Insiden Kamar Mandi Sekolah

1127 Words
Ruang guru terlihat begitu beda hari ini. Ada dua murid dari kelas unggulan yang sedang mengerjakan tugas di meja guru yang saat jadi pusat perhatian seisi ruang guru SMA Pelita. “Eh bukannya itu, dancer ya, dia Daffa ‘kan!” seorang guru wanita berparas cantik rambut panjang diikat ke atas menatap Daffa dari tempat duduknya. “Iya! Dia daffa yang pinter ngedance itu ‘kan! sahut guru yang lain, yang juga duduk di sebelah guru wanita tadi. “Kita minta foto yuk!’ ‘Tapi, dia lagi ngerjain tugas kayaknya! Tapi, nggak papa lah! Bentar doang, yang penting jangan ketahuan guru lain, yuk lah! Mumpung sepi!” Dua orang guru itu akhirnya mendekati Daffa dan langsung menodong untuk minta foto bersama. “Daffa aslinya ganteng beneran ya, aku kira editan!” “Iya, anak zaman sekarang kan muka edit!” Tapi, Daffa beneran ganteng!” Daffa tersenyum terpaksa. “Bu Guru bisa aja!” “Ya udah lanjutin ya ngerjain tugasnya, makasih udah mau direpotin mintai foto! Kalau butuh apa-apa bilang aja sama kita berdua! Atau mau kita bantu kerjain yang lagi kamu kerjain itu. Itu soal matematika ‘kan! Kami berdua ini guru matematika baru buat di sekolah ini!” Daffa menatap Luna, seperti minta pendapat. Ada dua alis miliknya yang terangkat Luna ikut tersenyum saja, dan mengangguk. Kebetulan kalau ada yang membantu mengerjakan tugas. Sungguh itu akan meringankan beban Luna dan Daffa. “Udah selesai, mau langsung balik ke kelas nggak?” tanya Daffa. Luna berpikir. “Nggak!” “Terus kemana?” “Ke kamar mandi!” Daffa ternyata mengikuti kemanapun Luna pergi. Luna sampai dibuat jengkel. “Kamu mau ikut masuk kamar mandi perempuan?” “Aku nggak mau sendiri!” “Kalau begitu balik kelas aja!” “Enggak ah! Aku mau sama kamu.” “Kamu bandel banget sih! Nih kalau ada yang lewat gimana? Kamu udah masuk kamar mandi perempuan lho!” “Ya mau gimana lagi! Dibilangin aku nggak mau sendiri!” “Cepet keluar! Entar ada siswi gimana?” Benar apa kata Luna. Tidak lama setelah itu, hanya dalam hitungan detik. Insting Luna terjadi. Ada siswi yang akan masuk ke kamar mandi perempuan. Sedangkan Daffa sudah terlanjur berada di depan cermin wastafel bersama Luna. “Tuh kan, gimana dong?” Luna mendengar derap langkah kaki yang begitu cepat dan terdengar sudah akan masuk. Daffa menarik tangan Luna untuk diajak sembunyi di kamar mandi paling ujung. Mereka berdua masuk ke sana dan saling berhimpitan untuk sembunyi. "Ngapain malah ngajak kesini?" "Sembunyi dulu. Kalau aku ketahuan ada disini gimana?" "Salah sendiri!" "Bantuin aku dulu. Kemarin-kemarin kan aku bantuin kamu." "Iya!" Jawab Luna. Mereka berdua bicara dengan nada rendah. Derap langkah itu makin lama makin masuk dan kini kamar mandi wanita sudah penuh dengan kaum hawa yang sedang bergosip ria. “Kenapa mereka malah ngobrolin orang sih!” ucap Luna sambil menunduk. Ia sedang berusaha tetap tenang. Berada di dekat Daffa, meski tidak ada rasa suka. Tetap saja membuat jantung kurang sehat. “Ya kan cewek emang gitu,” balas Daffa dengan sama berbisiknya. “Apa, nggak semua, ngomongin orang bukan tradisiku!” “Ya syukur kalau begitu, cewek kayak kamu emang langka sih Lun!” “Apa! Aku bukan spesies dino!” “Eh, siapa itu!” ucap seorang dari luar pintu kamar mandi yang dipakai Luna dan Daffa. Luna kaget karena salah satu dari perempuan yang sedang berada dalam toilet merasa terusik, saat Daffa dan Luna bertengkar kecil barusan. “Kok kayak ada suara cowok sih!” seorang lagi yang lain ikut angkat bicara. “Apa!” Kaget Luna, ia lalu melihat Daffa memberi kode bahasa tubuh agar menyuruh Luna membuat alasan masuk akal. Sekali lagi terdengar ada yang bicara di luar pintu kamar mandi Luna. “Woy, siapa di dalam?” “Ah!” Luna gagap dan akhirnya coba tenang. “Nggak ada siapa-siapa kok di dalam, cuma aku doang lagi buang emas!” celetuk Luna. “ Apa! Kok kayak ada laki-laki bicara.” “Enggak, tadi aku buang angin, biar kalian nggak denger makanya aku ngoceh. Malu tau!” “Oh! Gitu!” “Iya, tuh udah mau keluar lagi angin sama torpedonya! Kalian cepetan keluar aja, kalau aku malu, karena kalian ada disini! Bisa nggak kelar-kelar ini hajat!” ucap Luna, dengan sedikit desahan yang rasanya sedang menahan sesuatu. “Ah ...! Baiklah!” Daffa yang melihat Luna sedang berbohong merasa ini momen lucu, ia coba bertahan agar tidak tertawa. Menggemaskan sekali, tampang Luna saat ini. Luna melihat Daffa dengan kesal. Ia tahu Daffa sedang menertawakan dirinya saat ini. Tapi, dia merasa harus diam saja dulu. Ingat kalau Daffa sudah pernah menolongnya kemarin-kemarin saat ada masalah. Semenatra itu, satu per satu perempuan yang ada di dalam kamar mandi tadi, akhirnya pergi. Akan tetapi, Luna tidak langsung keluar, ia menunggu benar-benar sepi. “Kayaknya udah nggak ada orang! Aku coba intip dulu ya!” Perlahan pintu kamar mandi dibuka, Luna coba mengintip. dan syok ternyata ada satu murid perempuan justru terlihat baru masuk. Daffa yang ada di belakang pintu dan hendak mengikuti langkah kaki Luna, karena ia berpikir memang sudah tidak ada siapa-siapa lagi. “Hahhh ada lagi!” Kaget Luna dan langsung berbalik. Ia malah membuat Daffa terkejut dan tidak siap. Daffa terjatuh ke belakang dan terduduk di kloset duduk yang tertutup. Tangannya mengenai tubuh Luna dan gadis itu ikut jatuh di pangkuannya. Akibatnya, Daffa dan Luna saling bertatapan, sedangkan pintu kamar mandi beruntung langsung ikut tertutup. Jadi tidak ada yang tahu dan melihat adegan tersebut. Karena kaget yang berlebihan, terlihat Luna seperti ingin berteriak. Daffa segera membungkam mulutnya dan menggelengkan kepala. “Diam jangan teriak, Jangan sampai ketahuan ya!” bisik Daffa. Terlihat jakun Daffa naik turun. Luna melihat itu, dirinya jadi ingat drama cinta yang membuat adegan-adegan seperti ini, agar ada perasaan pada lawan main. Kali ini, bukan hanya jantung saja yang bisa kurang sehat, tapi hati Luna juga. Ditambah posisi ini, sangat dekat dan juga salah. “Ah! Ternyata di dalam kamar mandi ini ada penghuninya. Tapi kok kayaknya ada dua pasang sepatu ya!” Ternyata perempuan yang baru masuk tadi, mengintip lewat celah di bawah pintu. Mendengar itu, Daffa langsung angkat kedua sepatunya sambil duduk di kloset, Luna tidak siap dan karena takut jatuh, ia malah berpegangan pada leher Daffa. Makin mendebarkan saja posisi saat ini. “Apa, siapa diluar? Dua sepatu? Jangan bikin takut, dari tadi aku cuma sendiri. Asal kamu tau ya, ada rumor kalau toilet sekolah kita ini berhantu. Jadi, jangan bikin omongan aneh-aneh deh!" teriak Luna. “Apa! kalau begitu biar aku periksa lagi!?” cewek tadi mengintip lagi lewat celah di bawah pintu. “Ah iya sekarang cuma satu pasang. Apa yang aku lihat tadi sepatunya hantu ya. Ah mending aku pindah kamar mandi aja lah!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD