Chapter 2

1014 Words
Sarah dan Mario hanyut dengan ciuman mereka di balkon. Ditemani langit dan udara malam, serta lampu-lampu berkelap-kelip yang menghiasi kota Las Vegas di malam hari. Tangan Mario mulai menjamah setiap lekuk tubuh Sarah, dan ia menyibakkan gaun berwarna merah milik Sarah. Bisa dirasakan dari rabaan tangannya, bahwa gadis itu memakai sebuah thongs. Mario melepaskan ciumannya, ia melihat b****g Sarah yang kini sudah terekspos karena ia menyibakkan gaun gadis itu. Thongs yang juga berwarna merah, dan itu sangat seksi. Mario menggigit bibirnya, ia menaruh jari telunjuk tangan kirinya di bibir gadis itu. "Kau sangat seksi, Sarah." puji Mario, sambil meraba b****g Sarah, dan menepuknya membuat gadis itu mendesah kaget. "Benarkah? Aku bahkan tidak pernah berpacaran karena tidak ada pria yang tertarik denganku." kata Sarah, ia terkekeh. Mario tidak merespon perkataan Sarah lagi. Pria itu langsung menggendong tubuh Sarah ke dalam kamar, dan membantingnya ke ranjang. Pria itu langsung menciumi leher Sarah, membuat tanda di sana, lalu turun ke d**a gadis itu. Mario bisa mencium aroma parfum Sarah, yang bisa ia tebak bukanlah parfum mahal seperti miliknya. Kulit putih Sarah yang lembut membuat Mario tidak sabar untuk melihat p******a Sarah. "Aku akan membuka gaunmu." ucap Mario, ia menurunkan tali gaun Sarah, lalu dengan otomatis memperlihatkan p******a Sarah yang tidak dibalut oleh bra. Sarah merasakan darahnya berdesir begitu cepat. Napasnya tidak beraturan akibat menerima ciuman bertubi-tubi dari Mario. Gadis itu menahan desahannya sejak tadi, meskipun ia terus menerus selalu tidak sengaja mengeluarkannya. Ia merasakan bagian bawah tubuhnya berdenyut-denyut, dan membuatnya tidak tahan. Mario meremas p******a Sarah. Ukuran p******a gadis itu sangat sempurna. Tidak terlalu besar, namun tidak terlalu kecil. Putingnya berwarna merah muda, dan membuat libido Mario semakin meningkat. "Ahhh...." desah Sarah, ia tidak bisa lagi menahan desahannya. Itu keluar begitu saja, di luar kendalinya. "Kau sangat menakjubkan, Sarah." puji Mario lagi, ia menikmati p******a gadis itu. Membuat gerakan melingkar dari lidahnya, serta memainkan p****g Sarah menggunakan jarinya. "Berhenti memujiku, Mario." kata Sarah yang mulai tersipu malu karena mendapatkan pujian bertubi-tubi dari Mario. Padahal, Sarah merasa terbang. Gadis itu tidak pernah dipuji oleh seorang pria, apa lagi pria setampan Mario. Tambahan, Mario merupakan anak dari Dario Malvis, pemilik perusahaan celana jeans terkenal di Amerika. "Ahhh... Mario?" panggil Sarah, selagi ia berdesah.  "Hmm??" sahut Mario, yang masih bermain dengan p******a Sarah.  "Aku masih perawan." ujar Sarah, membuat Mario menghentikan aktivitasnya. "Apa?" tanya Mario yang cukup terkejut dengan pengakuan Sarah barusan. Sarah mengangguk, "Aku ingin kau melakukannya dengan perlahan." katanya. Mario benar-benar tidak menyangka bahwa teman kencan semalamnya kali ini masih perawan. Bagaimana bisa Sarah memberikan keperawanannya kepada orang yang bahkan baru ia temui hari ini? Dan mungkin, mereka tidak akan bertemu lagi bukan di waktu yang akan datang? "Kau yakin ingin melakukannya?" tanya Mario. Sarah mengangguk, "Aku datang untuk itu." jawabnya. Mario tidak menyangka Sarah sepolos itu. "Kau tidak akan bertemu denganku setelah ini, Sarah. Kutanya kau sekali lagi, apa kau yakin?" "Tentu saja aku yakin, Mario. Aku hanya meminta berfoto denganmu setelah kencan, lalu menunjukkannya ke teman-temanku." Mario menggeleng, "Tidak bisa, itu akan membuat seluruh penjuru Amerika gempar." Ah, Sarah baru ingat bahwa Mario cukup terkenal. "Baiklah, aku ingin kau melakukannya saja, Mario. Aku menginginkanmu." ujarnya tidak sabar. Mario tersenyum, "Kau akan menanggung resikonya sendirian." katanya. "Baiklah." kata Sarah, "Cepatlah, Mario. Kau membuatku- mmmhh..." Mario kembali mencium Sarah, gadis itu mengerang hebat karena jemari Mario sudah sampai di bagian bawah tubuhnya. Mario menyentuh milik Sarah dari balik thongnya. Ia memainkan k******s gadis itu, membuatnya mendesah semakin hebat. "Ahhh..." desah Sarah, tangannya memeluk tubuh atletis Mario. Mario melepaskan ciumannya, ia membuka kemejanya, lalu celana jeansnya. Sarah bisa melihat jelas kejantanan milik Mario yang sudah menonjol. Sekilas, Sarah tau persis bahwa ukurannya tidak seperti yang diharapkannya. Milik Mario, sangat besar, dan membuatnya sangat takut. "Apa akan sakit?" tanya Sarah. Mario terkekeh, ia tertawa. "Kenapa?" tanyanya. "Ukuranmu besar, sepertinya. Aku tidak yakin... Karena tidak pernah melihat kemaluan seseorang sebelumnya." kata Sarah, ia sangat polos. Mario sudah melepaskan semua pakaiannya, termasuk pakaian dalamnya. Kini, tubuh telanjangnya yang atletis membuat Sarah benar-benar terkesima. Mario sangat tampan, dan dia sempurna. "Kau bisa melakukan oral?" tanya Mario. Sarah tidak yakin, "Aku belum pernah mencobanya." jawabnya. "Baiklah, kita lewati saja bagian itu." ujar Mario, "Namun, jika kita dipertemukan kembali, kau sudah harus bisa melakukannya." "Apa kah kita akan bertemu lagi? Kau mengatakan kita tidak akan bertemu lagi sebelumnya." Mario membuka kaki sarah lebar-lebar. Gadis itu masih mengenakan gaunnya yang hanya menutupi bagian perutnya. Sisanya, Mario bisa melihat tubuh seksi Sarah dengan jelas. Pria itu meraba kembali milik Sarah dari luar thongnya, lalu menyibakkan tali thong gadis itu ke samping. Mario mulai menjilatinya dengan lembut, membuat Sarah mendesah semakin hebat. "Ahh... Mario... Aku menginginkanmu." ujar Sarah sambil mendesah. Mario tersenyum puas. Hanya Sarah, satu-satunya gadis yang ia layani hingga mendesah seperti barusan. Karena biasanya, Mario selalu menyuruh siapa pun gadis yang sedang berkencan dengannya atau yang sedang disewanya, untuk melayaninya hingga ia puas. Sarah satu-satunya gadis yang mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut dari Mario. "Kau menginginkan apa dariku, Sarah?" tanya Mario. "Aku ingin melakukannya denganmu, sekarang." "Kau menginginkan apa dariku?" tanya Mario, iya mencium seluruh tubuh Sarah dengan penuh nafsu. "Aku menginginkan kau memasuki diriku," kata Sarah. "Apa? Bisa lebih jelas lagi?" "Aku menginginkanmu memasuki diriku... Ayolah aku mohon Mario," Mario semakin puas mendengarnya, ia beralih menuju v****a Sarah. Menghirup aromanya kuat-kuat lalu menciuminya. Sarah mengejang, lalu tak lama ia sampai pada klimaksnya. "Ahh... Lakukanlah Mario aku mohon," Ini saatnya, batin Mario. Mario segera memasuki penisnya kedalam v****a milik Sarah dengan perlahan, sangat sempit. Sarah juga sempat meringis dan menjerit karena ia masih perawan. "Kau masih perawan?" tanya Mario setelah melihat darah yang mengalir. "Ya." jawab Sarah lirih. Sebenarnya inilah alasan Sarah mengikuti 1NightStand. Agar ia tidak jadi perawan tua. "Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?" "Kurasa ini bukan waktu yang tepat untuk mebicarakan hal itu, Mario..." "Ohh.. baiklah," Mario mulai menggerakan miliknya di dalam bagian bawah milik Sarah yang masih sangat sempit, ia mencoba sebisa mungkin untuk bermain dengan 'lembut' karena Sarah baru pertama kali melakukannya. Kini kamar hotel itu dipenuhi dengan suara desahan mereka, tetapi seketika Mario menghentikannya saat melihat air mata di wajah Sarah. "Kau menangis?" "Tidak... Aku tidak merasa sedih, atau apapun. Tapi entahlah ini refleks." jawab Sarah, ia menghapus air matatanya. Kemudian mereka melanjutkannya, bergelung semalaman dengan suara desahan, dan juga keringat yang membanjiri mereka. Sarah berpikir bahwa keputusannya untuk melakukan One Night Stand sungguhlah keputusan yang benar. Meskipun ia yakin, teman-temannya tidak akan percaya bila ia mengatakan bahwa ia bercinta dengan seorang Mario Malvis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD