpia, pasti dia seneng kalo gua bawain bakpia sih. Eh sama apa lagi ya kira-kira. Gudeg kaleng juga deh." ujar Keenan itu. "Iya Keen, iya. Lagi pula juga kita ga bakalan mampu buat habisin ini semua kok Keen. Lo tenang aja." ujar Ravi kepada Keenan tersebut. Mereka masih disana sampai Bunda Naya kini datang ke mereka. Bunda Naya kini menatap Keenan dengan pandangan senangnya. Ia senang Keenan bisa tumbuh hingga sebesar ini. Kini Bunda Naya mengatakan kepada Keenan dan yang lainnya untuk tidur saja saat ini karena ini waktunya istirahat. "Kalian gih tidur siang dulu ya sekarang." ujar Bunda Naya kepada mereka. Mereka pun mengangguk dan kini mereka berjalan menuju ke kamar. Setiap siang setelah minum vitamin itu memang Keenan selalu mengantuk jadi mereka selalu menjadwalkan untuk tidur siang. Ravi dan Axel juga ada disana. Mereka kini sudah tidur di kamar Keenan yang luas. Bunda Naya tampak tersenyum melihat tiga remaja laki-laki yang kini sudah tertidur dengan pulas di kamar itu. Ia menutup pintu dan meninggalkan kamar itu. "Udah pada tidur mereka Bun?" tanya Ayah Rama kepada Bunda Naya. "Udah Yah, mereka tidurnya nyenyak banget." jawab Bunda Naya. "Ya iya lah mereka kan habis makan enak, masakan Bunda Naya kan selalu enak dan ga pernah gagal." ujar Ayah Rama gombal kepada Bunda Naya. Bunda Naya pun menjadi tersipu saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD