bab 3a

580 Words
Ken POV Aku kesal sekali, bagaimana bisa mama mengetahui pasword tempat tinggal ku. Selain kak Revan dan mamah siapa lagi yang tahu..? Aku menajamkan pandangan mataku ke arah Lila. "Kamu yang kasih tahu pasword rumah?" Tanyaku yang lebih seperti ancaman baginya. Lila menunduk dan bukannya menjawab. "Jawab ...!" Tekanku. Kulihat Lila seperti ingin menangis karena mendengar bentakanku. Huft..! Aku membuang napas dengan kasar. "Jawab Lila, saya hanya tanya saja.." ucapku melembut karena kasihan juga melihatnya yang ketakutan. Beberapa lama Lila terdiam, Lila pun akhirnya mengangguk dan mengakui. "Besok-besok jangan kasih tahu lagi. Saya akan ganti pasword nya besok pagi." Ujarku yang dibalas anggukan pelan oleh Lila. Hanya Lila yang dapat membuat diriku suka sekali memerintah dan jadi banyak omong. Jujur sekali aku tak suka banyak bicara apalagi pada orang asing. Tapi dengan Lila entah mengapa berbeda, hanya ia yang bisa membuatku mengomel , marah , menjadi 'tuan' bahkan tertawa. "Ken..! Mamah nungguin nih." Teriak mamah dari luar. Aku menggaruk rambutku yang tidak gatal, alasan apa yang harus aku bilang ke mamah nanti. "Keluar Ken..!" "Iya mah..!" Sahut ku. Aku menyuruh Lila untuk berdiam disini sampai aku dan mamah ke lantai bawah, baru dia boleh pergi. "Saya akan keluar duluan, kamu tunggu sini sampai saya dan mamah turun kebawah. Kamu baru boleh pergi.." "... kamu aman Lila , untuk lain waktu saya pastikan tidak ada yang menghalangi lagi." Ujarku penuh penekanan di depan wajahnya yang awet masih seperti anak gadis yang enam tahun lalu saat pertama kali aku temui . Kulihat Lila hanya menundukkan kepalanya dan memeluk tubuhnya sendiri. Aku tahu ia pasti kedinginan. "Pakai baju la, aku kebawah..!" ������ "Kamu benar-benar sendiri dikamar mandi..?" Tanya mama penuh selidik. "Iya mah, Ken benar- benar sendiri." "Lalu dimana Lila..?" Tanya mamah. "Ada dikamarnya kali, Ken juga gak tahu. Ken kan baru saja sampai ke rumah." jelasku yang bermaksud pembelaan. Mama mengangguk, aku yakin mama percaya. Karena tak satu orang pun di sekeliling ku yang percaya aku suka wanita. Perkataan Kak Revan saja yang kemaren mungkin hanya sekedar berbasa-basi dan menganggap omonganku bercanda atau bicara omong kosong. Hei image ku di depan semua orang 180 derajat sangat berbeda dari aslinya. Dan aku senang sekarang , satu orang sudah mengetahui jati diriku yang sebenarnya, Lila sekretarisku. Dengan begitu aku akan puas bermain dengannya. Hanya lima permintaan. Aku akan memanfaatkannya dengan baik. ������ Lila POV. Setelah sayup-sayup aku menguping dan mengintip lewat bolongan pintu kamar mandi pak Ken , sepertinya sudah tidak ada tanda-tanda mama Icha dan pak Ken diluar. Mereka pasti sudah kebawah, setelah memakai bajuku aku segera berlari kekamar meninggalkan kamar pak Ken. Aku berfikir untuk mandi dan keramas agar pikiran ku tenang, otak ku terus berfikir bagaimana cara untuk menghindar dari serangan bosku, Ken. Tapi entah mengapa, wajah pak Ken selalu terngiang jelas diotakku. Wajah nya yang kadang tengah menggodaku..! Aku susah selesai mandi dan memakai baju tidur yang terlihat seperti anak SD. Lalu mengeringkan rambut dan memakai sedikit pewangi strawberry vanila kesukaanku. Setelah itu mencoba untuk tidur ketika kulihat langit sudah menggelap. Lelah sekali, batin juga pikiran ku. Tanpa sadar aku tertidur. ������ Author POV Krekkk....! Suara pintu kamar terbuka. Sepasang mata yang sangat tajam mengarah bebas menelusuri tubuh wanita dihadapannya yang tengah tertidur. Matanya mengabsen setiap inci semua yang ada pada tubuh wanita itu. "Kenapa tidur sih? Saya bahkan belum memulai apa-apa, Lila." Ujar laki-laki itu seraya menghempaskan selimut yang wanita itu pakai dari hadapannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD