Lavanya Aku sungguh tidak tahu apa-apa dengan perubahan sikapnya. Padahal, beberapa waktu ini aku berusaha menghindarinya, tetapi tetap saja dia berhasil menemukanku. Akan tetapi, melihatnya hujan-hujanan seperti tadi, aku tidak tega. Ah, berada di posisiku memang serba salah. Aku tidak aku begini, tetapi keadaan memaksa. "Kalau aku ikut campur wajar, Anya. Kita suami istri, sebaiknya memang selalu jujur," ucapnya membuat kedua mataku menatapnya geram. "Jujur? Hah, kalau aku tidak salah, selama ini kamu sendiri tidak pernah mengatakan yang sebenarnya, Mas. Kamu selalu berbohong dan berbohong sampai aku sendiri heran, kapan kamu mau menghentikan sandiwara ini." Aku mengungkapkan semua isi hati. Mas Darren kembali diam. "Kenapa? Kalau sudah seperti ini tidak bisa menjawab, bukan?" Aku

