bc

Akhir Dari Sebuah Penantian

book_age18+
260
FOLLOW
1K
READ
family
others
prince
drama
sweet
suger daddy
small town
wife
like
intro-logo
Blurb

Rasa sesal dari kesalahan Irma membuang sekuntum mawar merah merah pemberian pujaan hatinya harus dibayar dengan mahal

 Yaitu harus merelakan pujaan hati menjadi milik orang lain. Dan ketulusan cintanya kepada sang Arjuna membuatnya untuk memilih tertutup buat cinta yang lain. 

*Maafkan aku, yg pernah membuang setangkai mawar merah yg kau berikan saat itu.

hari ini tepat 6thn. aku menyakiti hatimu.  MAAFKAN AKU. ingin rasanya aku menebus kesalahan itu.  tapi kini sudah tak mungkin lagi.

Juna membaca pesan yg ada di WA.  Kemudian dia menengok ke semua arah.  Juna meyakini yg kirim pesan di WA ada disekitarnya.  

Usai mengirim pesan Irma segera kembali ke mobil.

"Saya yang bersama kak Juna waktu di acara Ultah Risma.  Saya cuma mau ngasih tau aja, kalau kak Juna itu cinta banget sama mbak Irma, hanya saja dia gak berani mengungkapkannya."

Setelah mengatakan itu Siska pergi tanpa pamit.  Lalu menghilang.

Irma terbangun.

"Tuhan... benarkah apa yg dikatakan Siska dlm mimpi ini? Kalau benar, knp yg kulihat di acara ultah semalam begitu mesra banget?".

Pikiran Irma kian tergambar oleh mimpi-mimpi malam ini.  

"Apakah krn Irma terlalu berharap?  Apakah Irma terlalu kecewa dgn apa yang dilihatnya di pesta itu?".

Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya.  Hingga pagi datang menjelang.

chap-preview
Free preview
satu
Diambilnya, setangkai mawar yang dibuang Irma. Ditatapnya mawar merah itu, diciumnya dengan penuh perasaan kemudian pergi. "Mungkin kau bukan untukku." Kata Juna lirih. “aku merawat mawar itu dengan tanganku sendiri, berharap suatu saat berbunga, akan kuberikan kepada dia yang tlah mencuri hatiku. tapi sayang.....ketika yang kurawat menghasilkan bunga indah.. kau tak mau menerimanya.” "Cay, bisa bantu Ciciz?" Katanya manja. Sambil dikedip-kedipkan matanya dan berjingkrak-jingkrak kecil. "Ya, apa yang perlu dibantu?" Jawabnya datar. Ditariknya tangan Juna sambil berkata: "Kunci yumah Ciz, tertinggal di dalam. Ciz, terlanjur menutup pintunya. Jadi gak bisa macuuuuk yumaaaah." Sambil menatap mata Juna manja. Siska adalah tetangga depan rumah Juna, dia bukan saja cantik. Putih mulus, berhidung mancung. Bibirnya mungil, tipis. Lesung pipinya kian kentara, saat senyum itu singgah. Rambutnya, halus, lembut, lurus panjang hampir sepinggul, agak kemerahan pirang berkilau alami. Jemari tangannya lentik, tubuhnya semampai, Tatapan matanya tajam bening namun menyejukkan. Suaranya lembut manja. Langkahnya tak lunglai namun juga tak tegak. Tawanya renyah, namun tak juga lantang. Juna sering memuji dan memberinya nilai mendekati sempurna. Keakraban mereka berdua sejak Siska Usia 11tahun masih duduk di bangku SD kelas 5, dan Juna masuk SMA. Kedekatan mereka tak ubahnya seorang kakak dan adik. Diluar jam sekolah, dimana ada Siska, disitu Juna ada. Seiring berjalannya waktu.. Kedekatan Juna yang super istimewa di mata Siska. Lambat laun menumbuhkan cinta Siska padanya. Juna tau persis itu, namun dia tak menanggapinya dengan serius. Disikapinya cinta Siska sebagai puber pertama. "Suatu saat nanti, adiknya yang imut itu pasti akan berubah, dan mencintai seseorang yang dicintai dan mencintainya." Pikirannya. "Nenek-nenek. Maklum kalau pelupa." Kata Juna. Samabil.mencolek pipi Siska. Dipegangnya tangan Juna dengan kedua tangannya seraya diayun-ayunkan dan berkata: "Tapi nenek-nenek cantik kan cay." Sambil ketawa sedikit nyengir. "plis..plissss...piiis, Ciciz, minta toyong.. ya ya ya?" Lanjutnya dipegangnya lagi tangan Juna, lalu diciumnya kedua tangan Juna. Kemudian ditempelkan di pipinya lalu menatap mata Juna dengan penuh harap. "Upahnya apaaaa?" Tanya Juna perlahan, hingga Siska tak mendengarnya. "Apa?" "Gak jadi!!!" "Oooooo..ntar Ciciz tayank pipi cay." Bisik Siska di telinga Juna sambil jinjit. "Huuhz, anak kecil ngomong apa itu?" Kata Juna melotot. "Yeeeeeeeee, ama kakaknya ndiri gak boyeeh? Emang capa yang ngelarang?" Ucap Siska sambil memeluk pinggang Juna erat. "Emang Siska, mau ngambil apa? Kalo gak penting, mending panggil tukang kunci aza, biar gak rusak." Kata Juna, mengalihkan pembicaraan. "Iiiiiiich, tumben cay kiuu Cerdas bingit ha.ri ini...hahahahahaha." Ledek Siska. Lalu diciumnya pipi Juna dan melepaskan pegangan di pinggang Juna, berlari kecil mendahului langkah Juna beberapa meter di depan. "Cay!!" "Hem." Juna asik menggigit Coklat pemberian Siska. "Anter Ciciz ke Ultah Risma ea." Pintanya. Namun Juna diam. "Kakak gak bisa, ya sudah..Siska berangkat sendiri za." Ungkapnya sambil cemberut, bibirnya dimonyongin. Berdua membuka pintu mobil, Juna pintu depan sebelah kiri dan Siska sebelah kakan. "Iiiiiiiiich, macak si Tantik harus jadi supir sich? apa kata dunia?" "Sekali-sekali." Jawab Juna pura-pura cuek. "Cay, kok gak dijawab?" "Apa?" "Anter Ciciz, ke Ultah Risma." "Kan Kakak sudah bilang gak bisaaaaa, cantik.. masalahnya nanti dua jam.sebelum Risma tiup lilin, kak Juna rencananya mau pusing, mual nyeri lambung, sedikit diare tapi tidak sampai." Belum selesai bicara, Siska memotongnya : "Panu, kurap, bisul nongol di jidat". Kata Siska sedikit ngegas. Berhenti sejenak, lalu meneruskan: Sore itu di rumah Siska. "Tante,.. Ini sekarang Siska tambah bawel kayak nenek-nenek yang lagi kehilangan susur Te" "Biariiin... Habisnya. Kak Juna sekarang sombong, Ma. Siska sering dibiarin sendiri. kayak anak yatim piatu." "Siskaa, Kakakmu Juna kan baru kerja. Pasti banyak kesibukan donks!. Jadi Siska harus menyadari itu." Kata Mama "Tapi, Maaaa." "Okey!, Kak Juna. Mulai detik ini, Tante minta. Kak Juna harus mengawal Siska kemanapun. Termasuk pipis. kalau perlu Kak Juna yang mandiin Siska." "iiiiiiiiih, Mamaaaaaaaa! Bukan ituuuuu maksud Siskaaaa," kelaknya manja. "Teruuusss, gimana. Coba catet. Biar Mama tau kemauan Siska. Terus Mama sampein ke Kak Juna." Diciumnya pipi Mama dengan gemas, diambilnya kue lapis dan digigitnya, kemudian disruputnya teh hangat. "Ma, bilangin kak Juna, Minta sama dia, suruh nganter Siska ke Ultah Risma. Kalau perlu Mama bikin proposal biar di acc." Tanpa menunggu jawab, dia masuk ke kamar. "Gimana, kerjaan mu nak? kerasan kan?" Tanya Mama. "Namanya juga bawahan, Te. Ya masih harus tunduk dan setia sama atasan. Kalau masalah itu, Juna kerasan banget." Jawabnya. "Sebenarnya Juna diminta untuk mengelola beberapa villa di Bali. Bukan baru merintis sih. Tapi sudah tinggal melanjutkan." "Terus, kapan itu?" "Ya, kapan aja Juna siap." "Heeeem, rencana Juna sendiri kapan siapnya?" "Gak, Te. Juna gak tega ninggalin Siska. Mungkin kalau Juna sudah yakin betul, bahwa Siska sudah dapat pendamping yang mampu melindungi dan menyayanginya, baru Juna mungkin siap." "Untuk sementara Juna cukup puas dengan posisi ini di perusahaan Juna sekarang." Tambahnya. "Mama juga berpikir begitu. Sepertinya Siska dah sulit tanpa nak Juna, karena sejak SD sampai sekarang dah lulus kuliah, malah makin lengket aja sama nak Juna." "Aiiiiiiis..aiiiis..aiiiis... BIDADARI turun dari panci... Imut banget hari ini." "Ngeledeeeeek !!! Ada yg punya, berani - beraninya ngeledek? Gak takut sama Mama? Rupanya makin berani ngeledek anak Mama yg cantik ini?" Kata Siska pada Juna. "Ya udah, nanti kak Juna Mama laporkan ke Komnas Perlindungan anak." Kata Mama sambil tersenyum. Siska memakai rok alla penari balet, hanya beda jenis kain dan coraknya. Rambut terurai sebatas pinggul, dengan memakai bando, tanpa pernak-pernik. Membawa tas pegang warna silver. ditentengnya. Senyum lembut menghias. Tanpa make up yang mencolok, lipstick pink transparan. Memang terlihat anggun dan menggetarkan jantung buat siapa saja yang melihatnya, terlebih mrk yang pernah kasmaran padanya. "Jiiiiiiiiiii'aaaah. Kak Juna kok belum siap-siap." "Iyaaaaaaa, tuan putri. Hamba segera bersiap-siap." Juna langsung ke kamar. Juna memang sering menginap di rumah Siska, begitu sebaliknya. Siska jg sering tidur di rumah Juna. apalagi Theresa adik Juna, sejak SMP, hingga di perguruan tinggi selalu bersama dan Menjadi teman Curhat. Juna mengenakan kemeja agak ketat, sehingga lekuk dadanya kentara, dengan krah kecil, dan memakai semi jas berwarna gelap, tanpa dikancing. "Waaaaoooo, serasi bangeeeeet." Kata Mama dlm hati. "Ma, kami berangkat ya." Dikecupya tangan mama, pipi kiri dan kanan juga "Okey, hati-hati dijalan. Jaga anak Mama yang Cantik. Jangan sampai ada nyamuk yang menggigitnya." "Siap laksanakan, Te." Juna digandeng mesra oleh Siska, dan melambaikan tangan kanannya, sambil menoleh ke Mama. Acara pesta itu sendiri masih belum dimulai. Ada beberapa tamu undangan spesial yang harus ditunggu. Di samping itu, kalau menurut jam yang tertera di undangan masih, kurang seperempat lagi. Saat Juna dan Siska datang, hampir seluruh mata undangan tertuju padanya. Beberapa pria yang mengagumi Siska selama di kampus, jadi merasa putus harapan. Beda dengan Juna. Matanya mengembara. Berharap gadis yang mengisi hatinya selama ini, hadir. Tangan Juna digenggam sama Siska. Ditariknya, berharap semua teman-temannya yang hadir tau, bahwa sang Arjuna ganteng yang menemani itu adalah pujaan hatinya. Anti yang biasa pamer cowok gebetan barunya, kini terpaksa harus mengakui, bahwa Siska memang hebat. "Gak nyangka, Siska bisa dapetin cowok cool super keren. Kali ini gua harus akui itu." Bisiknya pada Linda. "Emang elu, pinter menggaet cowok. Dan elu bisa gonta-ganti kapan elu mau. Tapi Siska mampu mendapatkan pria tampan berwibawa, smart, cool and handsome." Puji Linda di depan Anti. Anti Pun dibuat kecut oleh Linda dgn beberapa kata yang diucapkannya. Pesta Ultah di taman itu begitu meriah. Sepasang mata, memperhatikan dengan serius Juna yang tak pernah lepas dari pegangan Siska. Terlihat jelas Gadis bergaun warna merah marun itu, memendam kecewa, saat dia yakin, bahwa yang diperhatikan itu adalah Juna. Gadis bergaun merah marun itu adalah Irma. Dia mengagumi Juna sejak semester 2 . Sedang Juna 4 semester diatasnya. Irma gadis pendiam yang tak berani menunjukkan rasa kagumnya. Begitupun Juna sangat mengagumi Irma. Junapun sama. dia juga hanya menyimpan rasa itu. Ketika Juna bersama Siska, harapannya harus di kuburnya dalam-dalam. "Ternyata dia yang ku damba, telah memiliki pendamping." Katanya dalam hati yang kecewa. Melihat dari kejauhan adalah Irma pujaan hatinya, Juna meninggalkan Siska yang sedang bercanda ria, dan menghampiri Irma. "Kok sendiri? mana yayangnya?" Kata Irma dalam hati. "Kaulah Arjuna ku, yang seharusnya berada di sisiku. Tapi kau lebih memilih yang lain dibanding aku.” "lho kok gak dijawab sih?" "ooooooo, iyaaaa." "Iya apaaa?" "heemmm, tadi tanya apa." Kata Irma gugup. "Heeeeemmmm, Irma terlihat anggun pakai gaun ini." Alih Juna. "Kekasihmu jauh lebih anggun dan lebih beruntung dari aku." Katanya dalam hati. "heeeeemmm, Seandainya kau jadi milikku, aku akan setia mendampingimu hingga Tuhan memanggilku." Kata Juna dalam hati. Mereka berdua sama-sama diam, gak tau apa yang harus mereka katakan. Selang berapa lama, Juna angkat bicara. "Yuk, kita gabung dengan mereka." Ajak Juna. Irma berusaha mengelak, tapi Juna memegang tangan kanannya dan menarik Irma. "Aduuuuh Tuhaaaan, tangannya lembut banget." Kata Juna dalam hati. "Ya, Tuhan. Dia yang Irma dambakan, memegang tanganku." Jantung Irma berdegup tak menentu, ada rasa damai menghinggapi perasaan, ada getaran yang lain dalam hatinya. Saat sang Arjuna memegang tangannya. -Bersambung-

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
207.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.8K
bc

My Secret Little Wife

read
100.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook