Chapter 3

1143 Words
Sarah terbangun di pagi hari dengan keadaan Mario yang sudah tidak berada di kamar hotel. Ia menghela napasnya, karena sejak tadi malam ia terus mengharapkan sesuatu yang lebih dari permainan mereka tadi malam. Sarah merutuki dirinya sendiri. Seharusnya, ia tidak mengharapkan sesuatu yang lebih dari seorang Mario Malvis yang baru ia kenal tadi malam. Apa lagi, Mario adalah seorang playboy. Bisa jadi besok, ia sudah berganti pasangan lagi dan melupakan dirinya. Tidak menutup kemungkinan juga, Mario hanya menganggap Sarah sebagai sarana untuk melampiaskan nafsunya tadi malam. Dengan kepala yang sedikit pusing, Sarah bangkit dari tempat tidur dan segera pergi menuju kamar mandi. Ia harus bergegas pergi ke kantor hari ini. Namun, ketika ia baru saja sampai di kamar mandi, terdapat sepucuk surat yang terletak di atas nakas. Sarah langsung membacanya, dan sudah dipastikan surat tersebut berasal dari Mario. Dear Sarah, Aku harus menyelesaikan pekerjaan sialanku dan cepat-cepat pergi. Kuharap, kita bisa bertemu lagi lain waktu. Mario Malvis Sarah langsung buru-buru memasukkan secarik surat tersebut ke dalam clutch bagnya. Ini harus menjadi barang bukti bahwa ia dan Mario Malvis telah melakukan kencan satu malam dan permainan seks yang sangat hebat semalam. Ketika Sarah hendak mandi, ia kembali digagalkan karena ponselnya berdering. Terdapat nama Emma, sahabatnya sekaligus rekan kerjanya di layar ponselnya. "Kau di mana? Ini sudah jam berapa, kenapa kau belum sampai di kantor?!" protes Emma, ia tidak ingin sahabatnya terkena masalah karena telat datang ke kantor. Sarah menggigit bibirnya, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku masih berada di Atmosphere Hotel." jawabnya. "Kau bermain kasino?!" tanya Emma lagi yang hampir tidak percaya dengan jawaban Sarah. "Aku melakukan one night stand." Dibalik sana, Emma menepuk jidatnya karena lagi-lagi, ia tidak percaya dengan jawaban Sarah. "Kau benar-benar melakukan one night stand? Kenapa kau menuruti kata-kata para staff centil itu?" "Jika kau terus bertanya, kujamin aku tidak akan sampai di kantor." ujar Sarah sebal, karena ia belum mandi sejak tadi. "Oke, kutunggu kau dan jangan sampai telat lebih dari dua jam. Kau bisa kena surat-" Tiiiiiit.... Sarah mematikan sambungan teleponnya, tidak peduli dengan perkataan Emma yang hanya membuatnya terus menerus gagal untuk pergi ke kamar mandi. Setelahnya, ia segera mandi untuk menyegarkan tubuhnya, dan harus sampai di kantornya yang berada di Winchester dalam waktu dua jam. Selagi mandi, Sarah masih memikirkan kejadian semalam. Mario sungguh hebat dalam urusan memuaskan seorang wanita, dan ia sangat ingin merasakannya lagi. Meskipun mustahil rasanya bertemu dengan laki-laki seperti Mario. Tapi, tertulis di surat tersebut bahwa Mario berharap bisa bertemu dengannya lagi. Bagaimana caranya? Mario tidak meninggalkan nomor telepon, email, atau apa pun yang bisa digunakan untuk menghubunginya, dan ia juga tidak meninggalkan nomor ponselnya untuk Mario. Mrs. Anne juga bilang, perjanjian One Night Stand nya adalah kedua pasangan dilarang meminta informasi pribadi kepadanya. Jika memang salah satu dari mereka membutuhkannya, mereka harus memintanya ketika kencan satu malam sedang berlangsung. Dan bodohnya, Sarah tidak memintanya lantaran merasa tidak sopan kepada seorang Mario Malvis. * Emma hampir saja menjitak kepala Sarah ketika ia hampir telat saat datang ke kantor. Bosnya, Mrs. Genevive sudah berceloteh lantaran resepsionisnya hari ini datang terlambat. Dan, sudah pasti yang terkena omelan adalah Emma karena cewek itu adalah atasan Sarah. "Bagaimana one night standmu, Sarah Dawson?" ledek Emma, yang baru saja mendarat di bilik resepsionis Sarah. Sarah memutar bola matanya, "Bisa kah kau tidak berisik dan bertingkah norak?" katanya sebal. Emma tertawa, "Siapa partnermu?" tanyanya. "Mario Malvis." jawab Sarah singkat, dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi semalam. "Malvis? Malvis...." Emma tampak berpikir sejenak, karena nama tersebut seperti tidak asing di telinganya. "Bukannya itu nama perusahaan jeans terkenal?" tanyanya. Sambil membereskan berkas-berkas miliknya dan merapikan meja resepsionis, Sarah mengangguk. "Ah, tidak mungkin. Lagi pula siapa Mario Malvis itu? Aku hanya mengetahui Dario Malvis bapak tua pemilik perusahaan tersebut." ujar Emma sambil melambaikan tangannya, tidak percaya dengan pengakuan Sarah. Sarah mendengus, "Kini kau persis dengan tiga staff wanita centil itu." katanya, "Aku sudah menduga bahwa tidak ada satu pun yang percaya aku one night stand dengan Mario Malvis anak dari Dario Malvis." lanjutnya. Emma terdiam, "Kau memiliki bukti?" tanyanya. Pas sekali ketika Sarah ingin mengeluarkan sepucuk surat yang ditinggalkan oleh Mario, ketiga staff centil yang bekerja di kantornya datang menghampiri mereka. Mereka adalah Ive, Diana dan Christine. Ketiga staff itulah yang menantang Sarah untuk melakukan one night stand karena Sarah disinyalir masih seorang perawan. Karena menurut mereka bertiga, masih perawan diumur dua puluhan adalah malapetaka. "Sarah pergi one night stand? Dengan siapa?" tanya Christine, si perempuan dengan pakaian serba hijaunya dengan antusias. Sarah mengeluarkan sepucuk surat tersebut, lalu mereka bertiga membacanya baik-baik. "Mario Malvis? Apakah benar?" tanya Ive, yang tidak kalah menornya dengan seorang badut. "Mario Malvis anak dari Dario Malvis, sang pemilik perusahaan jeans paling terkenal di US? Mustahil, pria seperti dia tidak mungkin mengikuti one night stand remeh seperti ini." kini giliran Diana sang pemimpin yang tidak percaya dengan perkataan Sarah. Sarah mengangkat bahunya, "Aku tidak peduli jika kalian tidak percaya, karena aku tidak mungkin mengada-ngada." jelasnya. "Kalian bisa lihat di hotel mana aku bermalam dengannya." Nama hotel tersebut tertera di kertas yang digunakan Mario untuk menulis surat tersebut kepada Sarah. Karena pada dasarnya, Mario mendapatkan kertas itu dari sebuah notes kecil yang disediakan di hotel. "Atmosphere Hotel? Hotel yang memiliki kasino di rooftopnya? Itu adalah hotel mahal." kata Ive, mulutnya terbuka lebar. "Bahkan gajiku sebulan tidak cukup untuk membayar menginap satu malam di sana." ucap Sarah. "Lalu, jika benar kau berkencan dengan Mario semalam, di mana bukti lainnya? Bukannya kami meminta foto?" ucap Christine, ia menagih janji Sarah. "Mario bukanlah orang sembarangan, Christine. Jika foto yang kami ambil tersebar luas, itu akan menjadu gosip dan dapat merusak reputasi keluarga serta perusahaannya. Apa sampai di sini kalian paham?" jelas Sarah lagi yang mulai jengah dengan ketiga staff centil itu. "Sudah, kalian pergi lanjutkan pekerjaan kalian. Lagi pula Sarah sudah menjelaskannya, meskipun aku tidak percaya." kata Emma sambil melirik Sarah, yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari gadis itu. Sarah tau ini akan terjadi. Teman-temannya pasti tidak akan mempercayainya, terlebih tidak ada bukti konkrit selain surat yang ditinggalkan oleh Mario tadi pagi. Tetapi, seharusnya hal itu sudah cukup untuk membuktikannya bukan? Ketika semua temannya sudah pergi dari depan meja resepsionisnya, Sarah langsung beralih pada komputernya dan mencari informasi tentang Mario Malvis. Memang, Mario bukanlah laki-laki paling terkenal di US. Namun, tidak sedikit orang yang mengetahui bahwa pria itu adalah satu-satunya penerus perusahaan Malvis. Jika dilihat di internet, hubungan percintaan Mario beberapa kali diberitakan. Ada sekitar tiga perempuan yang diberitakan pernah berkencan dengannya. Salah satunya adalah Frany Ghadid, seorang model dari brand fashion terkenal di seluruh dunia. Kalian tau, kan? Sarah mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Jika dilihat dari record Mario, mustahil baginya jika Mario akan mengingatnya. Pria itu pasti sudah melupakannya, bahkan seminggu lagi mungkin tidak akan mengingat namanya. Frany Ghadid bukanlah wanita sembarangan. Ia merupakan mantan pacar dari mantan anggota boyband paling terkenal yang berasal dari UK. Jadi, mustahil bagi Sarah menempatkan diri seakan-akan dirinya adalah Frany Ghadid. Sungguh mustahil. Bahkan, dirinya dan Frany berbeda seperti langit dan bumi. Dengan hati yang ikhlas, akhirnya Sarah menutup tab pencarian tentang Mario. Tidak ada gunanya melakukan hal tersebut, karena ia tidak akan pernah bertemu dengannya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD