From : K
Apa kau sibuk?
Bisa kita bertemu?
Perlu aku yang pertama datang menemuimu?
Anna membaca pesan itu tapi tak berniat sedikitpun untuk membalas. Kesibukan Anna saat berada di studio pemotretan membuatnya tak menaruh atensi sedikit pun kepada rentetan pesan Daniel yang terus memburu, ia terlalu sibuk memeriksa pakaian selama sesi pemotretan, menyesap kopi untuk menahan rasa kantuk yang mengganggu karena semalam ia harus terjaga untuk menyiapkan produk untuk pemotretan.
“Anna” suara itu membuatnya berpaling dan berjalan meninggalkan sosok pria yang sedang memanggilnya. “Go Anna! Berhenti di tempat! Aku ketua timmu dan kau tidak bisa mengabaikanku” kata Jaerim dan Anna memandangnya kesal. “Setelah masa hukumanmu selesai kau bahkan masih belum memaafkan aku”
“Apa ada yang ingin Anda bicarakan ketua tim Kim? Jika anda hanya akan mengganggu saya, saya harus pergi karena saya sangat sibuk hari ini”
“Ada, sesuatu yang pribadi dan aku harus menanyakannya kepadamu”
“Apa tentang sesuatu yang menarik waktu itu? Tentang ciuman di Club malam? Maaf saya tidak ingin mengatakan apapun bapak Kim Jaerim yang terhormat” Anna berlalu dan sahabatnya terus mengikuti.
“Go Anna!”
“Ketua tim Kim apa mau anda sebenarnya?”
“Aku mengkhawatirkanmu sebagai seorang teman”
“Lalu?”
“Pertama, masalah kau putus dengan Seunghyun aku benar-benar tidak tahu, kedua saat aku membela Hanna dan berteriak padamu, ketiga masalah pesta itu aku tidak tahu jika itu adalah pesta perayaan Hanna dan Seunghyun, dan Keempat siapa pria yang kau cium di club malam itu?”
Telinga Anna memanas, begitu juga hatinya yang harus kembali mengingat Seunghyun dan Hanna, tapi jauh dari semua rasa kesal itu tersemat nama Daniel yang seketika itu menghapuskan rasa kesalnya pada Seunghyun dan Hanna.
“Aku hanya ingin mengenalnya saja”
“Tiba-tiba? Untuk apa?” Anna menghentikan langkahnya dan mulai menatap Jaerim.
“Karena aku harus tahu siapa pria yang dekat dengan sahabatku”
“Aku tidak dekat dengannya”
Karena Jaerim, Anna kembali mengingat rentetan pesan Daniel yang sedari tadi ia abaikan. Sebuah pesan kembali datang, haruskah ia membalasnya atau malah tidak, Anna bimbang karena ia ingin menghindari pertemuannya dengan Daniel.
“K? Siapa? Apa pria itu?” Jaerim memang tak mengenal kata menyerah dalam hidupnya, ia terus mendesak Anna dengan banyak pertanyaan saat ia melihat ponsel Anna bergetar tanpa henti.
“Apa pekerjaannya?”Anna tak bisa menahannya lagi.
“Bisa kau diam!”
“Aku akan diam jika kau menjawab pertanyaanku!”
“Baiklah sepulang bekerja!”
“Kau yakin? Bukannya ini terlalu terburu-buru? Aku hanya bertanya siapa dia”
Anna memutar kedua bola matanya kesal dan menghela nafasnya berat, mungkin jika Jaerim bukan sahabatnya sejak sekolah dulu mungkin Anna akan kehilangan kesabaran. Anna tahu bahwa semua itu terlalu berlebihan, tapi hanya dengan cara itu saja yang rasanya mampu membuat sahabatnya diam.
*****
Demi rasa penasaran seorang Kim Jaerim, Anna ingkar untuk tidak menemui pria bernama Kim Daniel yang sangat berbahaya di bar miliknya. Jaerim begitu penasaran dengan sosok pria yang Anna cium di Octagon, terus membuat pertanyaan yang Anna sendiri bosan untuk menjawabnya.
“White bar”
“Kau puas?”
Keduanya memasuki White bar yang nampak begitu eksklusif dan elit dari segi penataan ruang, membuat Jaerim tertegun menatap setiap sudut bar yang terlihat begitu mewah.
“Kau yakin dia bekerja di sini? Mengapa dia belum datang?” Anna memutar kedua bola matanya kesal.
Tanpa mereka sadari pria pemilik suara bariton itu berdiri tepat di belakang Anna dan Jaerim yang masih belum menyadari kehadirannya, tersenyum karena ia mendengar semua percakapan konyol dua orang yang menunggunya.
“Aku bertemu dia di sini. Apa perlu aku membawamu ke Octagon tempat aku menciumnya?”
“Ini masih terlalu sore untuk mengunjungi sebuah club malam Anna”
“Apa kebetulan kalian sedang membicarakanku?”
Keduanya terperanjat saat berbalik dan mendapati Daniel yang tengah tersenyum cerah menyapa kedua tamunya.
“Kami tidak membicarakanmu” tutur Anna, dan Daniel berjalan memasuki meja bar menatap kedua tamunya bergantian.
“Kau yakin dia bartender itu? Dia tidak seperti karyawan yang lainnya” bisik Jaerim.
“…”
“Anna, dia sangat menarik, dia pasti punya banyak kekasih di luar sana” bisiknya lagi. “Dia pasti banyak menggoda wanita” lagi-lagi Jaerim sibuk berbisik kepada Anna yang jengah.
“Bisa kau diam!” Anna melotot namun Jaerim terus menggoda.
“Terakhir, kau mendaratkan bibirmu pada orang yang tepat sepertinya” bisiknya lagi.
Anna memilih untuk mengacuhkan Jaerim yang terus berbisik, ia hanya sibuk mencari cara untuk terlepas dari senyuman pria bernama Daniel yang terus menatapnya intens.
“Kau tidak membalas pesanku, tapi kau datang ke sini untuk menemuiku”
“Seseorang memaksaku untuk mengenalkannya padamu”
“Kim Jaerim”
“Daniel” Daniel menyambut tangan Jaerim untuk ia jabat, namun pria bernama Daniel terus bertanya-tanya tentang situasi apa yang sedang ia hadapi saat ini bahkan saat menjabat tangan Jaerim yang tersenyum cerah.
“Jaerim hanya ingin tahu siapa pria yang waktu itu— dan memastikan bahwa apa yang kita lakukan waktu itu hanyalah sandiwara”
“Ah, I know kau tidak perlu salah sangka, Anna menciumku hanya untuk membalas mantan kekasihnya” reaksi yang bahkan sangat santai di mata Anna.
“Anna menciummu?”
“Kurang lebihnya seperti itu, Anna menciumku dan aku membalasnya”
Dalam hati Anna, Daniel benar-benar pria genit. Bagaimana mungkin pria itu bercerita dengan santai sembari meninggalkan senyuman genit dengan kedipan sebelah mata yang mungkin akan membuat wanita lain merasa senang melihatnya, tapi tidak untuk Anna.
“Aku sempat berpikir bahwa Anna dan kau memiliki hubungan spesial, aku mengenalnya sejak lama dan dia tak akan mencium sembarang orang” Jelas Jaerim panjang lebar.
“Tapi bukankah kita baru mengenal Anna?” Ungkap Daniel yang selalu menggambar senyum di wajahnya.
“Ya”
Jaerim tersenyum jahil mengusap rambut Anna gemas. “Anna ku sudah berubah”. Dengan gemas sahabatnya itu mencubit kedua pipi Anna tanpa ampun, kedua mata Anna membulat hebat seperti tak akan mengampuni perbuatan Jaerim. Entah mengapa momen itu terlalu menggemaskan untuk Daniel saksikan sampai pria itupun tak mampu menahan garis senyumnya untuk terbentang bebas di wajahnya yang tampan.
“Kim! Jaerim!”
“Aku sangat mengenalmu dan kau tidak mungkin mencium sembarangan pria, apalagi di tempat umum. Aku hanya mau memastikan saja apakah kalian punya hubungan spesial atau tidak, aku harus tahu”
“Sekarang kau sudah dapat jawabannya? Kau bisa pulang sekarang”
“Kau mengusirku sekarang? Ok! Aku tahu kau tidak mau diganggu saat ini”
Jaerim meraih barang-barangnya dengan wajah senang, Anna bahkan tak tahu jika ada orang sebahagia itu saat diancam dan diusir.
“Semoga dia bisa menggantikan Seunghyun, Aku akan mendukungmu, FIGHTING!” bisik Jaerim, mengacungkan ibu jarinya sebelum beranjak pergi meninggalkan Anna.
“Ada yang ingin kau minum? Orange juice?”
“Kau menghinaku lagi” Daniel terkekeh melirik sekilas wajah cantik Anna.
“Kau akan terus mengatakannya Anna, Orange Juice sebagai bentuk penghinaan” benar saja Daniel memberikan satu gelas Orange Juice untuk ia berikan kepada wanita di hadapannya yang terlihat begitu casual dengan pakaian kerja yang ia kenakan.
“Apakah ini balasan pesanmu?” kata Daniel yang membuat Anna menatap pria yang kini sedang berjalan untuk duduk di sampingnya.
“Mungkin”
“Aku ingin meminta bantuanmu”
“Bantuan? Untuk apa?”
“Aku ingin kau menemaniku ke acara pernikahan salah satu temanku minggu depan” Anna menatap pria di sampingnya heran, karena menurut Anna mereka tidak sedekat itu untuk bisa saling menemani atau untuk menjadi pasangan ke sebuah acara pernikahan.
“Entahlah, aku tidak yakin jika minggu depan”
“Apa itu sebuah penolakan?” tanya Daniel yang tak nampak kecewa sedikit pun.
“Tidak”
“Apa artinya kau menerima ajakanku?”
“Tidak juga”
“Ok, kau mempermainkanku sekarang, Anna”
“Aku akan memikirkannya”
Bagi Anna itulah jawaban yang tepat untuk ia berikan pada Daniel, ia tak mau gegabah menerima ajakan pria itu dan akan memikirkan matang-matang apa yang harus ia pilih, apakah ia menerima atau menolak ajakan Daniel yang bias malah menjerumuskannya.
“Hey Daniel” Sapa seorang wanita dengan aksen kebarat-baratan menyapa Daniel yang juga menebar senyum manisnya kepada wanita itu. Nyatanya Daniel tersenyum begitu manis tidak hanya padanya melainkan ke banyak wanita, namun entah mengapa kenyataan itu membuatnya sedikit kesal.
Wanita itu berbisik kepada Daniel dengan senyuman di bibir merahnya, pakaian ketat itu benar-benar menonjolakan lekuk tubuh yang membusung kepada Daniel, sekilas Anna membuang muka menatap langit-langit bar tak kala Daniel kembali tersenyum bahagia.
“Kau terlihat tidak nyaman di sini?” Tanya Daniel sembari melambai ke arah wanita yang kini sudah pergi meninggalkan mereka
“Setidaknya tidak senyaman dirimu”
“Senyaman diriku?”
“….”
“Iya tidak senyaman dirimu saat menikmati wanita itu berada disampingmu”
Kata-kata polos Anna membuat Daniel tertawa lepas, “Kau cemburu?”
“Cemburu?” Anna terkekeh, “Maaf, Daniel aku tidak punya kepentingan apapun untuk merasa cemburu bahkan saat wanita itu menggesek-gesekan dadanya kepadamu seperti cacing kepanasan” Daniel tertawa terbahak karena menurutnya Anna sangat menggemaskan saat merasa terganggu.
“Kau menertawaiku?”
“Baiklah, izinkan aku membawamu ke sesuatu tempat”
“Ke mana?”
“Suatu tempat yang membuatmu jauh lebih nyaman”
******
Melihat mobil yang Daniel gunakan malam itu, Anna sedikit ragu tentang pekerjaan pria yang kini sedang membawanya, mobil mewah yang berbeda dengan yang waktu itu dan bagaimana Daniel bisa sesuka hati meninggalkan pekerjaannya membuat Anna menaruh curiga.
“Sebenarnya apa pekerjaanmu?”
“Kenapa?”
Keduanya mengenakan sabuk pengaman sebelum akhirnya saling menatap.
“Terlalu aneh seorang bartender memiliki mobil semewah ini”
Daniel tersenyum.
“Jangan tersinggung tapi mobil ini tidak terlihat seperti milikmu”
Kendaraan itupun mulai membawa Anna juga Daniel menuju ke sebuah bangunan tinggi di Seoul Forest, Sungsudong. Galleria Foret, Anna tahu betul tempat mewah itu, bahkan hunian mewah itu terkenal dengan penghuninya yang merupakan orang-orang berpenghasilan tinggi di Korea.
“Kau tinggal di sini?” Daniel mengangguk.
Kedua orang itu berjalan saling berjauhan memasuki lift yang akan mengantar keduanya menuju hunian mewah miliki Daniel. Melihat bagaimana hunian itu saat Daniel membuka pintu unitnya, membuat Anna tertegun karena pemandangan dari lantai empat puluh yang terlihat begitu menakjubkan. Bagaimana sungai Han sangat indah saat malam hari, Anna dapat memandangnya dari ruang tamu.
Daniel tersenyum dan lagi-lagi Anna menghindari kontak mata dengan pria yang seakan tak bosan menatapnya.
“Kau membawaku ke sini bukan untuk melakukan sesuatu padaku bukan?” Tawa Daniel pecah seketika, sampai kapan pun Anna akan selalu berprasangka padanya.
“Sepertinya aku orang yang sangat buruk di matamu Anna”
“Tidak ada yang tahu, bahkan aku tidak tahu isi di kepalamu”
“Kita tak akan melakukan apapun, mengerti! Tapi bisa saja jika kau juga merubah pikiranmu”
Anna menatap pria itu tajam, membuat senyum Daniel tenggelam dan perlahan menunjukkan wajah lugunya.
“Maaf, hanya bercanda”
“Aku mau ke kamar mandi dulu” pamit Anna dan pria itu menunjukkan di mana kamar mandinya berada.
Alasan terbesar Anna menghindari setiap tatapan Daniel, tak lain karena tatapan, bayangan, senyuman dan apapun yang Daniel lakukan selalu membekas dalam ingatanya. Anna rasa ia mulai gila karena Daniel dan ia perlu sesuatu yang menyegarkan isi kepalanya.
“Bagaimana bisa dia tersenyum seperti itu kesembarang orang”
Anna terus menggerutu dan tanpa sengaja ia menemukan berlusin-lusin a**************i di laci wastafel.
“Wah, dia benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya”
Anna mencoba menutupi rasa herannya atas apa yang baru saja ia lihat di kamar mandi saat ia menatap Daniel yang masih dengan senyumannya berjalan menghampiri dengan dua gelas wine di kedua tangannya. Sejujurnya Anna mulai merasa takut saat pria itu menatapnya dengan jarak sedekat itu.
“Ini hanya wine” Daniel memberikan gelas berkaki panjang itu kepada Anna yang segera menjauh.
“Sepertinya kau berbohong tentang pekerjaanmu?”
“Aku? Aku tidak pernah berbohong, mungkin kau sendiri yang menyimpulkannya Anna” pria itu tersenyum jahil kepada Anna yang malah menatap Daniel tak mengerti.
“Kau tidak pernah bertanya apa pekerjaanku bukan?"
“Ya, tapi ku pikir kau seorang bartender”
Daniel terkekeh kecil, menatap gadis polos yang sedang menikmati pemandangan sungai Han dari ruang tamu.
“Jangan terkejut, tapi Bar tempat pertama kali kita bertemu dan Club tempat kita pertama kali berciuman itu adalah milikku”
Anna merasa bodoh tak menyadarinya, tak terpikirkan sama sekali bagaimana pria itu bisa sesuka hatinya meninggalkan bar dan club-nya begitu saja.
“Masalah wanita yang tadi, aku sama sekali tidak mengenalnya. Kami hanya saling menyapa dan berkenalan”
“Tapi dia memanggilmu Daniel”
“Hal seperti itu sudah biasa, Anna. Kuharap kau tidak salah mengerti”
“Salah mengerti?”
Anna meneguk habis wine miliknya karena merasa frustrasi dengan tatapan Daniel.
“Sama sekali tidak”
“Tapi berbanding terbalik dengan wajah dan tubuhmu”
“Sepertinya kau terlalu percaya diri Daniel”
“But, I own it. Aku memiliki semuanya sampai banyak wanita yang pada akhirnya menggodaku”
“Menggodamu?” Anna tertawa geli.
“Menggodaku untuk tidur denganku”
Anna kehabisan kata-kata, perlahan Anna mulai menjauh menatap Daniel defensif seolah keberadaan Daniel seperti sebuah ancaman. Rasanya untuk kesekian kali Anna disadarkan kembali tentang sosok Daniel yang berbahaya.
“Tapi tenang saja, aku tidak seperti mantan kekasihmu”
“Apa bedanya? Kalian sama-sama suka meniduri banyak wanita bukan?”
“Setidaknya aku tidak melakukannya saat aku memiliki kekasih”
“Kau bilang kau tidak tertarik dengan sebuah hubungan, jelas kau tidak melakukannya saat memiliki kekasih tapi melakukannya saat kau menginginkannya”
Daniel tersenyum namun tidak dengan Anna yang menatap pria itu kesal.
“Biar bagaimanapun aku selektif dalam memilih teman tidurku Anna, tidak sembarangan wanita bisa merasakannya”
“Wow! Kau membuatku tercengang Daniel”
Rasanya Anna semakin tak nyaman untuk terus berada di sekitar Daniel yang baginya jauh lebih mengecewakan daripada Seunghyun.
“Maka dari itu aku berbeda dengan mantan kekasihmu”
Tentu bagi Anna adalah hal yang sama, Seunghyun dan Daniel adalah kedua pria yang memilih untuk tidak setia hanya kepada satu orang, hanya karena kepuasan diri mereka sendiri lantas keduanya bisa tidur dengan banyak wanita sesuka hati seperti itu. Anna tak habis pikir bahwa pada akhirnya ia akan bertemu dengan pria yang sama saja seperti Seunghyun.
“Tapi aku tertarik padamu Anna”
“Tertarik untuk meniduriku maksudmu?” kedua mata Anna jelas menatap Daniel marah dan berakhir membuat pria itu panik. “Maafkan aku Daniel, tapi aku tidak bisa menjadi salah satu dari sejarah bercintamu atau wanita yang dengan senang kau tiduri”
“Tunggu! Sepertinya kau salah mengartikan kata-kataku Anna”
“Tidak ada yang salah! Ku rasa pertemuan kita harus berakhir sampai di sini”
Dengan emosi yang masih berusaha ia tahan ia memberikan gelas wine itu kepada Daniel, sebelum akhirnya ia mengemas barang-barangnya dan beranjak pergi.
“Tunggu Anna! Mengapa kau berpikir seperti itu?”
“Pertama, Karena aku tak pernah berniat sama sekali menjadi satu dari sekian banyak waita yang pernah kau tiduri. Kedua, kau sama saja seperti Seunghyun dan kau membuktikannya hari ini, Daniel. Permisi!” Daniel mematung, kata-kata itu seperti menghantam hatinya yang rapuh.
Anna tak menghiraukan semua itu, harga dirinya seperti tercoreng karena pria bernama Daniel. Semua seperti mimpi buruk, karena terkadang ia memikirkan pria itu seperti orang bodoh, sementara Daniel hanya memandangnya seperti w************n yang masuk dalam perangkapnya. Seketika ia teringat tentang kejadian di club malam, kenyataan bahwa ia mencium Daniel terlebih dahulu bisa saja menjadi penyebab utama semua hal bodoh ini terjadi sekarang. Sial!.
******