BAB : 2

1232 Words
"Kimmy!!!''  Suara teriakan yang menggelegar ke seluruh penjuru kelas. Siapa lagi kalau bukan teriakan kedua sahabatnya yang tercinta dan tersayang, Hani dan Jeje. "Kalian berdua bisa nggak, sih, jangan teriak-teriak gitu," omel Kim pada keduanya. "Hmm, nggak bisa," jawab Hani dan Jeje barengan. "Arghh..," dengus Kim dengan wajah kesal, dan terlebih dahulu melangkah menuju kelas. Melihat ekspresi Kim, kedua sahabatnya itu malah tertawa sambil mengekor di belakangnya. Benar-benar melelahkan. Andai saja ada lift menuju lantai tiga, pasti itu sangat menyenangkan.  "Eh, semuanya, ada berita terbaru, nih!" teriak Karin heboh saat memasuki kelas. "Apaan?'' "Denger-denger, sih, ada Guru baru yang akan gantiin posisinya Pak Anto buat ngajar Bahasa Inggris sama Matematika," jelas gadis berperawakan centil itu di depan kelas. "Gurunya cowok, apa cewek?" tanya Hani ikutan nibrung. "Cowok, ganteng!!!" Karin menjawab dengan semangat menggebu-gebu layaknya hendak berperang. "Dan lo, jangan naksir," tambahnya dengan ketus sambil menunjuk ke arah Hani.  "Ishh," decis Hani. "Mangsa baru," ujar Niken menambahkan dengan tingkah centilnya. Yap, Niken dan Karin, mereka berdua adalah musuh bebuyutannya Kim and friend's. Karena mereka berdua selalu mencari masalah dengan mereka bertiga. "Tapi, gue denger-denger, sih, Gurunya killer," ujar Karin menambahkan. Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba Bapak Dicky memasuki kelas, membuat semua siswa dan siswi yang tak terletak pada tempatnya berlari menuju kursi masing masing. "Aduh, si Bapak bikin kagetan, deh, ah,'' ujar Niken masih dengan kebiasaannya yang memalukan itu.  "Maaf, saya ke sini cuma mau kasih tau, kalau pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika di kelas ini akan digantikan oleh Guru yang baru," jelas Pak Dicky. "Oke, Pak." Lagi-lagi Karin dan Niken adala yang paling bersemangat menangapi. "Kalian tunggu saja di dalam," ujar Pak Dicky menambahkan, sebelum kembali meninggalkan kelas. Dan benar saja, tak berapa lama setelah Pak Dicky keluar dari kelas, tiba-tiba seseorang masuk. Hingga semua pandangan seisi kelas tertuju padanya. Terutama para siswi yang tak sempat berkedip. Ya, nggak sempat berkedip gara-gara yang masuk adalah seorang cowok ganteng. "Pagi semuanya," sapanya saat memasuki kelas dan langsung saja menuju meja Guru yang terletak dibagian depan kelas arah ke sudut. "Pagi, Pak," jawab seisi kelas serentak. "Astaga, ganteng amat.'' "Malaikat guyss." "Pingin gue kantongin ni Guru." "Ke KUA yok, Pak." Itulah sederetan kata-kata yang keluar dari mulut para siswi yang memuji-muji Guru yang saat ini sedang berhadapan dengan mereka. Maklum sajalah, ABG labil, nggak bisa melihat cogan sedikit saja langsung pada heboh. "Aduh, ganteng amat tu Bapak. Sayang amat kalo dipanggil, Bapak," bisik Hani pada Kim yang ada di sebelahnya. "Udah punya gebetan belum, ya?''  Jeje ikut-ikutan. "Ganteng, sih, ganteng. Tapi, killer guys," tambah Kim pada Hani dan Jeje . Oke ... ia akui mata para sahabatnya memang tak salah. Ganteng adalah kata yang cocok. "Baiklah, sebelum pelajaran dimulai, saya akan perkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Alvian Dika Geraldi, kalian bisa panggil saya Pak Alvin, umur 23 tahun. Mulai hari ini, saya akan menggantikan Bapak Anto untuk mengajar Bahasa Inggris dan Matematika," jelasnya. "Ada pertanyaan lagi?" tambahnya mengarahkan pandangan pada seisi kelas. "Udah punya pacar belum, Pak?'' tanya Jeje bersemangat. "Je, pertanyaan lo nggak bermutu banget, sih," umpat Kim atas pertanyaan yang dilontarkan Jeje. Memalukan sekali sikapnya ini . "Jawab, dong, Pak. Itu pertanyaan penting, loh." "Saya masih single,'' jawab Alvin. Sontak jawaban itu langsung membuat para siswi satu kelas heboh. Iya, heboh ngutak-ngatik Ponsel masing-masing, buat kepoin akun f******k, Path, **, Line, WA dan lain-lain milik Alvin. "Oke, kalau gitu saya absen kalian dulu," ujar Alvin sambil membuka buku absen. "Ardylan Dewanta." "Hadirr, Pak." "Adji nugraha." "Hadir...." "......" "Crista Hani Febrika." "Me, Pak." "Jena Fika Anastasya" "Hadirr ,Pak" "Kimberly Hana Affandi" "Hadir...." 'Jadi, dia?" batin Alvin menatap ke arah seorang siswi. "Eh, guys. Itu Pak Alvin ngapain ngeliatin gue gitu banget, ya, bikin merinding. Apa make up gue ketebalan atau eyeliner gue yang berlepotan?" tanya Kim pada kedua sahabatnya karena merasa kalau Alvin sedang memperhatikannya. "Ah, nggak, kok," jawab Jeje sambil mematut-matut wajah Kim. "Trus, apa yang salah sama gue?" Kim Bingung sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. "Naksir kali, tuh," jawab Jeje sambil tertawa seolah meledek Kim "Ih, Jeje," desis Kim kesal dengan ledekan sobatnya. "Ehem ... ada masalah apa di sana?'' tanya Alvin karna mendengar suara ribut-ribut dari arah meja Kim dan Jeje. "Nggak ada kok, Pak," elak keduanya. "Jangan mengobrol lagi. Sekarang buka buku LKS kalian, kita akan langsung mulai pelajaran," terang Alvin pada seisi kelas. ---000--- Tepat saat waktu menunjukkan pukul sepuluh, bel berbunyi. Itu tandanya waktu istirahat datang. Ada rasa lega yang ditunjukkan semua isi kelas. Karena apa? Ternyata wajah tampan Alvin berbanding terbalik dengan caranya mengajar. Benar-benar menakutkan.  "Oke, pelajaran kita hari ini sudah berakhir. Lusa kita ulangan dan nggak ada penolakan. Terima kasih," jelas Alvin sambil meninggalkan ruang kelas. Kim menghembuskan napas beratnya.  "Paraha banget, tuh, Guru," umpatnya setelah Alvin meninggalkan ruang kelas. "Dua jam brasa enam jam," sahut Hani. "Hmm, suasana kelas yang hangat mendadak jadi mencekam, kayak kuburan," tambah Jeje. "Kita ke kantin, yok ... haus, nih," ajak Hani. "Yok, tapi kalian berdua duluan aja. Pesenin strawbery smoothies buat gue, ya. Kebelet, nih," ujar Kim yang berlalu pergi meninggalkan Hani dan Jeje dengan sedikit berlari keluar dari kelas menuju toilet. Setelah mengeluarkan hasrat manusiawinya, Kim hendak menyusul kedua sahabatnya ke kantin. Tapi, pada saat berjalan di salah satu lorong kelas, tiba-tiba ia malah tak sengaja menabrak sesuatu hingga lututnya harus mencicipi ciuman lantai. "Aduh," Kim meringis ketika lututnya lah yang menjadi korban.  Berniat mengomel, tapi saat mendapati siapa yang bertabrakan dengannya, rasa kesalnya jadi ciut. "Maaf, Pak, nggak sengaja," ucapnya langsung meminta maaf.  Ya, meskipun ia tahu kalau ini bukanlah salahnya. Tapi yang jadi masalah ketika yang bertabrakan dengannya adalah Alvin, gurunya. "Kalau jalan lihat-lihat," ujar Alvin dingin. "Lah, perasaan Bapak yang nabrak, deh," balas Kim tak mau kalah. "Kalau menurut kamu saya yang nabrak dan saya yang salah, trus kenapa kamu barusan minta maaf?"  "Cuma basa-basi doang kali, Pak.'' Mendengar ucapan Kim, bukannya memberi respon atau berkomentar, Alvin malah berlalu pergi begitu saja. "Gini, nih, yang bikin sakit hati, tanpa bicara apa-apa main pergi aja,'' sungut Kim menuju ke kantin sambil mengumpat kesal. Ahkan wajah itunia bawa hingga sampai di hadapan kedua sobatnya. "Kenapa, lo?'' tanya Hani pada Kim yang tampak kesal. ''Bayangin aja, itu Guru killer tadi dia yang nabrak gue, eh, malah gue yang diomelin," jelas Kim memberengut. "Pak Alvin?'' tanya Jeje. "Siapa lagi." "Hwaa ... mau juga dong, ditabrak Pak Alvin," ujar Hani dengan tingkah lebaynya.  Pada saat itu, tiba-tiba ponsel Kim yang ada di sakunya berdering. Iapun segera merogoh dan mengeluarkan benda pipih itu. "Mama," gumamnya saat melihat nama yang tertera di layar ponsel, dan seketika menggeser ponselnya  ke kanan. "Ya, Ma?" "Pulang sekolah kamu langsung kesini, ya. Mama sama Papa mau kenalin kamu sama calon suami kamu," jelas mamanya "Hari ini?'' "Iya." "Hmm, gimana kalau Mama sama Papa aja yang nemuin, aku males,'' balas Kim sengaja menunjukkan penolakannya. Serius, ia benar-benar tak berminat bertemu apalagi sampai bertatap muka sama itu lelaki. "Mau, semua aset-aset kamu kembali diambil?" "Hiks hiks, iya, iya. Ntar, aku kesana." Kim langsung menutup sambungan telfon bersama mamanya. "Lo kenapa, kok mewek?" tanya Jeje yang melihat raut wajah masam sobatnya. "Iya, kenapa, sih?" Hani ikut-ikutan. "Nggak, cuman Papa Mama ngajakin ketemuan sama sahabat-sahabat mereka. Ngebosenin banget, kan," jawab Kim bohong. Ya kali ia jawab jujur, kalau mau ketemuan sama cowok yang bakal dijodohin buat dirinya. Pasti mereka bakal ketawa ngakak, masa iya keluarganya yang modern ngikutin jejaknya Siti Nurbaya. "Oohhh," balas Hani dan Jeje.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD