Layra Yang Geram

1043 Words
Merasa sangat bosan berada di luar sendirian. Layra pun memutuskan untuk pergi ke kantin saja sambil menenangkan semua pikirannya karena pernikahan nya akan berlangsung 3 hari lagi dan tentu saja semakin membuat Layra stres memikirkan nya. Layra memesan makanan yang cukup banyak karena ketika dirinya banyak beban ataupun bersedih, ia memang sudah terbiasa untuk melampiaskan nya dengan cara memakan makanan layaknya orang kelaparan. Kebiasaan itu sudah tidak dapat Layra ubah lagi karena kebiasaannya yang seperti itu sudah cukup lama ia alami, dimana dirinya melihat sebuah insiden yang mengerikan sejak dirinya masih berusia 7 tahun. Dimana sejak itu, ia melihat seseorang sedang membunuh kedua orang tuanya dengan begitu sadis. Layra bersedih dan meringkuk di samping kulkas selama 2 hari tidak makan, ia pun mencoba untuk mencari makanan yang berada di dalam kulkas dan ternyata isi makanan yang berada di dalam kulkas itu sangatlah banyak. Layra melahap habis makanan itu sampai dirinya tidak menyadari apa yang ia lakukan, bahkan sampai ia melupakan kejadian kedua orang tuanya yang telah dibunuh. Layra sebenarnya sangat bingung dengan dirinya yang seperti itu, ia mencoba untuk menahan rasa ingin makan itu ketika dirinya mendapatkan masalah namun, tetap saja ia tanpa sadar mengambil makanan dan memakannya dengan sangat lahap. Selama ini Layra diangkat oleh tetangga nya sendiri yang juga melihat kejadian itu juga. Mereka cukup kasihan dengan nasib Layra yang sudah menjadi anak yatim piatu, sehingga sekarang Layra di rawat hingga sampai dirinya dewasa seperti sekarang. "Ikutlah dengan saya!" Seseorang langsung menyeret Layra dengan tiba-tiba, hingga gadis itu sampai hampir tersedak makanan karena dirinya tadi memang sedang menyuapi makanan masuk kedalam mulutnya. Layra menguyah makanannya dengan sangat cepat, rasanya ia ingin menyemprotkan nasi yang berada di dalam mulut nya ke wajah bosnya itu saking kesalnya Layra dengan laki-laki yang tidak memiliki rasa sopan santunnya kepada karyawan nya. Raksa membawa Layra masuk kedalam ruang kerjanya karena ia ingin memberikan sebuah peringatan kepada karyawan nya itu. Saat di ruang meeting, Raksa sudah berusaha untuk menahan dirinya dan sekarang akhirnya ia bisa melakukan hal itu kepada Layra. "Maaf, ada apa, Pak?" tanya Layra yang baru saja menghabiskan makanan dari dalam mulut. "Seenaknya kamu makanan di kantin itu tanpa merasa bersalah sama sekali, ya?!" Raksa tentu saja geram dengan karyawannya yang tidak menghormati dirinya. "Maaf, Pak. Perut saya lapar." Layra menunduk tanpa melihat ke arah bos nya yang sedang mengomeli dirinya. "Itu bukan urusan saya!" ucap Raksa dengan dingin. "Ya, Bapak benar. Ini bukan urusan Bapak karena Bapak memang sedang tidak lapar! Coba kalau perut Bapak juga keroncongan, pasti juga segera ingin makan, kan?" Ingin rasanya Layra mengatakan hal itu kepada bos nya itu namun, ia tidak memiliki keberanian sama sekali sehingga ia memilih untuk bergumam sendiri di dalam hati nya. "Maafkan saya, Pak." Hanya itu yang mampu di ucapkan oleh Layra. "Saya tidak butuh maaf mu! Sekarang pergilah bekerja lagi! Jangan ulangi kesalahan itu lagi!" peringat Raksa dengan dingin. "Baik, Pak." Layra pun permisi untuk keluar dari ruangan bos nya, hingga sampai di luar ia terus memaki bos nya dengan kata-kata yang tidak pantas di dengar sama sekali oleh orang lain dan untungnya keadaan masih sepi, sehingga Layra sedikit merasa aman memaki bos nya. Waktu terus berputar, kini hari sudah mulai sore dan sekarang kini saatnya Layra pulang bekerja. Namun, ketika dirinya sudah berada di depan kantor ia melihat seseorang yang sedang menanti dirinya dan rasanya Layra sangat muak melihat pemandangan ada di hadapannya itu. "Layra! Kemarilah!" ucap ibu Layra ketika melihat anaknya yang mencoba untuk menghindari calon suaminya itu. "Ada apa, sih?!" tanya Layra dengan sinis dan sangat malas untuk melihat ke arah Bally yang dari tadi sedang tersenyum-senyum kepada dirinya. "Bally ingin mengajak mu untuk melihat pakain pengantin yang baru saja selesai di jahit oleh desainer nya, ayo ikutlah dengannya sekarang!" ucap ibu Layra. "Bu, aku sangat lelah! Tolong biarkan saja dia sendiri yang mengurusnya!" ucap Layra. Di sisi lain CEO yang memiliki perusahaan tempat Layra bekerja saat ini juga sedang berdiri di samping Layra. Ia mendengar jelas tentang percakapan Layra dan keluarganya, menurut nya keluarga itu benar-benar lah sangat lucu dan sekaligus memalukan karena tidak tahu tempat untuk berdebat. "Layra! Dengarkan Ibu, kamu harus tetap menemani Suami kamu untuk pergi ke sana!" ucap ibu Layra dengan sangat tegas. "Ibu, jangan memaksaku! Sudah cukup aku menerima lamaran dia dan sekarang aku sangat berharap jangan terlalu merepotkan aku untuk melakukan semuanya!" jelas Layra dengan begitu lelah. Plak ... Sebuah tamparan mendarat di pipi Layra karena ibunya sangat muak mendengar ucapan Layra yang tidak sama sekali menghormati dirinya serta calon suaminya. Sedangkan Raksa, dirinya sudah muak melihat pemandangan di depan matanya, seharusnya karyawannya itu tidak membuat keributan di perusahaan nya dan menurutnya itu akan merusak citra perusahaan nya sendiri. "Pergilah dari sini! Jangan berani membuat keributan!" ucap Raksa dengan dingin, Layra yang ingin mencoba menyahuti ucapan ibunya seketika berhenti ketika mendengar suara itu. Ia baru menyadari bahwa CEO di perusahaan itu melihat kejadian yang sangat memalukan itu. "Maafkan saya, Pak." Layra langsung menunduk meminta maaf dengan perasaan marah, malu yang bercampur aduk jadi satu. "Hem," jawab Raksa yang langsung saja memasuki mobilnya tanpa memandang ke arah Layra lagi. "Cepat masuklah!" ucap ibu Layra sambil menyeret dirinya masuk kedalam mobil milik Bally. "Sayang, kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Bally. "Cih! Menjijikkan!" gumam Layra yang tentu saja omongannya masih terdengar oleh Bally sendiri. Sedangkan Bally tidak perduli dengan apa yang di katakan calon istrinya itu yang pastinya ia sangat bahagia jika Layra berada di sampingnya. Di sepanjang perjalanan, Layra hanya diam saja sedang Bally berusaha membuat gadis itu berbicara kepadanya. Namun, Layra tetap memilih diam saja karena ia sangat muak dengan laki-laki culun yang tidak pernah sadar diri dengan penampilannya. "Ayo, Sayang turunlah!" ucap Bally dengan lembut dan berusaha untuk mengenggam tangan Layra namun, gadis itu dengan segera menepis nya begitu kasar. "Sayang, sopanlah sedikit kepada calon suami kamu ini," tegur Bally. "Jangan banyak omong! Cepatlah masuk!" ucap Layra dengan geram, rasanya ia ingin memaki laki-laki itu di depan banyak orang. Layra masuk kedalam butik yang terlihat sedikit ramai karena pengunjung juga ingin mengambil pakain mereka, serta ada juga yang sedang memesan pakain untuk di pakai di hari yang spesial. "Sayang, ayo cobalah mengunakan gaun ini." Layra memutar kedua bola matanya dengan sangat jengah karena Bally terus memanggil dirinya dengan sebutan 'sayang' di hadapan banyak orang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD