6. Syuting Hari Pertama

2020 Words
"Ada apa, Tuan?" tanya Jeff heran. Jared masih diam dan tidak bisa berkata-kata. Di pikiran bawah sadarnya, dia memang sering menginginkan kematian Denvor, tapi semua itu tak lebih karena rasa marahnya yang tak bisa ditahan lagi. Tapi jika kali ini Jared mendapat berita kematiannya, tentu dia tidak senang akan hal itu. "Apa yang terjadi, Tuan?" ulang Jeff lagi saat melihat wajah Jared yang memucat. "Denvor...Denvor tewas," sahutnya terbata. "Dia tenggelam di bawah jembatan Vincent Thomas," sambung Jared lagi. "Aku akan menghubungi sutradara tentang hal ini dan mengatakan jika kita mungkin akan sedikit terlambat," ucap Jeff sambil mengambil ponsel dan terlihat sedang menghubungi seseorang. "Di mana mereka membawa Denvor, Tuan?" tanya Jeff kemudian. "UCLA Medical Center," jawab Jared menyebutkan nama rumah sakit tempat Devor dibawa. "Apa kau tahu kerabat Denvor? Kita harus menghubungi mereka secepat mungkin," kata Jared lagi sambil menekan-nekan layar ponselnya untuk mencari kontak yang di sendiri tidak tahu siapa. Tetap saja bagi Jared, Denvor adalah sosok asing. Hanya karena dia bersama Denvor kemarin, bukan artinya Jared langsung saling mengetahui seluruh kehidupan Denvor. Dia tidak mengenal satu pun anggota keluarganya. "Aku juga tidak tahu siapa kerabatnya, Tuan. Tapi berita kematian Denvor ini pasti akan menyebar dengan cepat dan dalam sekejap keluarganya pasti akan segera mengetahuinya. "Kita akan segera ke rumah sakit sekarang, Tuan," ucap Jeff sambil memutar balik mobilnya. Rasanya Jared masih tidak percaya jika Denvor tewas secepat itu. Padahal baru saja kemarin Jared bertemu dengannya dan merasa sangat marah karena apa yang pernah dilakukannya padanya. "Tuan pasti merasa sangat sedih," ucap Jeff di sela keheningan yang terjadi. Mata Jared memicing, dia sendiri bingung dengan apa yang dirasakannya saat ini. Dia tidak merasa sedih karena Denvor bukan orang yang penting dalam hidupnya, bahkan beberapa kali dia malah membayangkan jika Denvor mengalami kesialan dalam hidupnya. Jika saat ini dia menjadi orang yang pertama kali tahu tentang kematiannya, rasanya sangat tidak masuk akal. "Ya," sahut Jared singkat sambil pura-pura mengusap wajahnya untuk menyembunyikan sebenarnya dia tidak merasakan apa pun saat mendengar berita kematian Denvor, selain rasa terkejut. Jared tidak habis pikir bagaimana Denvor bisa tewas tenggelam di bawah jembatan. Ini semua pasti karena dia menyetir di bawah pengaruh heroin. "Apakah sutradara tidak masalah dengan keterlambatanku?" tanya Jared setelah sepanjang perjalanan mereka hanya diam. "Aku sudah menceritakan apa yang terjadi. Lagi pula Brad juga mengenal baik Denvor. Kurasa dia sebentar lagi akan menyusul ke rumah sakit juga." Mendengar Jeff menyebutkan nama Brad, Jared yakin itu adalah nama sutradaranya. Mereka tiba di UCLA Medical Center lebih cepat dari perkiraan Jared. Jeff membawa mobil dengan lincah, walaupun dengan kecepatan sedang, tapi dia bisa mencari jalan pintas sehingga membawa mereka lebih cepat ke rumah sakit. "Aku akan menghubungi Inspektur Polisi yang menghubungiku tadi dan mencari tahu di mana Denvor sekarang," ucap Jared dan kemudian melakukan panggilan dari ponselnya. "Mereka telah membawa Denvor ke ruang jenazah sambil menunggu kedatangan keluarganya." Jared menyimpan ponselnya di saku setelah di berhasil menghubungi Inspektur Polisi. "Kalau begitu kita harus bergegas, Tuan. Sebelum pihak keluarga membawa jenazah Denvor," ucap Jeff dan keduanya pun melangkah dengan cepat menuju ruang jenazah. Sebenarnya Jared tidak mengerti kenapa Jeff mengajaknya bergegas, bukankah jika mereka tidak sempat melihat jenazah Denvor, mereka akan bisa melihatnya nanti di saat sebelum pemakaman? Tidak perlu waktu lama untuk mendapat ijin dari rumah sakit agar mereka bisa memasuki ruang jenazah. Saat Jared membuka topinya dan para staf rumah sakit mengenalnya sebagai Jerome Anderson, mereka langsung tahu jika yang dicari Jared pasti berhubungan dengan kematian Denvor. Seorang staf rumah sakit kemudian mengantar keduanya menuju ruang jenazah. Di sana beberapa orang polisi telah menunggu, mereka terlihat sedang berbicara dengan serius. "Aku turut berduka atas kematian sahabatmu, J. A," sapa salah seorang polisi yang dari suaranya, Jared yakin jika dialah yang menghubunginya tadi. "Terima kasih, Inspektur," balas Jared sambil membungkukkan tubuhnya. "Maafkan jika aku mengganggu pekerjaanmu hari ini. Aku mendapatkan nomor ponselmu dari agensi kenalanku dan aku ingat jika kau dan Denvor lumayan dekat. Ponsel Denvor tidak berhasil ditemukan sehingga aku tidak bisa menghubungi keluarganya, jika ada pun mungkin sudah rusak terendam oleh air," jelas inspektur itu panjang lebar. "Aku merasa sangat terkejut dengan kabar ini," balas Jared dengan wajah sendu yang berhasil diciptakannya setelah memikirkan masa kecilnya yang kurang bahagia. "Boleh aku lihat bagaimana keadaan jenazahnya?" pinta Jared dan dijawab dengan anggukannya. Jared dan Jeff kemudian masuk ruang jenazah dan sesosok tubuh kaku terlihat baru saja dibersihkan. Jared mendekat dan apa yang terlihat di depan matanya membuatnya sulit untuk bernapas. Mayat Denvor benar-benar terbaring di hadapannya. Tidak ada yang terlihat aneh selain bibirnya yang terlihat membiru. Jared bahkan mengira jika Denvor sedang tertidur seperti yang dilakukannya kemarin saat mereka sedang bersama. "Kami sedang menunggu pihak keluarga untuk persetujuan melakukan otopsi atau tidak," ucap seorang petugas ruang jenazah. Jared mengangguk mengerti. "Apa penyebab kematiannya?" tanya Jared sambil matanya tidak lepas menatap mayat Denvor. Dia sendiri bingung kenapa merasa begitu lega saat melihat Denvor terbaring tak berdaya. Jared sama sekali tidak mengira jika rasa bencinya begitu besar sehingga saat melihat Denvor sudah tidak bernyawa, dia malah tidak merasa sedih. Dia malah ingin menertawakan kebodohan Denvor yang mati sia-sia. "Belum diketahui secara pasti. Mungkin kehabisan napas karena tenggelam di dalam air," jawab petugas itu. "Ke mana keluarganya? Kenapa belum ada satu orang pun yang datang?" tanya Jeff seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri. "Aku baru mendapat kabar jika keluarganya meminta jenazah segera dibawa ke rumah duka," ucap salah seorang staf ruang jenazah yang baru memasuki ruangan. "Mereka sama sekali tidak ke sini?" tanya Jared tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh keluarga Denvor, ada anggota keluarga mereka yang tiada, tapi tidak ada satu pun yang peduli "Sepertinya tidak, Tuan. Keluarga mendiang Tuan Denvor menyerahkan semuanya pada pihak rumah sakit," jawabnya. "Apa akan diotopsi?" tanya Jared lagi. "Sepertinya tidak, Tuan. Keluarga sudah menerima jika kematiannya karena tenggelam," jawabnya. “Maaf Tuan Jared, jika memungkinan, aku ingin meminta beberapa keterangan darimu,” ucap Inspektur polisi yang tiba-tiba saja telah berada di sebelah Jared. “Silahkan, Inspektur,” balas Jared. “Bisa minta waktumu untuk ikut bersamaku ke kantor polisi?” pintanya dan dijawab Jared dengan anggukan. Jared dan Jeff kemudian ikut bersama Inspektur polisi tadi ke kantor polisi. Jared sendiri tidak tahu keterangan apa yang dicari dari pihak kepolisian, tapi untuk hal ini dia akan bekerja sama karena dia sendiri sadar jika orang yang terakhir kali ditemui Denvor adalah dirinya, sudah tentu kecurigaan mengarah padanya walaupun kematian Denvor disebabkan karena tenggelam. Saat Jared telah masuk ke dalam mobil, Jeff tidak langsung masuk, dia terlihat sedang membuang sesuatu di tempat sampah yang berada di dekat parkir. Awalnya Jared terlihat tidak peduli dengan apa yang akan dibuang Jeff di tempat sampah, tapi saat lelaki itu merogoh-rogoh sakunya dan terlihat kesulitan menarik benda yang berada di dalam sakunya itu, Jared pun merasa penasaran. Jeff mengeluarkan sebuah benda kecil berwarna hijau dan berkilat saat terkena sinar matahari. Dia pun segera membuang benda kecil itu dan kembali berbalik menuju mobil. Jared hampir tidak percaya setelah memperhatikan dengan saksama apa yang telah dibuang oleh Jeff. Bukankah itu gantungan pohon natal berupa bola-bola kecil yang sempat dimainkan olehnya? Kenapa benda itu berada di tangan Jeff dan kenapa dia membuangnya? *** Hanya Jared sendiri yang masuk ke ruang inspektur dan meninggalkan Jeff menunggu di luar. Sesungguhnya Jared sudah tidak sabar menunggu apa yang akan dikatakan Inspektur tadi. “Sepertinya kita belum saling berkenalan, walaupun aku sendiri telah mengenalmu di beberapa film yang kau perankan,” ucapnya. “Aku Inspektur Greg,” sambungnya sambil mengulurkan tangan pada Jared. Keduanya saling bersalaman dengan hangat. “Sayang sekali pihak keluarga Denvor menolak mendiang diotopsi,” ucap Greg. “Apakah ada keanehan yang terjadi?” tanya Jared penasaran. “Sejauh ini tidak ada, tapi entah kenapa aku bisa merasakan kematiannya tidak wajah,” sahut Greg. “Denvor bertemu denganku sebelum kejadian itu,” jelas Jared dan membuat mata Greg terlihat tertarik mendengar ucapannya. “Jam berapa kalian berpisah?” tanya Greg. “Aku tidak tahu pasti karena dia tertidur di rumahku dan aku meninggalkannya sendiri sampai Jeff, asistenku mengatakan jika Denvor telah meninggalkan rumahku. Saat itu mungkin sekitar menjelang malam,” jelas Jared berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin. “Apa dia tertidur karena mengantuk?” tanya Greg lagi. “Sebelumnya dia telah mengkonsumsi heroin,” jawab Jared jujur. “Pantas saja aku merasa kematiannya begitu aneh. Orang normal tidak akan berkendara hingga melewati batas jalan dan melompat jatuh ke bawah jembatan,” jelas Greg. “Baik, aku akan menambah poin ini di laporan kematiannya,” sambungnya lagi. “Aku sangat menyesal dengan kematiannya, padahal kemarin kami masih berbincang dan membicarakan banyak hal. Aku tidak menyangka jika hari ini dia telah tiada,” ucap Jared memasang wajah sedih. “Kuatkan dirimu, Tuan J. A. Baiklah, sampai di sini saja pembicaraan kita, aku akan menghubungimu kembali jika memerlukan informasi lebih lanjut dan maaf telah mengganggu waktumu yang sangat berharga,” ujar Greg. Keduanya kembali bersalaman dan tak lama Jared meninggalkan ruangannya. “Kita harus menuju tempat syuting secepatnya, kurasa Brad sudah cukup memberikan kelonggaran buatmu, Tuan,” ucap Jeff saat Jared telah berada di dalam mobil. “Kepalaku mendadak pusing dengan berita kematian Denvor,” ucapnya sambil meremas rambutnya perlahan. “Semoga saja tidak berpengaruh dengan kondisi Tuan di tempat syuting nanti,” balas Jeff. “Aku masih tidak mengerti dengan keluarga Denvor yang begitu tidak pedulinya dengan kematian salah seorang anggota keluarga mereka,” kataku dan mendadak di pikiranku terbayang wajah Denvor dengan bibirnya yang membiru dan tak bernapas lagi. Aneh sekali, aku seperti tidak sadar mengulang wajah itu secara terus-menerus di pikiranku. “Selama ini hubungan Tuan Denvor dengan keluarganya memang tidak begitu baik. Bukankan dia sering mengatakannya pada Tuan?” “Tapi tetap saja mau sebagaimana buruknya hubungan keluarga, jika kematian telah datang, apa mereka masih tetap bersikap tidak peduli. Sungguh tidak masuk akal ada keluarga yang seperti itu,” balas Jared. Setelah mengucapkan kalimat panjangnya, Jared tiba-tiba ingat bagaimana kehidupan keluarganya. Bukankah dia hanya asal bicara tentang keluarga Denvor, sementara keluarganya sendiri jauh lebih buruk. Ibunya bahkan menghilang dan tidak pernah mencari tahu bagaimana kabarnya lagi setelah meninggalkannya,padahal Jared yakin dia tidak pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Jika sudah seperti itu, apa dia masih bisa mengatakan keluarga Denvor adalah keluarga yang buruk? Lalu bagaimana dengan ibu dan ayahnya yang tidak pernah mau peduli dengannya padahal dia masih hidup dan bernyawa? “Tuan terlihat sangat sedih dengan semua ini. Apa tidak lebih baik kita tunda dulu syuting hari ini?” tanya Jeff. Sepertinya Jeff salah mengerti dan mengira wajah sedihnya karena dia memikirkan kematian Denvor. Padahal jika boleh jujur, kematian Denvor tidak berpengaruh apa pun padanya. “Tidak, Jeff. Aku sudah menunggu begitu lama hari ini, tidak mungkin ditunda hanya karena masalah pribadi. Aku akan berusaha bersikap profesional,” balas Jared. Dia sendiri ingin tertawa mendengar apa yang baru diucapkannya pada Jeff. Bagaimana dia bisa dengan percaya dirinya berbicara seperti itu sementara dia sendiri bukan sosok asli Jerome Anderson. “Baiklah, jika itu yang Tuan inginkan,” ucap Jeff. “Hari ini Tuan akan melakukan syuting di Eagle Rock Plaza, tapi sebelumnya Brad dan para pemain lainnya telah menunggu di salah satu ruang pertemuan yang berada di dekat Plaza,” jelas Jeff. Jared mengangguk mengerti, tempat syutingnya tidak terlalu jauh dan masih berada di Los Angeles. Lagi pula film yang akan dibintangi oleh Jerome Anderson ini sejenis film keluarga yang tidak terlalu banyak perpindahan lokasi syutingnya. “Kita sudah sampai, Tuan,” ucap Jeff pada sebuah rumah yang mirip seperti pertokoan, tidak jauh dari Eagle Rock Plaza berada. “Sepertinya Brad telah memundurkan waktu syuting sementara menunggu kedatangan Tuan,” kata Jeff dan matanya terlihat memandang beberapa mobil yang juga baru datang, mungkin pemain lain yang akan syuting bersama dengannya. Jared lupa membaca naskah dengan benar untuk mengetahui siapa saja lawan mainnya di film baru Jerome ini. Tapi sepertinya tidak masalah, di dunia barunya ini, tidak ada seorang pun yang mengenal Jared Adam si aktor figuran. Jared melangkah turun dari mobil dengan yakin, apalagi saat dia sadar jika sebagai pemain utama, dialah yang begitu ditunggu kedatangannya. Saat melihat seseorang yang juga baru saja turun dari mobil sepertinya yang dilakukannya, keningnya kemudian berkerut. “Mark?” ucapnya tidak percaya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD