Memiliki Sifat Yang Sama

1059 Words
Melihat sikap Bally yang sangat berlebihan kepadanya, membuat Layra sangat membenci laki-laki itu. Ingin rasanya ia merobek gaun pernikahan yang ia pakai saat ini, bahkan ia melihat gaun yang di pesan oleh Bally layaknya bukan gaun pengantin melainkan layaknya gaun seperti pakain wanita malam. Saat memakai gaun pernikahan itu, Bally terus memotret tubuh Layra namun, laki-laki itu terlihat bukan memotret wajahnya melainkan memotret buah dadanya yang begitu sangat nampak karena gaun tersebut hanya menutupi kedua bagian sensitifnya sedikit saja yang lainnya terlihat semua terbuka. "Sudahlah, berhenti untuk memotretku!" ucap Layra dengan kesal dan Bally pun akhirnya berhenti, lalu ia langsung tersenyum ke arah Layra. "Aku terlalu bahagia, Sayang." "Tapi aku sangat menderita! Kau tahu itu!" gumam Layra dalam hatinya. Layra hanya bisa menahan dirinya untuk tidak memaki Bally di depan banyak orang. Ia sudah begitu bosan dengan sikap Bally yang penuh percaya diri bergandengan dengannya, sedangkan orang-orang yang berada di dalam butik itu merasa kedua pasangan itu benar-benar tidak cocok untuk bersama. Bahkan Layra mendengar sendiri orang-orang mengatakan dirinya hanyalah ingin harta Bally saja, tentunya Layra sangat marah besar mendengar omongan tersebut karena ia benar-benar tidak seperti orang yang di katakan oleh mereka. "Bally, sudahlah! Aku ingin pulang sekarang!" ucap Layra yang sudah tidak tahan dengan semuanya, ia pun pergi ke ruangan ganti dan melepaskan gaun tersebut. Bally yang merasa masih belum puas melihat bentuk tubuh Layra yang sedang memakai gaun pengantin mencoba untuk menghentikan gadis itu namun, Layra mengancam bahwa dirinya akan berteriak jika Bally berani menghalangi dirinya dan pada akhirnya Bally pasrah saja sekarang. Layra sudah keluar dari ruang ganti, ia menatap sinis ke arah Bally yang sedang menatap dirinya dengan tersenyum. Layra yang melihat itu semakin membenci Bally, ia pun pergi tanpa mengatakan satu kata pun kepada laki-laki itu. Sedangkan Bally berusaha untuk mengejar Layra yang menghindari nya. "Layra, Sayang. Berhentilah, ayo masuk kedalam mobil ku sekarang!" ajak Bally dengan penuh kesabaran. "Dasar laki-laki culun tidak tahu diri!" maki Layra. Layra pun memilih untuk berjalan kaki saja karena ia masih belum melihat keberadaan taxi ataupun oje yang lewat, walaupun hari sudah mulai sore namun Layra tidak akan pernah untuk ikut masuk kedalam mobil Bally justru ia malah bersembunyi dari laki-laki itu sehingga Bally yang berusaha untuk menemukan dirinya sangat kesulitan, hingga pada akhirnya Bally berpikir Layra sudah menaiki taxi dan pulang terlebih dahulu. Layra yang tidak melihat keberadaan Bally lagi, ia pun keluar dari persembunyiannya dan melanjutkan langkahnya untuk berjalan menelusuri jalan yang di penuhi banyak kendaraan. Sudah 20 menit lamanya Layra berjalan, ia pun mulai merasakan kedua kakinya terasa sakit. Belum lagi kedua tumitnya terkelupas akibat high heels yang ia pakai cukup tinggi itu, membuat Layra sudah tidak sabar lagi untuk segera sampai di rumah dan beristirahat namun, Layra tidak ingin pulang ke rumah ia ingin pergi ke apartemen Meira sahabatnya karena sahabatnya hari ini sudah pindah dan memilih untuk tinggal sendirian di apartemen yang baru saja di beli. "Akh! Kenapa sangat melelahkan sekali, sih?!" gumam Layra yang sudah mulai mengeluh, keringatnya sudah membasahi kening serta baju dalamannya. Saat Layra ingin menyebrangi jalan untuk membelikan air minum, tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti tepat di hadapannya hingga membuat gadis itu sangatlah terkejut. Ia melihat seorang laki-laki keluar dari dalam mobil dan menatapnya dengan dingin. "Kau ingin masuk?" tanya orang itu yang tentu saja tahu apa yang sedang di alami Layra saat ini. "Pak, Raksa!" ucap Layra kepada Raksa yang berdiri dengan penuh berwibawa, walaupun Raksa laki-laki yang begitu tampan dan kaya namun Layra tetap saja tidak menyukai laki-laki itu, bahkan ia tidak berniat sama sekali untuk tertarik kepada Raksa karena sikap Raksa yang begitu dingin kepada semua orang, itulah yang membuat Layra berpikir bahwa Raksa tidak pantas untuk nya. "Masuklah!" ucap Raksa dengan cuek sambil matanya malas memandang ke arah Layra. "Tidak Pak, terima kasih," ucap Layra dengan sopan. "Kalau saya katakan untuk masuk, kamu harus masuk!" kesal Raksa. "Yang satunya ganteng dan yang satunya culun, tapi sikapnya semuanya sama menjijikkan!" gumam Layra dalam hatinya. "Kau sedang memaki saya?!" "Hah? Ti—tidak kok, Pak," jawab Layra dengan terbata-bata. "Sebaiknya kamu secepatnya masuk, sebelum saya menyeret kamu dengan kasar!" ancam Raksa dan Layra hanya diam-diam memaki laki-laki itu namun, ia dengan terpaksa untuk masuk kedalam mobil apa lagi dirinya juga sangat lelah dan segera beristirahat. Setelah melihat Layra masuk kedalam mobilnya, Raksa pun juga masuk dan menyetir mobilnya dengan kecepatan laju. "Alamat?" tanya Raksa dengan tiba-tiba. "Hah?" Layra yang bingung dengan ucapan Raksa yang seperti itu, ia menjadi terlihat seperti orang bodoh sekarang. "Alamat rumah kamu!" Rasanya ketika bersama dengan Layra, Raksa harus benar-benar mencoba untuk menahan rasa amarahnya karena selama ini, Raksa tidak pernah sama sekali untuk berhadapan dengan seorang wanita seperti Layra yang begitu terlihat kolot dan lamban untuk merespon ucapannya. "Oh, itu ..." Layra pun langsung menyebutkan nama alamat rumah sahabatnya Meira karena dirinya tidak ingin pulang ke rumah saat ini, ia hanya ingin menenangkan semua pikirannya karena sebentar lagi dirinya akan menikahi laki-laki yang tidak pernah ia cintai sedikitpun. Di sepanjang perjalanan Layra dan Raksa tidak ada sama sekali untuk melakukan percakapan satu sama lain karena menurut mereka berdua tidak ada hal yang penting ingin di bicarakan. Layra diam-diam menatap ke arah Raksa yang sedang menyetir mobil dengan begitu serius, entah kenapa laki-laki itu mau membawa dirinya masuk kedalam mobil. Biasanya bos nya itu selalu tidak memperdulikan orang lain ataupun pergi bersama dalam satu mobil seperti sekarang. "Tutuplah kedua mata mu jika tidak ingin saya mengeluarkannya!" ucap Raksa dengan tiba-tiba hingga seketika menyadarkan Layra dan gadis itu dengan segera menghadap ke arah lain. "Entah kenapa aku bisa bertemu dengan dua orang laki-laki yang memiliki sifat yang sama aneh dan menjengkelkan seperti ini?!" gumam Layra sambil bernafas dengan sangat kasar, ia berharap kelak dirinya tidak jadi menikahi Bally yang memiliki sikap aneh dan menjijikkan itu. "Harus bagaimana aku nantinya? Apa iya, laki-laki culun itu suami masa depanku? Tidak! Tidak mungkin! Aku tetap tidak akan pernah memiliki suami semacam dia, selain culun laki-laki itu sangat mengerikan dan aku tidak akan Sudi untuk memberikan kesucian ku kepadanya," gumam Layra dalam hatinya. Ia terus bergumam dengan cukup lama, hingga tidak menyadari bahwa mobil sudah berhenti di tempat alamat yang ia katakan kepada Raksa. Laki-laki itu hanya diam saja melihat Layra yang tidak kunjung keluar dari dalam mobilnya. Rasanya ia ingin melemparkan gadis itu keluar dan langsung pergi dengan segera untuk menjauhi karyawannya yang sangat bodoh menurutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD