Bab 14

1866 Words

Pagi-pagi sekali, aku langsung bersiap untuk berangkat. Akan tetapi, harapanku semalam untuk tidak bertemu dengan Mas Darren langsung musnah karena saat ini dia tepat ada di hadapanku. "Kamu tumben sudah turun?" tanyanya santai, seolah di antara kita tidak pernah terjadi apa pun. "Aku memang turun jam segini. Mas yang tumben," jawabku berusaha menahan emosi walau d**a sudah terasa sesak. "Mas juga biasa bangun jam segini, tetapi biasanya Mas kerja dulu di kamar" lirihnya manis sekali, jauh dari biasanya. Aku sebenarnya heran dengan perubahan sikapnya akhir-akhir ini, tetapi tetap saja tidak bisa punya mimpi bersamanya. Dunia kita sangat jauh. Aku juga sadar diri dan paham kenapa Mas Darren tidak mengatakan identitas yang sebenarnya padaku. Memang aku bukan orang yang selalu ingin tah

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD