Darren "Kamu akan segera kehilangan istrimu kalau tidak segera bertindak," ucap mama di seberang telepon membuat kedua mataku terbelalak sempurna. Padahal sebelumnya aku enggan membuka mata. "Apa yang Mama maksud ini? Anya tidak akan ke mana-mana. Dia akan selalu menjadi istriku," ucapku mantap. Saat ini aku sedang berada di kamar mandi, karena di luar ada Clara, aku jadi tidak leluasa untuk menerima telepon dari mama. Ditambah aku juga kaget kepada dia ada di tempat tidur Anya, padahal aku ingat betul semalam istriku yang ada di sini, bukan dia. "Barusan dia ke sini. Dia datang bersama pria yang terlihat sepuluh kali lebih tampan darimu. Dia bahkan mau mengantar Anya ke sini dan mobilnya juga terlihat mahal," jelas mama membuat pikiranku berkecamuk. "Siapa pria itu?" tanyaku dingin.

