7. Kecurigaan

2035 Words
"Mark," panggil Jared sekali lagi. Dia tidak percaya jika akan bertemu dengan Mark di lokasi syuting. Sahabat baiknya itu terlihat menatapnya dengan wajah tidak senang, hanya kelopak matanya saja yang terangkat, menandakan jika dia mendengar panggilan Jared. Jared melangkah dengan cepat menuju ke arah Mark, tapi tangan Jeff sudah terlebih dahulu menahannya. Jared menoleh dan menatap Jeff dengan wajah bingung. "Kenapa Tuan tiba-tiba menegurnya?" bisik Jeff hampir tak terdengar. "Karena aku mengenalnya. Apa salah aku menegurnya?" tanya Jared semakin bingung. "Bukankah hubungan kalian sedang tidak baik, Tuan?" tanya Jeff seperti sedang mengingatkan. Kening Jared berkerut, bagaimana bisa dia bisa memiliki hubungan yang tidak baik dengan Mark. Mereka ada sahabat yang saling mengerti dan tidak pernah ada masalah sedikit pun yang membuat keduanya bertengkar. "Aku tidak mengerti maksudmu, Jeff," balas Jared tidak senang. "Apakah Tuan sudah lupa jika kalian bertengkar hebat sehari setelah penentuan pemeran utama?" Kontan mata Jared membesar saat mendengar ucapan Jeff. "Bertengkar?" ulangnya penuh nada bingung. "Mark menuduh Tuan mendapatkan peran utama secara tidak jujur. Dia mengatakan ada orang dalam yang membuat Tuan dipilih menjadi pemeran utama," jelas Jeff. Sesaat Jared terdiam, dia merasa tidak asing dengan permasalahan seperti ini. Dulu dia dan Mark sering membahas mengenai hal ini. Saat ada seorang aktor muda yang mendapat melejit namanya, ataupun saat Jared merasa tidak adil saat sutradara lebih memilih aktor yang biasa saja karena ada uang yang bekerja di belakangnya. "Lebih baik Tuan tidak mencari masalah dengannya," sambung Jeff lagi memberi peringatan. Jared membuang napas kesal, padahal dia sangat ingin berbincang dengan Mark dan mengatakan apa yang sedang terjadi padanya. Tapi saat ini tidak mungkin dia melakukannya, Mark saja terlihat sangat membencinya, tatapan matanya tajam dan wajahnya tanpa senyum. Jared tidak mengerti di dunia apa tempatnya berada saat ini. Orang-orang seperti tidak mengenal Jared Adam. Hanya Jerome Anderson saja yang ada di ingatan mereka. Mau dipikir dengan lebih keras pun, Jared tidak menemukan jawabannya. “Kudengar hal buruk telah terjadi pada Denvor.” Seseorang mengajaknya berbicara saat dia baru saja memasuki sebuah ruangan yang lebih mirip ruang pertemuan. Dia menoleh dan mendapatkan sesosok wajah yang terlihat tidak asing tapi tidak berhasil diingatnya walaupun dia telah berpikir dengan keras. “Aku benar-benar tidak menyangka hal buruk itu akan terjadi padanya,” balas Jared dengan wajah murung. “Padahal rasanya baru saja minggu lalu di berada di sini dan terlihat begitu senang saat kau mendapatkan peran utama,” lanjutnya lagi. Lelaki berambut pirang itu terus mengajaknya berbicara walaupun Jared sudah merasa tidak ingin membicarakan tentang Denvor lagi. “Kapan pemakamannya?” tanyanya kemudian. Lelaki itu kemudian mengambil rokok dan mulai menyalakannya. Saat Jared menatap wajah lelaki yang sepertinya berumur beberapa tahun di atasnya itu dan tiba-tiba saja dia mengingat satu nama. Lelaki yang sedang berbicara dengannya itu pasti bernama Peter. Iya benar, dia adalah Peter Horman, salah seorang aktor senior yang cukup terkenal di Hollywood. Film yang telah dibintanginya juga sudah lumayan banyak, dari laga hingga romantis. “Aku juga kurang tahu, Pete. Pihak keluarganya belum memberikan informasi,” sahut Jared menahan rasa senang di hatinya karena dengan adanya Peter di tempat ini, artinya dia juga bermain di film yang sama dengannya. Jared merasa sangat bangga karena bisa bermain bersama aktor senior seperti Peter Horman. “Aku turut berduka cita,” ucap Peter dan dijawab dengan anggukan Jared. “Brad memanggil anda, tuan,” bisik Jeff yang berada di sebelahnya. Mata Jared kemudian mengedar, mencari sosok bernama Brad yang disebutkan oleh Jeff tadi, Jared tidak kenal dengan sosok Brad tapi tentu akan mudah mencarinya karena perannya sebagai sutradara. Sesosok lelaki kurus dan berkacamata terlihat melambaikan tangannya pada Jared. Sudah pasti sosok itu adalah Brad. Jared mendekat ke arah lelaki itu. “Bagaimana dengan Denvor? Aku tidak sempat melihat keadaannya di rumah sakit. Apa pihak keluarganya telah membawanya pulang?” tanya Brad tanpa jeda saat Jared mendekat ke arahnya. Jared kemudian menarik napas sebelum menjawab pertanyaan Brad. “Dia tewas karena tenggelam dan sampai saat ini aku masih tidak tahu apa keluarganya telah membawanya pulang atau masih berada di rumah sakit.” “Ini hal yang benar-benar mengejutkan. Aku tidak menyangka jika Denvor akan pergi secepat ini,” ujarnya dengan wajah sedih. “Pastikan kau mencari tahu kapan pemakamannya, aku ingin memberikan penghormatan terakhir padanya,” pinta Brad. “Tentu saja, Brad. Aku juga ingin melakukan hal yang sama,” timpal Jared. Bahkan sebelum syuting dimulai saja, dia sudah banyak bersandiwara. Jared merasa semakin bangga dengan kemampuan beraktingnya. Suasana di tempat syuting terasa tegang dan tidak banyak yang saling berbicara. Jared tidak mengerti, apa semua orang yang berada di sini mengenal Denvor dan merasa sedih kematiannya. Tak lama Brad kemudian menepuk tangannya dengan keras dan semua yang berada di ruangan ini segera berkumpul ke arahnya. Jared mengernyit dan merasa aneh dengan situasi yang sedang dialaminya saat ini. Wajah-wajah tanpa senyum berkumpul dan membuat Jared merasa tidak nyaman. Ada hawa kekesalan yang dirasakannya. "Baiklah, kita akan memulai syuting hari ini. Walaupun sedikit terlambat karena ada beberapa hal yang terjadi," ucap Bard memulai pembicaraannya. Dalam hati Jared mengatakan jika Jerome Anderson ini adalah sosok yang tidak begitu disukai oleh rekan-rekannya. Terlihat jelas saat berkumpul seperti ini saja, tidak ada seorang pun yang berada di dekatnya. Semua terlihat menjauh dan enggak berada di dekatnya. Jared jadi berpikir bagaimana sosok bernama Jerome Anderson ini sebenarnya? Kehidupannya di dunia nyata sepertinya tidak begitu baik, berbanding terbalik dengan karir perfilmannya. Hawa permusuhan terasa jelas dan membuat Jared merasa tidak nyaman. Jared tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Saat menjadi Jared Adam, semua terasa bersikap baik padanya, terkecuali satu orang, Denvor. Brad kemudian berbicara panjang lebar mengenai lokasi-lokasi syuting mereka hari ini yang berpusat di Eagle Rock Plaza. Padahal biasanya Jared adalah pemeran figuran film laga, tapi kali ini dia harus berperan begitu manis di sebuah film keluarga. Tidak ada adegan perkelahian dan yang menguras tenaga, tapi tetap saja Jared merasa tertantang karena ini adalah hal baru untuknya. Seumur hidup Jared dihabiskannya menjadi pemeran figuran film laga, tidak pernah sama sekali membintangi film keluarga seperti yang sedang dilakukannya saat ini. Dia berharap semoga saja semuanya tidak sesulit yang dibayangkannya. "Mark," panggil Jared berusaha mendekati Mark saat semua pemain dan kru film pindah ke lokasi syuting di Eagle Rock Plaza. Brad telah menjelaskan secara rinci apa saja yang akan mereka lakukan hari ini. Sebelum malam menjelang, diharapkan syuting sudah akan selesai. Mark menoleh dan melirik sekilas ke arah Jared. Jared benar-benar ingin bercerita apa yang sedang terjadi padanya, jika dia mendadak menjadi seseorang yang bernama Jerome Anderson. Sepertinya hanya Mark yang bisa mendengarkannya karena mereka telah bersahabat sejak dulu. “Ada apa?” tanya Mark dingin. “Ini aku Jared,” ucapnya tertahan khawatir akan ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka. Kening Mark terlihat berkerut, dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Jared. “Jangan bercanda, J. A. Kau membuatmu marah saat melihat wajahmu,” balas Mark dan berusaha berlalu dari hadapan Jared. “Ini aku Jared Adam,” ucap Jared lagi. “Kau sepertinya sudah gila, Jerome Anderson. Aku sedang tidak ingin meladeni pembicaraanmu. Pergilah dari hadapanku!” perintah Mark dengan nada suara penuh kekesalan. Jared terdiam sejenak setelah ucapan kasar Mark. Dia benar-benar tidak habis mengerti bagaimana bisa Mark melupakannya padahal keduanya adalah sahabat baik. “Aku tahu kau hanya ingin meledekku karena kaulah yang mendapatkan peran utama film ini. Jadi nikmatilah apa yang kau dapatkan tanpa susah payah itu,” sambungnya dan kali ini dia benar-benar pergi dari hadapan Jared. Jared terdiam beberapa saat. Apa kali ini dia sedang berada di dunia baru yang sama sekali tidak mengenal Jared Adam? Bahkan sahabat terdekatnya sendiri tidak ingat dengan sosok yang bernama Jared Adam. “Sudahlah, jangan kau pedulikan dia. Emosinya memang sedang tidak stabil,” ucap Brad yang tiba-tiba saja berada di sebelahnya. “Industri perfilman memang sangat keras dan kau tidak boleh lemah hanya karena gertakan kecil itu,” sambung Brad sambil terkekeh. Entah kenapa Jared sangat terganggu dengan suara tawa Brad. Melihat wajah berseri Brad sedangkan Mark terlihat sangat marah, Jared sadar siapa yang membuat suasana syuting teras tidak nyaman. Semua itu karena Brad. Brad seolah memberi keistimewaan pada orang-orang yang disukainya dan tidak memedulikan orang-orang yang tidak memberikan keuntungan buatnya. Jared sadar jika sosok Jerome Anderson telah mendapat banyak kemudahan dari Brad. Keduanya terlihat bersahabat dengan baik. Orang-orang sejenis Brad dan Denvorlah yang harus dimusnahkan dari dunia ini. “Kau terlihat berantakan hari ini, Jerry,” sapa seorang wanita berambut coklat. Pikiran Jared dengan cepat bekerja untuk mencari tahu siapa sosok wanita cantik ini. “Kau bahkan tidak mencukur jambangmu,” ucapnya lagi sambil tangannya menyentuh dari rahang hingga ke dagu Jared dan mengerang tapi tidak bisa menepis tangan wanita itu. “Lebih baik kau tidak mengganggunya dulu, Sharon. Jerry sedang berduka karena kematian sahabatnya,” tegur Brad tapi malah membuat wanita yang bernama Sharon itu terkekeh. Mata Jared memicing, untuk kali ini dia benar-benar tidak mengenal nama Sharon seperti yang disebutkan oleh Brad tadi. Jika wanita ini memanggilnya dengan sebutan Jerry, itu artinya dia memiliki hubungan yang dekat dengan Jerome. “Aku bisa menghiburmu nanti malam, Jerry,” bisik Sharon dengan wajah menggoda. Jared menelan ludahnya. Sial! Baru saja digoda seperti ini, Jared sudah merasa berdebar. Sharon sengaja mengembuskan napasnya di telinga Jared dan kemudian berlalu meninggalkan Jared dan Brad. Jared ingin sekali bertanya pada Brad, siapa Sharon dan apa perannya di film barunya itu. Tapi jika dia mengajukannya, sudah pasti Brad akan berpikir dia sudah tidak waras. *** “Apa Tuan ingin segera pulang?” tanya Jeff setelah syuting selesai. Jared bersyukur ternyata dia bisa mengikuti jalannya syuting tanpa kendala berarti. Itu artinya figuran sepertinya bisa disandingkan dengan aktor papan atas. Tiba-tiba saja Jared mengingat Sharon dan apa yang dikatakannya tadi. Itu semua pasti hanya sekadar kelakar wanita itu. Dia pasti tidak serius dan hanya ingin menggodanya, buktinya saja wanita itu malah sudah pulang terlebih dahulu. “Kita pulang saja, aku sangat lelah,” jawab Jared. “Nona Ericca menghubungiku dan mengatakan jika Tuan tidak mengangkat panggilan teleponnya,” ucap Jeff dan membuat Jared segera mengambil ponsel dan melihat layarnya. Hanya ada nomor-nomor asing tanpa nama yang membuatnya mengabaikan panggilan masuk. Lagi pula siapa itu Ericca? “Ericca?’ ulang Jared. “Katakan aku akan menghubunginya kembali,” ucap Jared agar Jeff tidak curiga. Jika Jared terus menerus melupakan orang-orang yang dikenal oleh Jerome Anderson, Jeff pasti memintanya memeriksakan diri ke dokter. “Aku telah mendapat informasi jika mendiang Tuan Denvor akan dimakamkan besok pagi di Westwood Village Memorial,” ucap Jeff menyebutkan salah satu pemakaman mewah di pusat kota Los Angeles. Baru saja Jeff menyelesaikan kalimatnya, ponsel Jared berdering dan menampilkan nomor asing. Jared sebenarnya enggan untuk menerima panggilan telepon karena tidak tahu siapa yang sedang menghubunginya. “Maaf mengganggu waktu anda,”ucap suara di seberang sana dan membuat Jared menebak jika yang sedang menghubunginya adalah Inspektur Greg. “Ada apa Inspektur?” tanyanya. “Bisakah besok kau datang kembali ke kantor polisi? Ada beberapa informasi yang kubutuhkan mengenai kematian Denvor,” jawabnya, “Besok pagi aku harus menghadiri pemakaman Denvor, mungkin siang hari aku baru bisa ke sana,” jawab Jared. “Pemakamannya ditunda karena ada permintaan otopsi dari ibu kandungnya, Tuan,” balas Greg. “Aku tidak tahu berita ini. Baiklah, aku akan datang besok pagi ke kantor polisi,” ujar Jared. Dia terdiam beberapa saat dan memikirkan kenapa tiba-tiba dari pihak keluarga Denvor melakukan otopsi, padahal sebelumnya mereka terlihat tidak peduli. “Kenapa tiba-tiba ada otopsi?” tanya Jared penasaran. “Ibunya yang baru datang dari Colorado yang meminta. Sebelumnya keluarganya yang berada di Los Angeles tidak terlalu memedulikan hal ini, mereka menganggap kematian Denvor murni karena kecelakaan. Tapi ibu kandungnya bersikeras meminta otopsi karena curiga dengan kematiannya,” jelas Greg. “Apa otopsi telah dilakukan?” tanyanya lagi karena rasa penasaran. Bagi Jared sendiri wajar saja jika Denvor sampai meregang nyawa, dia pasti masih dalam kondisi mengantuk saat menyetir pulang karena di bawah pengaruh heroin. Siapa saja yang sedang mengantuk pasti tidak akan bisa menyetir dengan benar. “Sudah, hasil final observasinya harus menunggu selama beberapa hari lagi. Tapi sementara disimpulkan jika Denvor telah tidak bernyawa saat tenggelam. Jadi ada kemungkinan dia dibunuh dan ditenggelamkan di bawah jembatan bersama mobilnya,” jawab Greg dan sesaat membuat Jared menahan napas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD