Trapped | Chapter 8

2218 Words
“Kampungan!” umpat Anna sinis saat ia menatap Hanna berlari menghampiri Seunghyun dan memeluk pria itu sebelum berakhir memberikan ciuman tepat di halaman kantor. Penglihatan Jaerim tertuju kemana arah tatapan Anna yang nampak dingin, ia tersenyum karena menyadari sesuatu hal, “Bukankah dulu Seunghyun juga sering datang menjemputmu?” “Ya, tapi aku tidak pernah memeluk dan mencium Seunghyun seperti itu” ucap Anna kesal. “Oh! Si bartender” Pekik Jaerim. “—atau bukan” Tanpa Anna sadari ia mencari keberadaan pria itu tepat saat Jaerim melambai kepada Daniel yang sedang melepas kaca mata hitamnya, berjalan mendekat ke arah mereka dengan penampilan yang tidak biasa. Penampilan yang lebih rapi dengan celana dan jas berwarna biru muda pastel senada, membiarkan tiga kancing teratas kemeja putihnya terbuka dan juga tatanan rambut yang jauh lebih rapi. Seketika Anna tersihir karena penampilan Daniel yang berbeda, ditambah senyuman yang tak pernah berhenti pria itu sematkan. Belakangan, Anna berusaha mengembalikan dunianya dengan menghindari Daniel, tapi rasanya pria itu sudah membalikan dunianya kembali sebelum Anna berhasil. “Anna, sekarang aku percaya dia bukan seorang bartender, BMW i8 terlalu mahal dan mewah untuk seorang bartender bukan?” Jaerim tersenyum menggoda Anna. “Anna” Sapa Daniel yang membuat Anna tersadar. “Ada apa?” Tanya Anna tiba-tiba ketus. “Setelah kau mengabaikan panggilanku, kau mencoba melupakan ajakanku? Tentu aku datang untuk menagih jawabanmu” Anna teringat bahwa Daniel meminta dirinya untuk datang ke acara pernikahan salah satu temanya. Ia melupakan ajakan itu sampai membuat seorang Kim Daniel datang dan menagih jawabannya. “Pergilah!” Perintah Jaerim. “Kim Jaerim!” Anna mengeratkan giginya seraya tersenyum menatap Jaerim yang berusaha mengusirnya pergi. Daniel tersenyum kepada Jaerim sebelum akhirnya meraih pundak terjauh Anna untuk ia rangkul menuju mobil. Anna tak punya pilihan untuk menolak Daniel yang sudah bersikap memaksa dengan senyuman manis yang tak mampu Anna hindari. Anna mengaku ia bodoh, karena ia termakan senyuman manis itu. “Kau benar-benar keterlaluan Anna, kau selalu mengabaikanku” Daniel tersenyum. “…” “Setelah kau meninggalkan apartemenku malam itu, aku merasa frustrasi atas kemarahanmu” “Tapi memang benar, bagiku kau sama saja dengan Seunghyun” “kata-katamu menamparku” “Aku tak akan mengucapkan maaf karena aku mengatakan yang sesungguhnya” Daniel terus tersenyum menyaksikan betapa dinginnya sikap Anna. Biar bagaimanapun suara Anna terdengar sangat manis ditelinga Daniel bahkan untuk sebuah kata-kata sarkastik yang Anna lontarkan selama perjalannan. Dalam hati, Anna terus bertanya, bagaimana bisa pria genit disampingnya dapat selalu tersenyum meskipun saat itu ia tahu seharusnya pria itu marah karena kata-kata sarkastiknya. “Kita harus menghadiri pesta pernikahan temanku, aku ingin kau tampil secantik mungkin” Anna tak tahu ia harus marah atau tidak karena Daniel membawanya ke sebuah butik perancang terkenal yang letaknya tak jauh dari kantornya, sedangkan ia juga memiliki beberapa pakaian yang setidaknya masih terlihat pantas untuk ia kenakan ke sebuah pesta. Daniel tersenyum saat membuka pintu mobilnya, menyambut Anna dengan meraih jemari Anna untuk membantu wanita itu keluar dari mobil. Anna tahu Daniel telah bersikap keterlaluan dengan menyentuhnya terus sejak malam itu. Tapi entah mengapa, ia seperti tak memiliki alasan untuk menolak semua hal manis dari Daniel dan batinnyapun  perlahan mulai memaklumi semua hal yang Daniel lakukan. “Selamat Malam, tuan” Sapa salah satu karyawan butik tempat keduanya berada. “Tolong carikan beberapa gaun yang terlihat cantik untuk dia kenakan” “Aku bisa memilihnya sendiri” Anna tak terima. “Tidak, kau harus tampil luar biasa malam ini” “Kau sudah membawaku sesuka hatimu dan sekarang kau melarangku untuk memilih pakaian yang akan kukenakan?” Anna tertawa malas, “Kau menakjubkan Daniel, apa kau selalu bersikap seperti ini?” “Kau akan tahu nanti, jadi diam dan menurutlah sebelum kau menyesal” Daniel meminta Anna untuk duduk, sementara beberapa karyawan toko mulai memilih beberapa gaun yang kemudian Daniel pilih untuk Anna coba kenakan. Alisnya bergerak naik turun saat berusaha menimbang dan memilih pakaian yang ia rasa pantas untuk Anna kenakan. “Pakailah ini!” “Kau bercanda?” kedua mata indah Anna membulat menatap pakaian yang Daniel pilih. “Aku harus pergi dengan pakaian seperti ini?” Daniel hanya tersenyum manis, mendorong lembut tubuh Anna ke ruang ganti untuk mencoba gaun pilihannya. Anna yakin ia kehilangan akal sehatnya saat menurut untuk menggunakan pakaian yang terbuka di depan pria genit yang sedang menunggunya. Ia memutar tubuhnya, menatap punggung polos yang tak tertutup sehelai benang pun di sana. “Daniel benar-benar gila, bagaimana bisa aku keluar dengan pakaian seperti ini” Perlahan Anna keluar, hal yang perlu ia lakukan saat ini adalah tidak berbalik atau menunjukan punggungnya pada Daniel. Terasa aneh dan seksi bagi Anna namun nyatanya gaun itu terlihat sempurna di tubuh berisi Anna. “Berputarlah” perintah Daniel. “Tidak mau!” “I said turn around!” Wajah Daniel terlalu mengintimidasi, terutama kedua matanya yang menatap Anna, rasasanya Anna seperti menemui jalan buntu saat ia berusaha berlari dari kenyataan bahwa ia tidak bisa menolak Daniel. Anna menyerah, ia berputar sesuai keinginan Daniel yang saat itu juga kembali tersenyum, terasa hangat, berbinar terlebih saat menatap penampilan Anna yang begitu menakjubkan. “I told you, kau sempurna Anna” Anna tak bisa tersenyum meskipun ia ingin karena pujian itu membuatnya tersipu. Keduanya berjalan menuruni tangga menuju mobil Daniel yang sudah terparkir di depan gedung butik. Wajah Anna sama sekali tak baik karena ia merasa kesal, sampai pada akhirnya Daniel menatap Anna dan menyentuh kedua sisi wajah Anna dengan tanganya yang terasa begitu hangat. “Ada apa dengan wajah ini? Tadi aku melihat wanita cantik dan sekarang melihat seorang nenek-nenek” Anna mengernyit, sampai pada akhirnya Daniel tersenyum dan mulai menarik sudut bibir Anna sehingga membentuk senyuman disana. “Seperti ini lebih baik, kau tampak sangat cantik saat tersenyum Anna” Wanita mana yang tidak suka mendengarnya, bahkan Anna seperti mulai bertarung dengan dirinya sendiri untuk mempertahankan harga dirinya sementara hatinya menyukai pujian kecil Daniel yang membuatnya ingin tersenyum. Lagi-lagi ia hanya menatap punggung Daniel yang menjauh dan jika ia boleh jujur, ia mengagumi penampilan Daniel dan pria itu terlihat tampan dengan setelan jasnya. “Daniel, tunggu!” Anna menghentikan langkah Daniel dan berjalan mendekat, satu hal yang tak pernah Daniel pikirkan adalah saat Anna mulai menghampirinya hanya untuk mengancingkan kemejanya yang sengaja ia buka. “Cukup satu atau dua kancing saja, jangan lebih” “Why?” “Terlihat seperti pria m***m” Anna melenggang pergi meninggalkan Daniel yang nampak tersenyum senang, hanya karena satu kancing kemeja memang, tapi ia rasa ia harus berterima kasih untuk itu.   ******   Sebuah ballroom hotel berbintang lima yang nampak begitu indah dengan dekorasi bunga-bunga dan tanaman hidup membuat Anna merasa berdebar, sensasi dari suasana pernikahan itu selalu menggetarkan hatinya. Anna tahu saat ini ia sangat berlebihan tapi melihat sebuah gaun putih cantik di sebuah pernikahan membuat ia ingin mengenakanya. “Sepertinya aku akan menyesal jika tidak mengatakan ini, you’re look so beautiful tonight” bisik Daniel dan seketika itu Anna merasakan sentuhan tangan pria itu tepat di punggungnya. Tubuh Anna menegang karena sentuhan Daniel, meskipun nyatanya pria itu sedang menuntunnya berjalan beriringan. Keduanya menghampiri sepasang pengantin yang saat itu terlihat begitu bahagia, Danielpun nampak begitu akrab dengan pengantin wanita yang tertawa lepas saat Daniel berbisik kepadanya. Anna hanya mampu tersenyum menatap bagaimana Daniel bersikap seakrab itu sementara ada pengantin pria disana. “Teman tidurmu?” Tanya Anna sinis saat keduanya berjalan bersama meninggalkan lobby hotel tempat pesta itu berlangsung. “Hanya sekali” “Luar biasa, bahkan kau datang ke acara pernikahan salah satu teman tidurmu?” “Karena kami berteman baik saat di Kanada” Mendengar hal itu Anna merasa terkejut, ia tak habis pikir bagaimana bisa Daniel memilih hidup bebas seperti itu dan tidur dengan teman baiknya saat di Kanada. “Kau sepertinya cemburu” “Aku?” Anna tertawa sinis. “Sama sekali tidak” Daniel tersenyum, ia menemukan hal yang menarik dari sikap Anna yang selalu mengaku tidak namun jelas Daniel mampu melihat semua itu dari gerak tubuh Anna. “Aku sama sekali tak mengerti tentang cara hidupmu! Bagaimana bisa kau meniduri temanmu sendiri?” “Kami berteman setelah hal itu terjadi” Daniel melirik Anna yang sudah menatapnya heran, Anna kehabisan kata-katanya saat itu, sampai pada titik dimana dia tak lagi mampu menanggapi Daniel. “Sudahlah Anna, kau tahu kita akan selalu bertengkar setelah membicarakan masalah ini dan aku tidak ingin bertengkar denganmu” Anna menurut, nyatanya ia tak akan bisa meninggalkan Daniel dan melarikan diri seperti malam itu dengan pakaian yang ia kenakan sekarang, ditambah sepatu hak tinggi yang menyiksa kedua kakinya yang terasa kesakitan sehingga membuatnya sulit berjalan. Tangan Daniel pun bergerak siaga untuk menahan tubuh Anna yang terlihat tak nyaman dengan sepatu hak tingginya, menangkap pinggang Anna dan membantu Anna berjalan menuju mobil. “Duduklah” perintah Daniel yang kala itu membukakan pintu dan mempersilakan Anna untuk duduk di kursi penumpang. Kedua mata Anna terus mengejar ke mana pria bernama Daniel itu pergi bahkan saat pria itu membuka bagasi belakang mobil. Sebuah kotak sepatu dan kotak obat di kedua tangan Daniel yang tak segan untuk berlutut dan melepaskan sepatu High heels yang sedari tadi melukai kaki Anna. Ia bahkan merelakan celananya untuk menjadi pijakan kaki Anna untuk bertumpu agar tak menyentuh aspal. “Daniel, Aku bisa melakukannya sendiri” “Diam!” Perintah Daniel yang kala itu memeriksa kaki Anna yang terluka. “Maaf, membuat kakimu terluka” ucap Daniel tak enak.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          “Tak apa, akan selalu seperti ini saat aku menggunakan sepatu baru” Dengan senyuman yang seperti biasanya, Daniel mulai memakaikan plester di dua jari kelingking kaki Anna yang memerah, tak lupa ia memakaikan sepatu flat milik Anna dan tak membiarkan wanita itu memakainya sendiri. Seketika Anna mulai tersentuh untuk apapun hal-hal kecil yang Daniel lakukan. Tidak hanya kata-kata namun bagaimana pria itu memperlakukannya dengan baik dan lembut, rasanya ia mulai menyukai semua itu perlahan. “Terima kasih” Daniel tersenyum sebelum akhirnya dua insan itu saling menukar tatapan penuh arti seolah ingin mengucap sesuatu. “Anna” “Em?” “Sebelum hari ini berakhir, bisakah kita menghabiskan sisa waktu yang kita miliki bersama?” Anna berusaha mencerna kata-kata Daniel sebaik mungkin agar ia tak lagi menyalah artikan ucapan Daniel. “Seperti Cinderella yang memanfaatkan sisa waktu yang ia miliki untuk berdansa dengan pangeran” Anna tak berkutik. “Aku ingin menghabiskan sisa waktu yang ku miliki bersamamu sebelum hari ini berakhir” Hati Anna terasa hangat saat merasakan tatapan dan ucapan tulus Daniel yang bersinergi dengan baik. Tak mampu menolak, Anna hanya mematung menatap Daniel tanpa mengucap apapun. “Bisa aku menganggapnya sebagai jawaban ‘ya’?” “Anna!” Keduanya tersadar saat suara Hanna mengisi ruang kosong di antara tatapan dalam mereka, membuat keduanya menoleh dan menemukan Seunghyun dan Hanna yang saling bergandengan menghampiri mereka. “Hanna” “Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau mengenal salah satu dari mereka?” “Aku menemani-” “Dia datang bersamaku” tutur Daniel. Senyuman Daniel begitu tulus dan lembut, kedua matanya pun menyimpan kesabaran saat menatap Anna yang terjebak dalam tatapan itu, namun untuk waktu yang sebentar saja Anna kembali disadarkan bahwa semua itu hanya sebuah sandiwara yang berusaha Daniel buat untuk dua tokoh antagonis dalam hidupnya. “Apa kau mengenal mereka? Ini adalah acara keluargaku” Tatapan Hanna terkesan meremehkan Anna dan Daniel yang nampak santai menanggapi semua sikap Hanna. Namun kedua mata Anna mendapati Seunghyun yang nampak kesal dan tak menatapnya, “Jangan tersinggung, aku hanya memastikan saja bahwa tidak ada tamu tidak diundang di acara ini” “Sayang sekali, kami diundang untuk datang ke acara ini. Mereka adalah temanku saat di Kanada” “Kanada?” Hanna terkejut. “Ya, tapi maaf kami harus pamit dulu. Ada sesuatu yang harus kami lakukan” Keduanya berpamitan, meninggalkan sepasang kekasih yang terus memandang jengkel kepergian Anna dan Daniel yang nampak begitu serasi saat bersama. “Kau lihat mereka? Itu mengapa aku sangat membenci Anna!” ucap Hanna kesal, namun pria bernama Seunghyun itupun berlalu meninggalkan Hanna yang merengek kesal dibelakangnya.   *****   Anna sekarang tahu, bahwa Daniel adalah tipe pria yang akan banyak melakukan hal manis untuk pasangannya, termasuk saat menekan tombol lift, ia mempersilakan Anna untuk masuk terlebih dahulu, menarik Anna ke dalam pelukanya saat beberapa orang datang memenuhi lift, dan terakhir memastikan bahwa Anna baik-baik saja. Saat itu juga Anna merasakan tangan Daniel lagi-lagi menyentuh punggung polosnya untuk yang kedua kali dan berakhir membuat sensasi menggelitik di perut Anna. “Daniel, tanganmu” tegur Anna yang seketika membuat Daniel tersadar bahwa tak ada lagi alasan bagi keduanya bersandiwara. Sejujurnya Anna cukup berdebar hanya memikirkan tentang dirinya yang lagi-lagi akan menginjakkan kaki di apartemen pria genit yang bisa saja merayunya, pengaruh seorang Daniel terlalu sulit untuk ia abaikan. Bahkan saat pria itu melepas jasnya dan melemparnya ke kursi, terlalu seksi untuk kedua mata Anna nikmati. “Anna, kau bisa mengganti pakaianmu” Anna tak pernah tahu, membuka satu persatu kancing kemeja dengan kelima jari akan membuat Daniel terlihat begitu seksi. “Tentu aku tidak perlu memberi tahumu di mana kamar mandi bukan?” Pria itu tersenyum di akhir kata-katanya, membuat Anna tersadar, berpaling dan menuju ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Sejujurnya Anna merasa sesak karena pikirannya sendiri, ia melempar tas belanja yang berisi pakaiannya dengan kesal. Terus menggerutu tentang sosok Daniel yang kini memenuhi kepalannya. “Dasar pria genit! Hidung belang! Mengapa aku terus membayangkan hal-hal aneh tentangmu!” Keduanya pun kini duduk saling berjauhan, Anna benar-benar ingin menggambar jarak yang luas dengan Daniel yang selalu menatapnya tanpa henti. “Hey, Santai saja” “Aku sangat santai” “Dengan duduk setegak tiang bendera? Sejauh itu?” Daniel terkekeh. “Kau melukai harga diriku Anna” “Maaf, aku hanya merasa tidak nyaman saat bersamamu seperti ini” “Aku tak akan melakukan apapun padamu, perlu kau ingat aku tidak akan melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan” “Lalu, untuk apa kau memperlakukanku seperti ini jika kau tahu aku tak akan memberikan apapun kepadamu” “Aku sudah mengatakannya bukan? Aku tertarik padamu, karena kehadiranmu membuatku banyak tersenyum setelah pertemuan pertama kita waktu itu” Hati Anna terasa hangat kembali karena ungkapan itu, membuat kedua mata Anna melirik pria yang masih memberikan tatapan yang sama tanpa rasa bosan. “Bukankah kau tidak tertarik dengan sebuah hubungan?” “Memang tapi bukankah kau juga tidak menginginkannya? Bukankah kita sama? Aku bisa membantumu untuk melupakan mantan kekasihmu itu, jika kau mau” “Dengan apa?” “Melakukan banyak hal bersama, menghabiskan waktu bersama, mungkin aku tidak bisa memberimu komitmen dan akhir dari sebuah kisah yang indah. Tapi aku bisa memberi semua waktuku untukmu” Waktu, entah mengapa kata itu mampu membuat hatinya meluluh dan terasa lemah. Anna berpikir, mungkin saja Daniel benar bahwa dengan waktu yang Daniel berikan bisa saja membuatnya melupakan Seunghyun. Ia rasa ia menginginkan waktu itu. Tapi satu hal yang Anna lupakan adalah bagaimana jika ternyata ia jatuh terlalu dalam dan mencintai pria bernama Daniel, ia tak memikirkan semua itu.   *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD