“Jared Adam?” Wajah Denvor terlihat bingung saat mengucapkannya.
“Apa kau berperan sebagai Jared Adam di film terbarumu?” tanyanya kemudian.
“Kau sepertinya terlalu mendalami film terbarumu hingga membawanya ke kehidupan nyata,” sambung Denvor lagi. Jared membuang napas. Dia benar-benar tidak tahu lagi apa sebenarnya yang sedang terjadi. Apa dia yang sedang bermimpi atau orang-orang ini yang malah sudah tidak waras.
“Apa kau tidak mengenal orang yang bernama Jared Adam sama sekali?” tanya Jared semakin penasaran.
“Dia pasti hanya artis figuran, bukan? Aku tidak pernah mendengar namanya sama sekali,” jawab Denvor sambil terkekeh. Jared menahan napas karena merasa tersinggung dengan ucapan Denvor. Tangannya terkepal, sebenar lagi akan melayang ke wajah Denvor karena rasa kesalnya. Jika memang dengan peran sebagai Jerome Anderson ini, dia bisa bersahabat dengan Denvor, mungkin akan mudah untuk membunuhnya. Jared mendadak menggelengkan kepalanya, merasa aneh dengan apa yang baru saja dipikirkannya.
"Sudahlah, lupakan tentang orang yang bernama Jared Adam itu sejenak. Aku tidak pernah melihatmu setegang ini. Bersenang-senanglah dulu hari ini sebelum besok kau akan disibukkan dengan syutingmu," sambungnya lagi. Saat melihat wajah Denvor yang tanpa beban, Jared merasa jika Denvor sedang mengejeknya.
“Bir dingin sepertinya cocok untuk siang yang panas ini, Jeff,” pinta Denvor saat Jeff datang dengan membawa teh lemon untuk Jared.
"Apa ada lagi yang Tuan inginkan?" tanya Jeff sebelum meninggalkan Jared dan dijawab dengan gelengan lelaki itu.
"Bawakan hanya untukku, bukan untuk Jerry," ucap Denvor menegaskan. Melihat perlakuan Denvor padanya, Jared masih tidak yakin jika semua ini adalah kenyataan. Bisa duduk bersebelahan dengan Denvor tanpa sepatah kata ejekan yang keluar dari mulutnya saja sudah membuat Jared tidak percaya, apalagi meyakinkan dirinya dengan pengakuan Denvor yang mengatakan jika dia adalah sahabatnya. Sahabat? Mendengarkan Denvor menyebutkannya sebagai sahabatnya saja sudah membuat Jared merasa kesal.
Jika kali ini Denvor memang sedang membuat sandiwara untuk mempermalukannya, Jared berjanji akan membalasnya dengan hal yang lebih kejam. Lelaki itu mungkin saja memiliki kekayaan dan kekuasaan, tapi tidak memiliki kenekatan seperti yang dimiliki oleh Jared untuk bertahan hidup. Bagi Jared, lelaki seperi Denvor yang hidup tanpa perlu berusaha adalah pengecut paling menjijikan. Napasnya tertahan, aneh sekali, dia merasa sangat marah pada Denvor padahal lelaki itu memperlakukannya dengan baik.
"Setelah syutingmu selesai, kita harus merayakannya," kata Denvor. Dari wajahnya terlihat jika dia begitu senang bertemu dengan Jared.
Tak lama Denvor terlihat mengeluarkan sebungkus kertas kecil dan membuat Jared menatapnya dengan wajah bingung. Mata Jared membesar saat melihat Denvor membuka bungkusan tadi dan menghirup bubuk putih yang berada di dalamnya. Jared berpikir dengan keras apa yang sedang dilakukan oleh Denvor.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jared berang. Di dalam pikirannya, Jared masih memikirkan jika Denvor sedang menjebaknya.
"Kau pura-pura tidak tahu," balas Denvor sambil terkekeh dan kembali menghirup bubuk putih itu.
"Sebaiknya kau jangan menyentuh benda ini dulu jika ingin syutingmu berjalan lancar. Atau jangan-jangan kau malah membutuhkan benda ini agar kau lebih bersemangat." Suara tawanya terdengar di seluruh ruangan. Suara tawa Denvor terdengar mengerikan setelah Jared menyadari apa bubuk putih yang dihirup oleh Denvor tadi. Heroin.
Jared bukanlah sosok yang bersih, apalagi dia bekerja di industri film yang sangat akrab dengan obat terlarang dan sejenisnya. Tapi tentu saja dia tidak menyangka jika Denvor akan menggunakan heroin di hadapannya. Entah kenapa pikiran buruknya sedang waspada, khawatir jika Denvor sedang menjebaknya.
Jared memang pernah mendengar dari cerita orang-orang jika Denvor memiliki bisnis obat-obatan terlarang. Dengan bisnis terlarangnya ini saja, dia tidak perlu bekerja dengan susah payah seperti yang selama ini dilakukan oleh Jared. Jared yang malang harus benar-benar membanting tulang agar bisa tetap hidup
"Kau harus berterima kasih padaku karena telah membuatmu mendapatkan peran utama di film barumu ini," ucapnya sambil tertawa. Sial! Jared mengumpat dalam hati. Betapa bencinya dia dengan orang-orang yang selalu mengandalkan segala cara untuk bisa tetap berada di atas. Di saat Jared berusaha bersikap jujur, orang lain malah melakukan sebaliknya.
Denvor tertawa lagi, kali ini wajahnya terlihat riang. Jared mengira jika semua ini adalah pengaruh dari heroin yang tadi dihirupnya. Selama menggunakan obat itu, Denvor akan merasa bahagia seperti sedang mengalami sebuah euforia.
Denvor masih saja terus tertawa sambil bercerita hal yang tidak dimengerti oleh Jared. Ternyata permintaannya pada Jeff untuk memanggil salah temannya malah tidak ada manfaatnya. Kali ini Denvor malah telah berbaring di sofa panjang, seolah sedang menikmati efek heroin yang digunakannya. Jared membuang napas kesal, jika seperti ini keadaannya, itu artinya sosok Denvor yang menganggapnya sebagai teman adalah hal yang nyata. Tidak ada yang bermimpi kali ini.
Walaupun membingungkan, tapi Jared sedang berusaha menyakinkan dirinya jika semua yang terjadi padanya memang hal yang nyata, bukan sebuah sandiwara seperti yang sempat dipikirkannya. Matanya kemudian memicing menatap Denvor yang malah sudah tertidur dengan pulasnya. Jared mengumpat lagi. Entah sudah berapa kali dia mengumpat dalam satu hari ini. Rasa bingung, marah, dan juga kesal membuatnya tidak bisa mengendalikan emosinya.
Jared melangkah mendekat sambil memiringkan kepalanya agar bisa menatap wajah Denvor lebih jelas. Dia masih sangat ingat bagaimana Denvor mempermalukannya di hadapan orang ramai, bukan hanya sekali tapi beberapa kali. Ejekan yang dilontarkan oleh Denvor seperti merendahkan harga dirinya. Tidak ada yang tahu jika Jared selalu merasa tubuhnya bergetar hebat saat bertemu dengan Denvor.
Walaupun kadang yang bisa dilakukannya hanya menahan rasa amarah tanpa bisa berbuat lebih. Dengan kekayaan dan juga kekuasaan yang dimiliki Denvor, lelaki itu bisa melakukan apa pun sesuka hatinya tanpa memikirkan orang lain yang sedang disakitinya. Jujur saja, Jared memendam rasa marah yang begitu besar setiap kali Denvor mengejeknya dengan mengatakan jika di adalah aktor paling buruk se-Hollywood, atau pun dengan mengatakan jika seumur hidupnya hanya akan menjadi aktor figuran. Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Jared selain menahan diri jika dia masih ingin berkarier di Hollywood. Denvor terlalu banyak mengenal orang-orang penting di industri film Hollywood, Jared tidak berani mengambil resiko jika masih ingin mendapatkan sesuap nasi di Hollywood.
Dengan napasnya yang terdengar teratur, Jared yakin jika Denvor sudah pulas tertidur karena efek heroin yang digunakannya. Dia pasti tidak akan bangun dalam waktu cukup lama. Mata Jared kemudian mengedar ke sekelilingnya dan matanya memicing saat melihat pohon natal yang berukuran kecil yang terdapat sudut ruangan ini. Jared meringis menyadari jika seumur hidupnya tidak pernah ada pohon natal di rumahnya, bahkan yang kecil seperti ini pun tidka pernah dilihatnya. Tiba-tiba saja pohon natal membuatnya begitu sentimentil.
Rasanya Natal masih beberapa minggu lagi, tapi sepertinya Jeff terlalu bersemangat dengan meletakkan pohon natal itu di ruangan ini. Dia mungkin sudah tidak sabar menunggu Natal tiba. Bagi Jared, tidak ada yang berbeda dari Natal dan hari-hari biasa, tidak ada yang istimewa baginya, tidak ada keluarga, tidak ada perayaan, tidak ada apa-apa di hari Natal yang bagi orang-orang begitu istimewa. Jared masih ingat jika tahun kemarin dia melalui Natal dengan perut kelaparan, begitu juga dengan tahun-tahun sebelumnya. Mungkin bisa dikatakan, dia sangat membenci Natal. Apalagi ibunya juga meninggalkannya tepat di malam Natal.
Jared mendekat ke arah pohon natal dan memperhatikannya dengan saksama. Tangannya kemudian mengambil sebuah gantungan pohon natal yang berupa bola-bola kecil warna-warni. Di sendiri bingung kenapa tangannya tanpa sadar mengambil benda itu. Mirip seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu tapi kemudian mencurinya, Jared kemudian menyimpan gantungan itu ke dalam saku celananya dan tersenyum senang. Langkahnya kembali mengarah pada kursi di mana Denvor terbaring dan menatapnya dengan tajam.
Baru kali ini Jared merasa senang karena melihat Denvor dalam keadaan tertidur. Dia kemudian merogoh sakunya dan mengambil gantungan pohon natal yang tadi diambilnya. Jared menggoyang-goyangkan gantung itu di atas wajah Denvor seolah sedang menggodanya.
“Maaf Tuan, aku kesulitan untuk mendapatkan bir seperti permintaan Tuan Denvor.” Tiba-tiba saja suara Jeff terdengar sangat dekat dan membuat Denvor segera menarik gantungan pohon natalnya itu dan kembali menyimpannya di saku.
“Tidak apa-apa. Denvor juga sudah tertidur,” balas Jared.
“Aku akan mengambilnya di gudang penyimpanan. Bisakah Tuan membukakan pintu gudang untukku?” pinta Jeff dan dijawab dengan anggukan Jared. Jika hanya membuka pintu, Jared sudah tidak kebingungan lagi. Semakin lama dia semakin menikmati perannya sebagai Jerome Anderson
***
Jared mendapat panggilan bertubi-tubi di ponselnya saat dia membuka mata. Ada rasa berdebar saat dia membuka matanya. Jared menyangka jika saat dia terbangun di pagi hari ini, dia akan kembali menajadi sosok Jared Adam. Walaupun dia merasakan kesulitan dengan kehidupannya sebagai Jared Adam, tapi rasanya lebih baik daripada di harus berpura-pura sebagai Jerome Anderson.
Mata Jared kontan terbuka lebar saat ponselnya kembali berbunyi. Ah! Dia baru ingat jika hari ini adalah hari pertama Jerome Anderson akan melakukan syuting film baru. Ke mana Jeff, kenapa dia tidak membangunkannya di hari yang sepenting ini? Walaupun Jerome Anderson bukanlah sosoknya yang sebenarnya, tapi tetap saja dia harus memerankan Jerome dengan baik.
“Aku telah membangunkan Tuan dari tadi tapi Tuan tidak terbangun juga,” ucap Jeff yang tiba-tiba saja telah berada di sebelahnya dan mengulurkan beberapa helai pakaian untuknya.
“Lebih baik Tuan mandi setelah syuting selesai saja karena waktunya sudah tidak cukup lagi,” sambungnya dengan nada datar seolah tidak mandi sebelum syuting adalah hal biasa.
“Gila saja, aku tidak mandi?” tanya Jared dengan suara nyaring. Dia tidak bisa membayangkan akan bertemu orang banyak dengan keadaan tidak mandi. Ini benar-benar hal yang tidak masuk akal.
“Semua sudah menunggu kedatangan Tuan sejak setengah jam yang lalu,” ujarnya dan kemudian membuat Jared mau tidak mau merebut pakaian yang telah disiapkannya. Jared tidak pernah serepot ini di saat akan syuting karena memang tidak ada yang menunggunya. Mau Jared datang atau tidak ke tempat syuting sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada jalannya syuting. Para kru film tinggal mencari figuran pengganti dengan mudahnya.
Tapi kali ini mendengar ucapan Jeff yang mengatakan jika semua telah menunggu mendadak membuat Jared merasa sangat bangga. Siapa pun Jerome Anderson itu, dia merasa sangat beruntung karena bisa berperan sebagai dirinya.
“Mana manajerku?” tanya Jared yang yakin jika aktor sekelas Jerome ini pasti memiliki seorang manajer yang akan mengatakan apa yang seharusnya dilakukannya saat ini.
“Tuan pasti sedang bercanda. Aku juga merangkap sebagai manajer anda, Tuan,” jawab Jeff dan membuat mata Jared membesar karenanya. Tapi Jared tidak sempat bertanya banyak hal karena Jeff telah meninggalkannya, yang artinya dia harus mengikutinya karena hanya Jeff-lah yang mengetahui ke mana dia akan syuting hari ini. Walaupun masih terasa janggal, sepertinya menjadi Jerome Anderson juga merupakan ide bagus. Jared tidak akan menjadi pengangguran selama beberapa bulan ke depan hingga syuting selesai.
Lagi-lagi mata Jared membesar saat melihat garasi bawah tanah. Ada puluhan jenis mobil mewah yang membuat tubuhnya terasa bergetar karena terlalu kagum. Ini benar-benar gila! Dia tidak pernah membayangkan akan memiliki semua mobil ini.
Jeff kemudian terlihat mengeluarkan sebuah mobil SUV warna putih dan tanpa dipinta Jared pun segera masuk ke dalamnya. Mereka sudah sangat terlambat dan sepertinya tidak ada waktu untuknya mengagumi semua isi rumah mewah ini.
“Apakah Tuan sudah mempelajari naskah untuk syuting hari ini?” tanya Jeff setelah menjalankan mobil. Jared mengangguk. Setelah mendengar dari Denvor tentang jadwal syutingnya hari ini, Jared pun segera membongkar isi kamar Jerome dan mendapatkan setumpuk naskah berisi dialog untuk peran utama di film terbarunya. Sebuah film romantis yang menceritakan tentang suami dan istri yang terpisah karena keadaan, dan selebihnya Jared belum membacanya dengan lengkap karena dia begitu tergesa saat mempelajarinya semalam. Untung saja dia memiliki latar belakang sebagai seorang aktor juga sehingga mudah baginya untuk mempelajari dialog maupun adegan demi adegan yang akan diperankannya nanti.
“Aku harap Tuan bisa menyelesaikannya dengan baik karena setelah ini telah menunggu syuting film selanjutnya,” ujar Jeff. Jared menahan napas sambil memikirkan jika semua ini sangat menakjubkan. Bisa mendapatkan tawaran bermain film sepanjang tahun adalah impiannya. Jared bahkan menyunggingkan senyumnya saat Jeff menyelesaikan kalimatnya.
Suara dering ponsel Jared berbunyi dengan nyaring dan membuatnya tersadar jika dia belum melihat siapa yang menghubunginya dari tadi.
“Selamat pagi Tuan Jerome Anderson,” sapa suara di seberang sana dan sesaat membuat Jared bingung.
“Selamat pagi,” balasnya setelah menyakinkan diri jika dia adalah sosok yang bernama Jerome Anderson.
“Kami dari Kepolisian Los Angeles ingin menginformasikan jika rekan anda, Denvor Smith ditemukan tewas tenggelam di bawah Jembatan Vincent Thomas. Kami tidak mendapatkan kontak keluarganya, karena itu kami mohon anda dapat menginformasikan pada keluarganya.” Dan seketika Jared menegang dan kesulitan untuk bernapas.