4. Jangan Panggil Aku Jerome

2022 Words
Jared terdiam selama beberapa saat. Di kepalanya masih memikirkan hal tidak masuk akal yang sedang terjadi padanya. Bagaimana mungkin orang-orang mengenalnya dalam sosok yang berbeda hanya dalam waktu sekejap? Semakin dipikirkannya, semakin buntu pikirannya. Jared masih terduduk di sebelah lemari kaca yang penuh dengan penghargaan dalam bidang film milik Jerome Anderson, seseorang yang kali ini menjadi sosok dirinya. Matanya mengedar ke segala arah. Ini benar-benar tidak masuk akal. Jared sering berharap jika ada keajaiban yang membuat kehidupannya bisa menjadi lebih baik, tapi tentu saja bukan dengan kejadian aneh seperti ini. Sesuatu yang mendadak dan terlalu berlebihan malah membuatnya ketakutan. Dia berharap jika semua ini hanya mimpi. "Apa yang sedang Tuan lakukan di sini?" Jared tersentak dan mendapatkan lelaki yang mengaku bernama Jeff sedang menatapnya dengan wajah bingung. Mendapat tatapan bingung dari Jeff membuat Jared menegang, dia merasa seperti seorang pencuri yang sedang dipergoki akan mengambil barang curian. "Aku...aku hanya sedang berjalan-jalan," jawabnya asal. "Rumah ini terlihat bagus," sambungnya lagi. "Tentu saja, bukankah Tuan sendiri yang mendesain rumah ini?" tanya Jeff. Sejenak Jared menahan napasnya. "Biarkan aku sendiri dulu," katanya kemudian. Jared yang sebenarnya pasti tidak akan pernah mengucapkan kalimat sombong seperti ini, tapi dia sedang berusaha menempatkan dirinya sebagai sosok Jerome Anderson yang dikenal oleh Jeff. Bukankah salah Jeff sendiri yang begitu yakin menganggapnya sebagai Jerome? "Baik, Tuan. Jika Tuan butuh sesuatu, Tuan bisa memanggilku," balasnya sambil beranjak. "Tu...tunggu!" panggil Jared menghentikan langkah Jeff. "Bisakah kau memberitahuku di mana pintu utama rumah ini? Ah! Kepalaku terasa sedikit berat, aku sedang tidak bisa berpikir dengan benar," pintanya dan kontan membuat wajah Jeff terlihat bingung. "Semua pintu di rumah ini mengarah pada pintu utama, Tuan. Tapi hanya Tuan saja yang mengetahui kode untuk membuka pintu utama itu," ucap Jeff. "Kode?" tanya Jared. "Benar, Tuan. Tuan memberi kode pada pintu utama dengan alasan untuk keamanan," jawab Jeff. "Apa Tuan masih merasa tidak sehat? Aku bisa memanggil Tuan Arthur ke sini," ucap Jeff lagi. Dia merasa tuannya begitu aneh karena pertanyaannya tentang di mana pintu utama. Jared terdiam sesaat. Seingatnya dia tidak memiliki teman yang bernama Arthur. "Siapa Arthur?" Tak urung pertanyaan itu keluar dari mulutnya. "Dokter pribadi, Tuan," sahut Jeff dengan wajah cemas. Melihat Jared yang terlihat kebingungan, Jeff yakin ada yang tidak beres dengan tuannya itu. Apa mungkin minuman beralkohol membuatnya seperti orang kehilangan ingatan? "Ah! Tidak perlu. Aku merasa baik-baik saja." Kali ini Jared yang terlihat cemas. "Tinggalkan saja aku, aku akan lebih baik setelah ini," ucapnya lagi agar Jeff segera beranjak dari hadapannya. Setelah meninggalkan lemari lemari kaca yang terlihat begitu mencolok di ruangan ini, Jared kembali melangkah menyusuri setiap sudut rumah yang terasa asing baginya. Dia tidak ingat lagi sudah berapa lama berada di rumah yang begitu mewah dan besar ini. Sampai akhirnya Jared berpikir jangan-jangan semua yang terjadi ini memang sudah ditakdirkan untuknya. Bukankah seharusnya dia menikmati saja apa yang telah diberikan padanya? Sambil terus memperhatikan sekelilingnya, Jared berjalan mengelilingi rumah yang seperti tidak berujung ini. Di setiap sudut ruangan, ada saja hal yang membuatnya terkesima. Dari jendela tempatnya berdiri kali ini, dia bisa melihat sebuah kolam renang besar dengan desainnya yang terlihat mewah. Dengan kolam renang yang seluas itu, dia bisa membawa seluruh penghuni apartemen lamanya untuk berenang di sana. Mata Jared kemudian kembali berputar, masih melalui jendela kaca, dia menatap ke taman penuh dengan pohon dan tanaman hias yang luasnya mungkin setara dengan sebuah lapangan bola. Sangat luas dan dia tidak mengerti berapa orang tukang kebun yang dibutuhkan untuk menjaga dan membersihkan taman yang sebesar itu. Siapa pun sosok yang bernama Jerome Anderson, dia pasti orang yang sangat beruntung karena bisa hidup bergelimang harta dan penuh kemewahan seperti ini. Jared sangat ingin keluar dari rumah besar ini, tapi dia belum menemukan jalan keluarnya. Banyak jendela kaca di rumah ini, tapi tidak ada satu pun yang terbuka. Rumah ini sepertinya memang sengaja dibuat tertutup, entah karena alasan keamanan atau bisa jadi pemiliknya memang senang mengurung diri. Dari tadi Jared tidak menemukan satu orang pun di rumah yang besar ini. Rasanya sangat tidak mungkin tidak ada satu pelayan pun di rumah ini. Atau jangan-jangan semua kebutuhan rumah ini hanya ditangani oleh Jeff? Jared kemudian menggelengkan kepalanya, berusaha tidak mau berpikir keras tentang hal yang tidak penting baginya. Selama dia tidak dalam bahaya, berada di rumah ini bukan hal yang buruk juga. "Maaf Tuan, ini ponsel yang Tuan pinta. Ponsel seperti inikah yang Tuan inginkan?" Lagi-lagi Jared terkejut dengan kemunculan Jeff yang tiba-tiba. Dia sempat mengumpat dalam hati, memaki Jeff yang selalu membuatnya terkejut. "Ponsel apa ini?" tanya karena seingatnya ponsel miliknya jauh lebih kuno dibanding ponsel yang berada di tangan Jeff. "Ponsel Tuan rusak karena terjatuh kemarin, dan ini ponsel baru sesuai dengan keinginan Tuan. Aku telah memindahkan semua kontak dan semua yang tersimpan di ponsel lama Tuan ke ponsel baru ini," jelas Jeff. Walaupun masih tidak mengerti dengan ucapan Jeff, tapi Jared menerima saja saat Jeff mengulurkan ponsel barunya. Sebuah ponsel mewah yang dalam mimpi pun sepertinya tidak akan bisa dibelinya. "Siapa yang biasa kuhubungi?" tanya Jared sambil mengamati ponselnya. Jeff mengerti jika keadaannya tuannya masih belum sehat, sehingga dia terlihat biasa saja saat Jared menanyakan hal aneh itu. "Samantha, Sarah, Ericca,...." "Kenapa semuanya wanita?" potong Jared cepat sebelum Jeff melanjutkan bicaranya. "Bukankah Tuan memang senang menghabiskan waktu bersama wanita?" tanya Jeff dengan kening berkerut. Seketika Jared merasa merinding dengan jawaban dari Jeff. Bagaimana bisa dia menghabiskan waktu bersama wanita jika dia saja selalu tidak percaya diri saat bersama seorang wanita? "Atau apakah Tuan ingin aku memanggil salah satu dari mereka?" tanya Jeff dan langsung dijawab Jared dengan gelengan kepala. "Selain wanita-wanita itu, siapa lagi yang biasa datang ke sini?" tanya Jared penasaran. "Tuan, aku begitu khawatir dengan keadaan Tuan. Apa tidak lebih baik aku memanggil Tuan Arthur ke sini?" tawarnya. "Tuan seperti melupakan banyak hal," sambungnya lagi. "Ah! Jangan khawatir, Jeff. Semua ini hanya sementara. Sebentar lagi keadaanku akan membaik," balas Jared cepat. "Kalau begitu panggilah siapa saja yang bisa membuatku mengingat lebih banyak lagi," kata Jared akhirnya hanya agar Jeff tidak curiga padanya. Jeff kemudian pergi setelah mengiakan permintaan Jared. Jared merasa seperti orang tidak waras dengan semua yang terjadi padanya. Dia seperti sedang mendalami sebuah peran tanpa ada skenario. Jared tidak tahu siapa itu Jerome, bagaimana sifatnya, dan apa saja rahasianya. Tapi kali ini dia harus berpura-pura menjadi sosok Jerome. Sambil membuang napas panjang, sekali lagi dia berharap jika saat ini dia sedang berada di sebuah film yang sedang dibintanginya dan saat film berakhir, semua akan kembali seperti sedia kala. Jared telah berada di depan jendela kacanya selama beberapa waktu, dia masih saja merenung sambil melihat kejauhan. Matanya tiba-tiba saja terpusat pada sebuah mobil yang mulai memasuki halaman rumah ini sampai akhirnya mobil itu berhenti tepat di depan rumah dan seseorang turun dari balik mobil. Mata Jared memicing tajam sambil memperhatikan dengan jelas siapa yang sedang turun dari mobil. Denvor? Tidak mungkin! Bersamaan dengan rasa terkejutnya ponsel pemberian Jeff yang masih berada di genggamannya tiba-tiba berbunyi dan ada nama Jeff yang terpampang di layarnya. “Tuan Denvor sudah datang, Tuan bisa membukakan pintu untuknya,” ucap suara di balik telepon setelah dia mengangkat telepon itu dengan ragu. “Kenapa Denvor bisa ke sini?” tanya Jared panik. “Bukankah tadi Tuan memintaku untuk memanggil siapa pun yang bisa membuat Tuan ingat dengan semua yang terjadi?” Jeff bertanya balik. “Tapi kenapa harus Denvor?” tanyanya tidak terima. Melihat wajah Denvor saja membuatnya mengingat hinaan yang diberikan padanya. Lelaki itu juga yang membuatnya mabuk berat hingga saat terbangun tiba-tiba saat sudah berada di rumah mewah ini. Atau bisa jadi semua yang terjadi ini adalah skenario dari Denvor. Sebentar lagi dia akan menertawakan Jared dan mengatakan betapa malang hidupnya. “Denvor adalah sahabat terbaik anda, Tuan,” jawab Jeff dengan wajah serius. Terbaik? Terbaik dari mana, ucap Jared di dalam hatinya. “Jadi apakah Tuan mau membukakan pintu untuk Denvor? tanya Jeff. “Aku saja tidak tahu di mana letak pintu utama, bagaimana caranya aku bisa membuka pintu?” Jared bertanya balik dengan perasaan kesal. “Tuan tinggal memerintahkan dari ponsel dengan menyebutkan beberapa kata sandi yang hanya Tuan sendiri yang tahu,” sahut Jeff. Jared kemudian mengusap wajahnya dengan kesal dan segera mematikan panggilan dari Jeff. Jika semua ini memang benar skenario dari Denvor, dia akan merasakan pembalasannya nanti. Walaupun masih ragu penjelasan dari Jeff, mau tidak mau Jared membuka ponsel dan melihat isinya dengan saksama. Setidaknya jika dia bisa membuka pintu utama, dia bisa pergi dari tempat ini. Dengan perintah suara, dia kemudian menyebutkan beberapa kata kunci yang mungkin ada hubungannya dengan aplikasi yang bisa digunakannya untuk membuka pintu utama. Semua yang berada di rumah ini terlalu canggih dan Jared belum terbiasa dengannya. Sebuah aplikasi terbuka saat Jared menyebutkan kata ‘buka pintu’. Bukannya lega karena dia telah mendapatkan aplikasi yang dimaksud, kening Jared malah semakin berkerut karena dia tidak tahu kata sandi apa yang bisa digunakan untuk membuka pintu. Jared mencoba dengan menyebutkan tanggal lahirnya. Tapi dia kemudian tertawa karena tidak mungkin hal itu akan berhasil, sudah pasti tanggal lahir Jerome Anderson berbeda dengannya. Jared kemudian mencoba lagi dengan menyebutkan nama lengkap Jerome hingga kata-kata aneh yang tidak masuk akal lainnya. “Anastasia,” ucap Jared menyebutkan nama ibunya yang entah kenapa terlintas di kepalanya. Ponselnya bergetar pelan menandakan jika dia telah sukses membuka pintu utama. Kening Jared mengernyit, kenapa kata ‘Anastasia’ menjadi sandi Jerome Anderson? Belum sempat Jared berpikir lebih jauh lagi, sosok yang muncul dari balik lift membuatnya menegang. “Aku dengar kau sedang tidak baik-baik saja. Apa semalam kau terlalu banyak minum?” tanya Denvor sambil melangkah mendekat ke arahnya. Jared menahan napas, sosok orang yang sangat dibencinya tiba-tiba saja berada di hadapannya. Apa yang sebaiknya dilakukannya? Kali ini Denvor telah berada tepat di hadapannya, hanya berjarak beberapa jengkal dan menatapnya dengan wajah serius. Dia kemudian meneliti wajah Jared dari atas hingga ke bawah. “Sejak kapan kau lemah terhadap minuman beralkohol, Jerry?” tanya Denvor. “Matamu bahkan menatapku dengan tatapan mata kosong. Jangan katakan jika kau lupa siapa aku.” Denvor masih saja terus berbicara sementara Jared merasa mulutku terasa kaku dan sulit untuk mengucapkan satu patah kata pun. “Kau pasti sedang mempermainkanku, Denvor!” ucap Jared mirip sebuah bentakan dan kontan membuat wajah Denvor terlihat bingung. “Apa maksudmu, Jerry?” tanyanya bingung. “Keluarkan aku dari sini,” ucapnya dengan menahan amarah. “Tenangkan dirimu, aku akan membantumu untuk melewati semua ini,” ujar Denvor dengan wajah cemas. “Jeff mengatakan jika kau seperti kehilangan sebagian ingatanmu. Apa kau minum terlalu banyak semalam dan mengalami cidera yang tidak kau ketahui?” tanyanya berusaha membujuk Jared. “Jika memang seperti itu, lebih baik kau memanggil Arthur ke sini. Bukankah besok syuting film terbarumu sudah dimulai? Kau tidak mungkin syuting dengan keadaan seperti ini,” sambungnya lagi. “Sudahlah, Denvor. Hentikan sandiwaramu itu! Biarkan aku keluar dari rumah ini, kau tidak akan mendapatkan apa pun dengan mengurungku di sini.” Jared masih tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Denvor. Wajahnya menegang dan terlihat menahan amarah. Denvor kemudian memiringkan kepalanya dan menatapnya dengan wajah bingung. Dia benar-benar tidak mengerti Jerome yang dikenalnya terlihat begitu aneh. “Sadarlah, Jerry! Tidak ada seorang pun yang sedang bersandiwara saat ini. Aku Denvor, teman terbaikm, kau tidak mungkin melupakan itu, bukan?” “Lebih baik kita berbicara dengan santai. Kau mungkin memang tidak sehat, tapi aku akan menemaimu di sini hingga kau merasa lebih baik,” katanya lagi dan membuat Jared tidak percaya jika Denvor bisa berbicara dengan kalimat pernuh perhatian seperti itu. “Aku juga sudah meminta Jeff untuk membuat teh lemon hangat kesukaanmu dan pasti bisa mengobati hangover-mu,” ucapnya. Mata Jared masih memicing saat Denvor menarik sebuah kursi hingga keduanya bisa saling bicara sambil menghadap jendela kaca. “Kau pasti terlalu tegang memikirkan syuting besok. Seharusnya semalam kau beristirahat bukan malah mengadakan pesta.” “Ayolah, Jerry. Hilangkan pandangan matamu yang menatapku penuh curiga seperti itu,” ucapnya sambil tertawa. Setahu Jared, Denvor sama sekali tidak memiliki kemampuan akting, walaupun ayahnya pemilik agensi ternama. Dia tidak mungkin bisa bersandiwara dengan menyakinkan seperti ini. “Jangan memanggilku Jerome lagi, aku adalah Jared Adam,” ucap Jared dengan wajah serius.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD