Undangan Pernikahan

1063 Words
Sudah setengah jam lamanya Layra bersandar di bahu sahabatnya Meira, kini gadis itu sudah kembali tenang dan berusaha untuk melupakan semua masalahnya walaupun itu hanyalah sementara saja. Tapi, Layra tidak akan menyia-nyiakan semua waktunya bersama sahabatnya itu karena sebentar lagi dirinya akan menikah dan ia jelas tahu dirinya pasti tidak akan diperbolehkan untuk melakukan hal yang ia sukai, apa lagi menghabiskan waktunya bersama sahabat nya yang selama ini selalu ada untuk dirinya. "Aku tahu kamu tidak mencintai laki-laki itu ... tapi kamu tidak memiliki pilihan lain lagi selain menikah dengan nya ... " jelas Meira sambil tidak berhenti untuk menenangkan Layra. "Mungkin ini sudah takdir hidup ku ...." "Layra, sudahlah sebaiknya kamu angkat panggilan masuk di ponsel mu. Dari tadi sudah berbunyi dan cukup menganggu." "Ini papi, pasti menyuruh ku pulang ke rumah ... " Layra terlihat begitu malas untuk mengangkat panggilan tersebut karena ia tahu, ayah nya pasti akan terus mengoceh tidak jelas dan mengatakan diri nya gadis yang terlalu nakal tidak mau mendengarkan kedua orangtuanya. "Apa ... tidak sebaiknya kamu ... pulang saja, Layra? Aku takut, malah membuat tante dan om semakin marah besar terhadap mu .... " "Sekalipun aku pulang ke rumah, mereka tetap saja akan marah. Sebaiknya sekalian tidak usah pulang saja!" ucap Layra yang masih bersih kerasa tidak ingin pulang ke rumah. Ia pun langsung menolak panggilan tersebut, lalu mematikan ponsel nya karena ia tidak ingin kedua orangtuanya terus menelpon menyuruh dirinya pulang. Sedangkan Meira tidak dapat berbuat apa-apa lagi, ia pun memilih untuk menghidangkan makanan di atas meja karena ia tahu sahabatnya itu pasti belum makan malam sama sekali sejak pulang dari kantor. "Makanlah yang banyak dan isi perut mu yang sedang kosong dengan beberapa menu masakan yang aku buat dan terutama ada menu masakan yang suka disini, jadi tidak ada alasan lagi kamu menolaknya!" ucap Meira dengan tegas, Layra sangat terharu mendengar sahabatnya yang begitu perhatian kepada diri nya. Ia sangat bersyukur bisa memiliki seorang sahabat yang sangat baik dan tidak pernah sedikitpun untuk mengkhianati dirinya, apa lagi di saat dirinya sedang dalam kesusahan seperti saat ini Meira justru selalu menyemangati nya walapun Layra tahu apa yang telah Meira lakukan tidak akan bisa membantu dirinya keluar dari masalah yang ia hadapi. Layra yang melihat masakan kesukaannya dengan segera menyantap makanan tersebut, tanpa perduli semua masalah yang ia hadapi saat ini karena jika dirinya terus memikirkan nya, ia juga tidak akan dapat berbuat apa-apa dan semuanya tidak akan pernah berubah. Apa lagi itu adalah keputusan kedua orangtuanya yang tidak dapat di ganggu gugat sedikitpun. "Makanlah pelan-pelan, nanti tersedak!" tegur Meira. "Masakan yang kamu buat rasanya masih belum berubah sedikitpun." "Kenapa? Tidak enak?" "Bukan!" "Lalu?" "Malahan aku sangat menyukai rasa yang seperti ini sesuai dengan lidahku. Jadi, kau harus memasak yang seperti ini sewaktu-waktu disaat aku kemari, ok?" "Aku tidak yakin ... jika kamu bisa kemari lagi setelah menikah!" "Hem, kau benar juga. Rasanya ... aku sangat ingin menolak pernikahan ini tapi ... ya, sudahlah .... " Melihat raut wajah Layra, rasanya Meira benar-benar tidak berdaya untuk membantu menyelesaikan semua masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu. "Kau yakin akan tidur di sini malam ini?" tanya Meira. "Tentu saja, masalah kedua orangtua ku abaikan saja mereka. Lagian apa yang mereka mau juga terkabulkan, jadi tidak masalah sesekali untuk melawan." "Baiklah, aku juga tidak bisa memaksa mu untuk pulang ke rumah. Sekarang mandilah dan ganti semua pakain yang kamu pakai saat ini, lalu segera lah tidur," ucap Meira dan Layra langsung mengangguk kan kepalanya. Sekarang Meira dan Layra sama-sama masuk kedalam kamar. Namun, mereka berdua tidak tahu ada suatu sosok yang sedang mengintai dari tadi sambil raut wajah yang terlihat begitu menyeramkan dari balik jendela, sosok itu yang melihat Meira dan Layra sudah masuk kedalam kamar ia pun juga segera pergi karena dirinya sudah merasa puas setelah melihat seorang gadis yang sangat ia impikan. *** Sekarang tidak terasa hari sudah pagi, terlihat seorang laki-laki sedang memakai jas hitam yang begitu rapi. Ia adalah Raksa CEO perusahaan di Royal Brand terbesar di kota nya, hari ini Raksa bangun sedikit lebih pagi karena jam 7.30 dirinya akan menghadiri rapat yang begitu penting dan tidak bisa di wakilkan oleh siapapun. Setelah semua persiapan untuk dirinya pergi ke kantor. Raksa langsung saja turun ke bawah dengan sangat terburu-buru, bahkan untuk serapan pagi saja dilewati. Hingga membuat pembantu nya yang berada di rumah itu hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya saja melihat Raksa yang melewati serapan pagi nya. Kini Raksa telah berada di dalam mobil pribadi nya tanpa adanya supir untuk menyetir mobilnya. Ia pun langsung membawa mobil tersebut dengan kecepatan penuh, hingga kendaraan lain yang melihat nya merasa bergidik ngeri dan takut jika mobil tersebut kecelakaan hingga membuat kendaraan lainnya menjadi korbannya. Tidak terasa hanya beberapa menit saja dari rumah ke kantor nya, kini Raksa telah tiba di kantor dan ia langsung disambut oleh sekertaris serta beberapa rekan bisnis nya yang sedang menunggu dirinya selama 15 menit yang lalu. "Maaf, sudah membuat kalian menunggu," ucap Raksa dengan begitu santai, tapi ada beberapa orang yang tidak menyukai atas keterlambatan yang telah ia lakukan itu namun Raksa tentu saja tidak terlalu perduli akan hal itu semua. Jika rekan bisnis nya membatalkan kerja sama mereka, ia tidak akan mempermasalahkan nya sedikitpun karena ia merasa perusahaan nya tidak akan pernah bangkrut hanya masalah yang sepele seperti itu. Semua orang masing-masing mengutarakan pendapat nya, sedangkan Raksa hanya diam saja menunggu gilirannya untuk berbicara. Ia mendengar semua ide yang di sampaikan oleh rekan bisnis nya memanglah cukup bagus, jadi ia rasa dirinya tidak harus menjelaskan nya secara detail tentang kerja sama itu. "Jika Tuan Raksa setuju, maka Tuan bisa tanda tangan berkas ini," ucap salah satu rekan bisnis Raksa. "Hem," jawab Raksa dengan singkat, lalu tanpa ragu dirinya menandatangani berkas tersebut. Setelah setengah jam mengadakan rapat, kini Raksa ingin kembali ke ruang kerja nya namun tiba-tiba saja ia mendapatkan sebuah undangan pernikahan dari salah satu karyawan nya yang ternyata itu adalah undangan pernikahan Layra dan calon suaminya. Raksa pun masuk kedalam ruang kerjanya, lalu duduk di sofa sambil menatap sebentar dalam diam undangan tersebut lalu dengan segera meletakkan nya di atas meja. "Rupanya gadis itu sudah memiliki calon suami," gumam Raksa dalam hatinya, ia melihat tanggal pernikahan itu akan di adakan tanggal 16 febuari yang artinya akan dilaksanakan hari esok. "Tidak penting untuk ku!" ucap Raksa. Ia pun menghampiri meja kerja nya untuk mengerjakan tugasnya yang sempat tertunda beberapa waktu yang lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD