Dibiarkan Kelaparan

1327 Words
Kini Jovita berada dalam satu ruangan, ia mendengar suara aliran air. Ia berlari menghampiri kran air yang lagi mengalir, berlari dan merentangkan telapak tangannya, meminumnya dengan lahap, untuk melepaskan dahaga. Matanya semakin kabur karena lapar, ia berjalan ke suatu ruangan seperti ruangan dapur, dengan cepat tangannya menggeledah semua tempat untuk mencari sesuatu yang bisa ia makan, tapi tidak menemukan apa-apa. Tubuhnya semakin lemah karena sangat lapar, ia merasa putus asa. Namun, tidak menyerah. Hingga Ia bersorak riang, ketika menemukan satu ubi mentah yang sedikit mulai menumbuhkan tunas. Ia buru-buru mencuci kulitnya sampai bersih, menyingkirkan tunas –tunas kecilnya hingga ia memastikan sudah bersih dan mulai memakannya dengan lahap dengan sangat rakus, rasa lapar itu membuatnya ingin mati, ia memukul dadanya karena merasa serat. Di sisi lain dalam ruangan itu. Sosok lelaki duduk menatap layar, lelaki itu mengawasi Jovita yang kelaparan, dari kamera pengawas melihat wanita itu melahap dengan sangat rakus, entah kapan dia mulai duduk mengawasinya. Jovita sudah menghabiskan ubi jalar itu dengan dengan beberapa kali gigitan.Tetapi tetap saja merasa kelaparan, entah berapa lama lagi ia berada di tempat terkutuk itu. Ia melangkah lagi, menyusuri ruangan , matanya mengawasi semua tempat, sepertinya tidak ada celah untuk kabur, karena semuanya tertutup tembok dan tak terlihat apapun, tidak ada pintu baik jendela. Hingga ia melihat satu pintu didepan lagi, hatinya sedikit senang, ia berpikir Itu pintu keluar, lalu membuka pintu, Wajahnya terperanjat, ruangan itu terlihat seperti hotel bintang lima. Ia mengusap matanya dan memastikan Ia tidak berhalusinasi "Apa ini? Apa aku mimpi?" Ia berucap pelan dan mencubit lengannya, memastikan semua itu bukan mimpi Ketika melangkah ingin masuk ke dalam, tiba-tiba seseorang menarik baju dari belakang, menyeret pakaiannya membuatnya tercekik, tangan kekar lelaki itu, terus saja menyeretnya ke kamar mandi. “ Kamu bau busuk, bersihkan dirimu, di situ!” Suaranya tegas itu membuatnya terdiam, menyeretnya dengan sangat kasar, setelah menyeretnya sampai ke kamar mandi, lalu ia melemparkan handuk dan satu kemeja dan celana laki laki. Melihat kamar mandi yang super mewah itu, mengingatkannya akan rumah mereka, ‘Ah sudahlah saku mau mandi dulu’ ucapnya dalam hati. Ia bersemangat untuk mandi, wangi seperti di beri lebel “for Men” baunya maskulin Sepertinya yang punya kamar mandi juga habis mandi, meninggalkan bau segar menyegarkan hidungnya Ia menanggalkan semua bajunya tanpa berpikir panjang. Ia mencari bau yang menggugah hidungnya, perlengkapan mandi itu tersusun rapi dalam satu rak. Ia mengeluarkan sabun cair men’s wangi tiger grass. Maskulin. Menunjukkan lelaki itu tipe yang keras dan tegas. Ia menyalakan shower lalu berputar putar dibawah semburan airnya entah berapa kali Ia menyabuni tubuhnya dan menggosok sampai bersih. Lebih dari duapuluh menit ia masih berada dalam kamar mandi. Jovita tidak menyadari kalau ada seseorang yang mengawasinya lewat kamera pengawas. Menatanya dengan tatapan mengawasi, mata itu tegas, ia seperti seekor singa yang mengawasi seekor Rusa Tapi seseorang yang mengawasinya itu, bukanlah lelaki yang hanya sekedar menginginkan tubuhnya, ia ingin hidupnya bahkan jiwa Jovita ia inginkan juga. Naga menyisihkan rambutnya yang jatuh ke kening nya, dan sesekali matanya tertuju pada monitor, dimana ia bisa melihat dengan jelas tubuh wanita cantik itu. Ia kembali fokus pada bola –bola diatas meja yang ia pilih dan di tusuk dengan stik bola yang ia pegang. Ia bermain biliar sendirian. Sekaligus menjaga mahluk buruannya. Seorang wanita cantik yang saat ini masih mengguyurkan tubuhnya di bawah semburan air shower Dikamar mandi Hara seperti sudah berbulan bulan tidak melihat air. Ia terus saja mengguyur tubuhnya dengan shower. Setelah ia merasa kepalanya mulai pusing karena terlalu lama diterpa air dingin dengan perut lapar, dan hanya diisi satu buah ubi mentah segede kepalan tangannya. “Apa dia kuda Nil, apa sebangsanya?” tanya Lelaki itu, bergumam kecil. Karena hampir setengah jam Hara masih berada dalam kamar mandi. Leon masih sibuk dengan permainan bola biliar itu. Lelaki yang bermata tajam itu adalah Leon Wardana, atau nama kerennya di panggil Naga. “Lama bangat, apa ia pikir ini Hotel” Ia berjalan mendekat pintu kamar mandi ,mengendornya dengan kasar. Hara terperanjat mendengar dentuman keras di balik pintu kamar mandi, mana ada manusia mengetok kamar mandi sekuat itu gumamnya dengan mata was-was. Tangannya mencari sesuatu untuk dijadikan alat menyerang orang yang menggedor pintu itu, Matanya mencari sesuatu benda, sebagai alat perlindungan diri, ia tidak menemukanya barang apapun yang ia butuhkan. Karena di dalam kamar mandi yang super besar itu, hanyalah seperangkat alat mandi. “Tidak mungkin aku memukul dengan botol shampo atau sebatang sabun mandi, Itu gak lucu” kata Jovita Ia meraih baju yang dikasi lelaki menyeramkan itu. Tanpa ada dalaman untuk melindungi aset kewanitaannya “Bagaimana aku memakai ini,” gerutunya kesal, menyesali dirinya karena membuat basah seperangkat alat pelindungnya. Apesnya lagi, ia sudah menanggalkan seperangkat dalaman yang ia pakai dan menyingkirkannya ke tempat sampah. Tidak aman baginya membiarkan asetnya terpapar atau terkontaminasi sesuatu nantinya. Ia mengambilnya lagi, mencuci pakaian dalam itu dengan sabun mandi cair, entah berapa banyak ia tuangkan untuk membuat pakaian-itu benar benar bersih dari binatang kecil-kecil yang menempel. Ia peras dan dia pakai basah lagi. Mungkin tidak akan merasa nyaman karena memakai pakaian dalam yang basah, tapi itu lebih aman dari pada aset miliknya terbuka dan masuk angin nantinya. Naga, hanya memantau kelakuan Hara dari kamarnya, sesekali alisnya menyengit melihat apa yang di lakukan wanita berparas ayu itu, di dalam kamar mandi itu, termasuk bagaimana ia memakai pakaian basah itu. Hara keluar dari kamar mandi, berdiri mengawasi sekelilingnya, mencari tau barang kali masih ada kesempatan untuk ia keluar dari tempat itu. Lelaki itu datang, ia mundur penuh kewaspadaan . Naga menarik sedikit ujung bajunya, seolah ia tidak ingin bersentuhan dengannya atau sepertinya ia meras jijik padanya’ Di masukkan kembali ke kamar yang isinya hanya satu set tempat tidur ukuran single, tidak ada jendela. hanya dinding tapi itu jauh lebih baik dari pada gorong-gorong berbau busuk itu, walau ini juga tidak nyaman, tapi setidaknya tidak ada lagi binatang-binatang melata dan binatang kecil merayap ke dalam tubuhnya. “Kamu siapa? Kenapa memperlakukanku seperti ini, apa salahku?” tanya Jovita. “Kalau kamu bersikap baik, aku akan membiarkanmu disini, tapi kalau kamu membuatku kesal dan marah, aku tidak segan-segan memasukkan mu ke lobang selokan itu lagi.” Ia menggertak dengan suara tegas dan penuh penekanan yang menakutkan. “Aku lapar, Tolong beri aku makanan.” Kata Jovita Hara, sedikit memohon. “Tidak ada dalam kamusku memberimu makan. Tujuanku hanya melenyapkan mu, hanya menunggu waktu saja,” ucapnya , terdengar sangat kejam “Siapa yang menyuruhmu? setidaknya sebelum aku mati, aku ingin tau .Jika aku harus mati nantinya, aku tidak akan mati penasaran.” Teriak Hara tapi lelaki itu lagi-lagi menghiraukannya. Karena merasa frustasi dikurung dan diperlakukan bak binatang, ia mengedor- gedor pintu itu. “Keluarkan aku, apa salahku?” Teriaknya dengan kemarahan. Ia menjerit menendang, karena sama saja, ia bersikap baik sama saja diperlakukan buruk, hanya sedikit lebih baik dari yang kemarin karena ia bisa keluar dari tempat yang kotor yang dipenuhi binatang-binatang merayap yang membuat seluruh tubuhnya bergelidik. Karena teriakannya yang berisik sepertinya yang punya rumah murka karena merasa terganggu. Ia membuka pintu itu dengan tatapan mata menyala bagai kilatan petir. Melihatnya sejenak Jovita berdiam , “Aku ingin keluar dari sini,” bujuknya pada lelaki tersebut, “Apa kamu pikir aku akan menurutinya?” Suara itu meninggi memenuhi rungan itu dan memantul kedinding, Saya tidak peduli, kamu makan apa tidak bukan urusanku, aku hanya mengawasi mu dengan keadaan apapun, mau mati atau mau hidup saya tidak memperdulikannya, jadi diam lah sebelum aku marah dan menghabisi mu!” Mendengar itu nyalinya ciut, suara dan perangai lelaki itu mampu membuat lawan bicara mati kutu Ia terdiam sebentar dan kembali berteriak. Lelaki itu murka dan menyeretnya kembali ke gorong-gorong ke penjara yang menyedihkan itu. Ia didorong paksa dan masuk kedalamnya gorong-gorong itu. Apa jadinya jika ia di masukkan lagi ke tempat j*****m itu, bau busuk menyeruduk hidungnya lagi binatang -binatang menjijikkan itu menyambutnya Demi apapun ia menyesal telah membuat lelaki itu marah. Kini ia masukkan kembali ke tempat seperti neraka . Lebih baik mati daripada begini. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD