Jared membuka matanya perlahan. Rasa pusing yang begitu kuat membuatnya kembali memejamkan mata. Suara denting ponsel membuatnya meraba-raba sakunya dan dia kembali berusaha membuka matanya.
Hanya sebuah pesan singkat yang tidak dimengertinya, entah karena kepalanya yang masih pusing atau memang pesan itu yang terasa aneh. Jared menekan tombol di ponselnya dengan asal dan kembali memejamkan matanya. Kepalanya terasa terlalu berat untuk diajak bekerja sama. Lebih baik dia kembali memejamkan mata dan melupakan sejenak apa yang terjadi.
"Tuan..., apa anda baik-baik saja?" Sebuah suara membuat Jared terjaga. Sial! Dia mengumpat dalam hati. Kepalanya masih terasa sangat pusing. Apa artinya Denvor telah mengalahkannya saat bertaruh semalam?
"Tuan...." Suara itu kembali mengganggunya. Saat seluruh ingatannya kembali, dia segera melompat dari tidurnya.
"Di mana ini?" tanyanya dengan suara parau. Matanya dengan cepat terbuka lebar dan menatap sekelilingnya. Ini bukan tempat yang sama dengan yang diingatnya semalam. Semalam Jared ingat benar jika dia sedang bertaruh dengan Denvor untuk menghabiskan sebotol whiskey, tapi kenapa pagi ini dia terbangun di kamar yang terlihat sangat mewah?
"Di kamar anda, Tuan," sahutnya suara itu lagi. Jared menoleh dan mendapatkan seorang lelaki bertubuh gelap menatapnya tanpa ragu.
"Siapa kau?" tanyanya kemudian. Di mana ini? Siapa orang itu? Dan kenapa dia bisa berada di kamar mewah seperti ini? Apa mabuk telah membuatnya menjadi tidak waras?
“Apa Tuan lupa dengan asisten Tuan ini?” tanya lelaki itu.
“Jeff, Tuan,” lanjutnya lagi karena Jared masih terpaku dengan wajah bingung.
Jared terlihat sedang mengeja nama Jeff berulang-ulang. Jared tidak ingin pernah memiliki seorang asisten bernama Jeff. Kalau pun dia memiliki asisten, namanya Bony dan orang itu telah kabur membawa separuh uangnya setengah tahun yang lalu.
Jadi siapa Jeff yang mengaku sebagai asistennya ini?
“Tuan minum terlalu banyak semalam. Lain kali aku akan memperingatkan Tuan jika melakukan pesta seperti semalam lagi,” ujarnya. Pesta apa? Jared bahkan tidak ingat ada melakukan pesta. Yang Jared ingat, dia mabuk bukan karena pesta, tapi karena bertaruh minum whiskey dengan Denvor. Apa mungkin mabuk membuatnya salah memasuki rumah orang?
“Siapa namaku?” tanya Jared kemudian. Wajah Jeff berubah bingung, tapi tak urung dia membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Jared.
“Jerome Anderson. Orang-orang biasa memanggilmu dengan panggilan J. A,” sahutnya lancar. Jared mengernyit tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Jared mendesis karena nama J. A mengingatkannya pada cara Denvor memanggilnya. Tapi tentu saja namanya bukan Jerome Anderson, dia saja tidak pernah mengenal nama itu.
“Tidak mungkin. Aku pasti sedang bermimpi,” ujarnya dengan nada frustrasi.
“Aku akan kembali tidur. Mungkin saat aku terbangun nanti, pikiranku sudah bisa lebih nyata dari ini,” lanjutnya dan tanpa memedulikan Jeff yang mematung menatapnya, Jared kemudian memejamkan mata. Bagi Jared, ini adalah mimpi. Bagaimana mungkin saat terbangun dari mabuknya dia menjelma menjadi sosok Jared Adam yang berbeda.
“Siapa aku? Maksudku, apakah kau tahu apa pekerjaanku?” Jared tiba-tiba membuka matanya saat sebuah pertanyaan membuatnya berpikir. Jika lelaki bernama Jeff itu menjawab pertanyaannya dengan benar, bisa dipastikan dialah yang sudah tidak waras.
“Tuan adalah seorang aktor papan atas di Hollywood. Tidak mungkin aku tidak tahu apa pekerjaanmu karena aku sudah bekerja denganmu hampir sepuluh tahun terakhir ini,” sahutnya. Mata Jared membesar dan mendadak tidak tidak ingin melanjutkan tidurnya.
Dia kembali melompat dari tempat tidur sambil matanya menatap setiap sudut kamar. Jared yakin jika tadi malam, dia masih berada di apartemen tuanya dan merenungi nasib karena kemalangannya. Tidak mungkin jika pagi ini tiba-tiba saja dia bisa berada di kamar dengan kondisi yang begitu berbeda.
“Kau pasti salah satu anak buah Denvor!” tuding Jared sambil menatap Jeff dengan tajam.
“Siapa Denvor yang Tuan maksud?” tanyanya kemudian.
“Ah! Aku tidak tahu! Tinggalkan aku sendiri!” teriaknya sambil memijat kepalanya yang mulai terasa sakit.
Bingung dengan situasi yang terjadi padanya, Jared kemudian mencari ponselnya. Mungkin Mark bisa membantunya untuk keluar dari tempat aneh ini. Jared menemukan ponselnya berada di bawah bantal, tapi anehnya tidak ada nama Mark sama sekali di ponselnya. Bukan hanya Mark, tidak ada satu kontak pun yang tersimpan di ponselnya!
Kegilaan seperti apa ini! Jared mengumpat dengan keras dan melemparkan ponselnya ke tempat tidur. Apa yang sebenarnya terjadi. Jared sangat yakin jika saat ini dia sudah tidak berada dalam pengaruh alkohol, jadi tidak mungkin hangover membuatnya seperti ini.
Jerome Anderson si aktor papan atas? Jared mengulang ucapan Jeff tadi dan malah membuatnya tertawa geli. Sangat tidak masuk akal! Bahkan dalam mimpi pun, Jared tidak pernah mengalami hal seperti ini.
Kepalanya terasa sangat berat. Jared menekan-nekan keningnya selama beberapa saat sambil memikirkan sesuatu. Siapa yang sedang mengerjainya saat ini? Denvor? Atau dia sedang dijebak salah satu reality show sialan? Kalau iya, mereka akan merasakan akibatnya nanti.
“Tuan, apa aku boleh masuk?” Terdengar suara ketukan kembali. Pasti lelaki yang mengaku bernama Jeff tadi, batin Jared dalam hati.
“Aku mengantarkan makan siang untuk Tuan. Tuan pasti lapar karena melewatkan sarapan.” Jeff meletakkan senampan besar berisi makanan yang menggugah selera dan juga beberapa potong buah segar. Jared menelan ludahnya. Dia memang sangat kelaparan saat ini.
“Tinggalkan aku,” perintahnya lagi. Saat ini Jared tidak peduli apa memang ada seseorang yang sedang mengerjainya. Yang lebih penting saat ini adalah makanan itu berpindah ke dalam perutnya. Kalau pun cuma mimpi, biarlah saat dia bangun nanti, perutnya sudah merasa kenyang.
Dia menghabiskan makannya dalam sekejap. Kelaparan membuatnya tidak bisa mengendalikan diri. Jared menatap pintu kamar sambil berpikir mungkin sudah saatnya dia melarikan diri dari tempat aneh itu.
Jared tersenyum senang saat mendapati kenyataan jika pintu kamar tidak terkunci. Matanya membesar saat pintu kamar terbuka. Tempat ini sungguh mewah dan terlihat besar. Siapa pun yang menahannya di sini, pasti kecewa karena tidak ada yang bisa didapatkannya dari Jared yang miskin ini, begitu yang dipikirkan Jared sambil mengendap mencari pintu keluar.
Hampir saja dia melupakan tujuan utamanya untuk kabur karena terlalu asyik menatap setiap sudut rumah yang ditata dengan mewah dan elegan. Beruntunglah siapa pun yang memiliki rumah ini, ucapnya dalam hati sambil terus mencari jalan keluar untuk kabur.
Sayangnya hingga hampir setengah jam dia berputar-putar di rumah yang luas itu, Jared belum menemukan pintu keluarnya. Dia mendesis kesal sambil matanya terus mengedar ke segala arah. Kali ini dia malah lebih mirip seperti seorang pencuri dari pada tawanan yang berniat kabur.
Mata Jared mengerjap, mulutnya membuka dan dia merasakan jantungnya berdetak semakin kencang saat melewati lemari kaca yang berisi piala berbagai jenis awards perfilman. Napasnya terasa berhenti saat dia membaca setiap nama yang tercetak di piala itu. Semuanya bertuliskan nama Jerome Anderson!