Sosok Itu

1111 Words
sekarang Layra sudah kebingungan harus bagaimana dirinya pulang ke rumah, ia sangat ingin menelpon sahabatnya supaya dirinya di jemput. Namun, ia baru saja sadar bahwa ponsel nya tertinggal di dalam mobil Raksa, hingga sekarang Laura tidak memiliki pilihan lain selain berjalan kaki menuju ke arah pulang. Walapun sebenarnya, ia sudah sangat lelah dan segera ingin beristirahat tapi sekarang keadaan tidak sesuai apa yang ia mau. Belum lagi dirinya harus memikirkan tentang pernikahan dengan pria yang tidak pernah ia cintai itu, semakin membuat dirinya tidak bersemangat lagi untuk melakukan hal apa yang sebenarnya ia sukai selama ini. Layra menatap ke arah depan dengan tatapan lurus tanpa berkedip sama sekali, pandangannya terlihat begitu kosong. Bahkan ketika kakinya tidak sengaja terkilir membuat gadis itu tidak terlalu perduli sama sekali, rasa sakit di kakinya ia rasa itu tidak sebanding dengan beban hidupnya saat ini. Setelah sekian menit berjalan, tiba-tiba saja Layra dikejutkan dengan suara klakson mobil yang begitu kencang, hingga gadis itu merasa sangat terkejut dan ia pun langsung saja menoleh ke arah samping nya yang ternyata itu adalah mobil bosnya sendiri. Layra pun mengerutkan dahinya bingung menatap mobil bos nya yang berhenti di dekat dirinya dengan tiba-tiba seperti itu. "Kenapa bos gila ini kembali?" gumam Layra dalam hatinya sambil menatap ke arah kaca mobil yang baru saja di buka oleh Raksa, lalu menatap dirinya dengan begitu dingin hingga membuat Layra merasa jenuh dengan tatapan itu. Padahal Layra tidak pernah sama sekali membuat laki-laki itu marah atau pun kesal, tapi bos nya itu menatap dirinya seolah-olah ia memiliki banyak kesalahan yang telah ia perbuat. "Masuklah!" Raksa pun dengan tiba-tiba menyuruh Layra masuk, tapi gadis itu terlihat kebingungan karena ia takut Raksa akan kembali mempermainkan dirinya seperti sebelumnya lagi, maka dari situlah Layra berpikir sebelum menuruti perintah bos nya itu. "Kenapa aku bisa memiliki karyawan yang bodoh seperti ini, ya?! " gumam Raksa yang tentu nya terdengar jelas di telinga Layra, hingga membuat gadis itu merasa kesal menatap Raksa. "Kenapa menatap bos mu seperti itu, hem?! " "Tidak apa-apa, Pak. Saya hanya sedang kesal menatap langit yang terlihat mendung saja!" ucap Layra berbohong, tapi walapun Layra berkata hal seperti itu Raksa jelas tahu maksud dari perkataan gadis itu namun, dirinya hanya diam saja dan memilih untuk bergumam dalam hatinya dengan tatapan sinis yang tidak pernah lepas menatap Layra dari tadi. "Lalu ... tunggu apa lagi? Kamun jelas tahu kan langit sedang mendung? Sekarang masuklah! Atau kamu ingin aku menyeret mu masuk ke dalam mobil, hem?!" Layra yang mendengar ucapan Raksa seketika tanpa berpikir panjang lagi, akhirnya Layra masuk kedalam mobil. Ia tidak perduli lagi jika Raksa membawa dirinya ke tempat arah yang tidak ia ingin kan, tapi setidaknya Raksa tidak akan melukainya ketimbang harus berjalan di tempat jalanan yang begitu sepi dan jelas lebih banyak hal yang berbahaya membuat nyawanya terancam. Sekarang Layra sudah berada di dalam mobil, ia masih belum berani untuk menoleh menatap bosnya. Sedangkan Raksa terus fokus menyetir mobilnya dengan kecepatan laju, layak nya seorang pembalap yang handal tapi untungnya Layra pandai menyembunyikan rasa takut itu dalam diam, seolah-olah tidak terlihat ketakutan di hadapan bosnya. Padahal Raksa berharap, Layra ketakutan karena ia ingin memberikan sedikit pelajaran kepada karyawannya yang menurutnya sangat bodoh dan lugu itu, akibat terlalu lantang menatap dirinya dengan tatapan sinis kepada dirinya. "Kenapa gadis bodoh ini tidak takut sama sekali?!" gumam Raksa dalam hatinya. Sedangkan Layra sendiri dari tadi berdiam diri namun, gadis itu terlihat sedang memikirkan sesuatu hal yang membuat Raksa bingung sendiri melihat nya. "Apa yang kamu pikirkan?" Akhirnya Raksa pun bertanya karena melihat sikap Layra yang seperti membuat dirinya merasa penasaran juga. "Bapak berbicara dengan saya?!" tunjuk Layra dengan dirinya sendiri. "Tidak!" jawab Raksa dengan singkat dan sinis. "Lalu ... Bapak berbicara dengan siapa?" tanya Layra, lalu kedua bola matanya menoleh ke arah kiri kanan dengan penuh kewaspadaan karena dalam pikirannya saat ini dirinya sendang berpikir, bahwa bos nya itu menyimpan hal-hal yang gaib dan menakutkan seperti monster yang sering ia mimpikan dalam mimpinya. Apa lagi, ketika melihat isi mobil Raksa dari tadi di penuhi banyak akar di kursi mobil tengah nya, semakin membuat Layra berpikir negatif tentang bos nya itu. "Mana mungkin kejadian yang aku lihat saat ini sama persis yang ada di dalam mimpi ku selama ini!" gumam Layra dalam hatinya, ia terus berusaha untuk berpikir positif tapi semakin diri nya melihat seluruh isi mobil Raksa yang entah kenapa tiba-tiba menjadi menyeramkan baginya, rasanya Layra sangat ingin mengatakan supaya bos nya itu menghentikan mobilnya dan menurunkan diri nya di tengah jalan, tapi bibirnya terasa begitu kaku tidak dapat berkata-kata selain hanya bisa diam saja. "Turunlah!" perintah Raksa kepada Layra yang sedang menatap ke arah ranting yang melingkar di kaki Raksa saat ini, Raksa yang melihat tatapan Layra ke arah kakinya seketika wajahnya langsung saja berubah semakin dingin. "Layra!" panggil Raksa dengan sedikit nyaring hingga menyadarkan gadis di samping nya. "A—apa, Pak?" tanya Layra terbata-bata. "Sebenarnya apa yang kamu pikirkan? Sampai-sampai terlihat seperti orang bodoh seperti ini, hah?!" kesal Raksa yang membuat Layra sudah sadar kembali. "Mungkin ... yang aku lihat barusan hanyalah khayalan ku saja!" gumam Layra dalam hatinya karena ia merasa mungkin dirinya sudah terlalu sering memimpikan hal itu dalam tidurnya, jadi sekarang membuat dirinya tiba-tiba berkhayal yang tidak-tidak saat ini. "Maafkan ... saya, Pak ..." ucap Layra dengan nada suara yang tidak terlalu bersemangat terdengar di telinga Raksa. "Segeralah turun!" ucap Raksa yang sudah tidak terlalu memperdulikan Layra lagi karena dirinya sudah sangat kelelahan akibat terlalu banyak memikirkan perusahaan nya yang selalu saja mendapatkan masalah. "Terimakasih, Pak," ucap Layra dengan menundukkan kepalanya untuk menghormati bosnya itu. "Hem!" Raksa pun akhirnya pergi setelah Layra keluar dari dalam mobilnya namun, saat dirinya membelokkan mobilnya ke arah kiri untuk pulang ke rumah tiba-tiba saja dirinya melihat sosok seorang yang begitu mengerikan tapi Raksa biasa-biasa saja melihat nya, justru hanya menampilkan sebuah senyuman devil ke arah sosok yang terlihat seperti sedang menatap ke arah Layra yang baru saja masuk kedalam apartemen. Sekarang Layra sudah berada di depan pintu apartemen milik sahabatnya, ia pun menekankan bel apartemen tersebut supaya sahabatnya segera membukakan pintu untuk dirinya. Hanya menunggu 5 menit saja, pintu pun terbuka lebar dan Layra langsung saja dipersilahkan masuk oleh sahabatnya itu tapi beberapa detik kemudian Layra seketika memeluk sahabatnya yang baru saja selesai memasak di dapur. Sedangkan sahabat Layra hanya diam saja melihat sikap dirinya yang seperti itu karena tentunya Meira sudah jelas tahu semua yang telah Layra alami dan rasakan selama ini. "Layra ... jika kamu merasa tidak baik-baik saja, menangislah di sini ..." ucap Meira sambil menepuk bahunya dengan sangat prihatin kepada sahabatnya itu. Meira sudah sangat lama ingin membantu sahabatnya itu, tapi dirinya juga tidak mampu untuk melakukan hal itu semua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD