bc

Bos VS Celebrity

book_age18+
2.5K
FOLLOW
23.3K
READ
love-triangle
possessive
HE
drama
comedy
sweet
bxg
humorous
icy
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

#Cerita ringan menemani karantina kalian.

Arlan adalah Bos yang terkenal galak dan medit abis.

Dihadapkan dengan seorang aktris pendatang baru yang lagi naik daun bernama Alika.

Alika yang sedang mendalami perannya terpaksa bekerja di perusahaan ternama yang ternyata milik keluarga Arlan, awal pertemuan keduanya begitu luar biasa hancur dan di pertemuan-pertemuan selanjutnya malah lebih hancur lagi. Arlan dengan sejuta sifat galak nya harus dihadapkan dengan Alika yang cerewet abis.

Lalu bagaimana kelanjutan kisah mereka?

[Foto oleh Анна Хазова dari Pexels]

______________________________________

#Sekuel Mr Triplek

chap-preview
Free preview
Part 01: Awal Pertemuan
Selamat datang di cerita baruku!!! Ini adalah sekuel Mr Triplek tapi cerita ini berdiri sendiri jadi tidak harus membaca Mr Triplek terlebih dulu. Oke happy reading!! _____________________________________ "ARLAAAAAAN!!!" "AAAARRRRLAAAAANNNN!!!" "YUHUUUUUUU!!!" Pemuda berahang tegas dengan kulit putih bersih yang masih bergelung dengan selimutnya itu mendecak kesal. Selalu begini, pagi-pagi dengerin suara toa Ibunya. BRAK BRAK BRAK!! "BANG--" "IYA BUUUUK!" Pekik Pemuda itu berapi-api, langsung menyibak selimutnya dan melangkah besar-besar ke kamar mandi. Arlando Pamungkas Mahendrawa, pemuda berumur ... ekhem lumayan matang itu adalah anak semata wayang dari seorang pebisnis ternama yang namanya sudah melejit di Indonesia. Memiliki wajah sempurna perpaduan antara Ibu dan Ayahnya adalah anugrah yang begitu besar, belum lagi kekayaan dan kekuasaan yang sudah dimilikinya dari garis keturunan membuatnya makin terlihat flawless. Drrrt... Drrrt... Arlan yang baru selesai berpakaian mengambil HP nya yang bergetar, mengapit HP diantara telinga dan bahu sambil membenarkan kancing lengannya. "Hm." Gumamnya setelah telepon tersambung. Begitu mendengar perkataan dari orang seberang ia langsung menegak, melebarkan mata. "Apa?! Gimana sih, kok bisa di batalin?!" Arlan makin menggeram mendengar penjelasan dari lawan bicara nya. "Ck, saya akan segera berangkat. Tolong tahan pihak investor dulu!!" Perintahnya marah selanjutnya berlarian mengambil tas jinjingnya, naasnya saking tergopoh-gopohnya ia sampai kejedot pintu saat akan keluar kamar. Arlan mengusap dahinya, mendelik kesal. "Pintu guoblok!" Umpatnya kemudian langsung berlari keluar kamar setelah menyempatkan menendang pintu yang tidak berdosa sama sekali. "Arlan mau kemana kamu? Sini makan dulu!!" Suara Ibunya langsung menggelegar kencang membuatnya mau tak mau menghentikan langkah. "Iya ayo makan dulu, biar sehat!" Sahut Neneknya membuat Arlan makin merengut. Pliss lah ... dirinya itu udah tua, eh dewasa maksudnya masa masih diperhatiin sampe segininya! "Nggak! Aku buru-buru!" Tolaknya sambil melanjutkan langkah. "ARLAN!" Ok fix! Kalo Ayahnya yang ngomong ia pasti langsung nurut tanpa banyak bantahan. Agam menatap tajam anaknya, "yang sopan kalo sama orang tua!" Arlan makin merengut. "Duduk. Makan." Arlan langsung duduk rapi, tak berani berkutik kalo sudah berhadapan dengan manusia berwajah seram di depannya ini. "Apa susahnya sih sarapan, ini juga biar kamu makin semangat beraktivitas nya!" Via meletakkan roti yang telah ia olesi selai ke piring Arlan. "Bener tuh kata Ibu kamu, kamu harus sarapan yang banyak biar sehat. Lihat nih badan kamu cuma tulang semua!" Vera yang merupakan Neneknya, meletakkan segelas s**u coklat ke hadapan Arlan. Arlan makin mengeruhkan wajahnya tak karuan. Ck ini dirinya berasa bocah TK tau gak! "Makan!" Agam menyentak, Arlan buru-buru menghabiskan sarapannya. "Kakek denger bakal ada aktris yang mau magang di perusahaan kamu ya?" Saka yang sejak tadi membaca koran menatap cucunya, ingin mengkonfirmasi berita yang di dapatnya. "Hm." Arlan mengangguk. "Siapa namanya? Kali? Kiko? Oh Malika!!-- "Alika kali Mas!" Sahut Vera jadi gregetan. Dikira kedelai hitam apa. Saka angguk-angguk, "nah itu! Iya-iya, katanya dia artis yang lagi naik daun kan?" Tebak nya. Arlan menggendik, "gak tau, gak kenal juga." "Dih jangan katrok gitu napa, Ibu tiap hari nonton sinetronnya tau Lan! Buagus!!" Via tiba-tiba excited. "Oh yang mungil imut-imut itu, kan?" Sahut Vera, mertua nya. Via tersenyum lebar, mengacungkan jempol tangan dengan semangat. Saka dan Agam cuma berkedip sesaat, lalu sudah melengos tak peduli karena memang tidak paham alur pembicaraan istri mereka. "Wah ... dia cantik banget loh Lan! Cantiiiikkk!!!" Tubuh Arlan di guncang-guncang oleh Ibunya membuatnya langsung tersedak tak karuan. Arlan dengan cepat meminum susunya. "Ayo Lan pancing, siapa tau bisa jadi jodoh kamu!!!" Sekarang Vera menepuk-nepuk punggungnya. Arlan kali ini bukan hanya tersedak lagi, tapi sampai menyemburkan minumannya. Agam dan Saka cuma memandang prihatin kearah Arlan, masalahnya mereka paling takut berurusan dengan istrinya masing-masing. "Tsk! Apa sih Buk, Nek! Aku aja gak kenal tuh sama dia!" Arlan akhirnya mengeluarkan unek-unek nya. "Mau cantik atau apa lah itu, palingan masih sejenis manusia juga!" Arlan berdiri dari tempat duduknya, meneteng tasnya. "Aku udah telat banget, mau ada meeting. Aku berangkat sekarang." Pamitnya sambil menyalami Ibu dan Neneknya. "Yah ... gak seru kamu Lan, payah!" Cibir Via merengut, anaknya ini ganteng sih ganteng. Tapi kalo gak laku-laku buat apa coba wajah gantengnya? "Udahlah yang, biarin dia cari pasangan hidup sendiri." Agam berdiri dari duduknya, memakai jas yang ia sampirkan di sandaran kursi sambil mulai mendekat kearah istrinya. "Tapi Arlan makin tua Mas, aku takut nanti dia keburu keriput!" "Astagfirullah Buk!" Arlan langsung menjerit, bahkan umurnya baru 28 tahun astagaaa! "Dulu aku juga baru pacaran pas umur 29 tahun kan." Agam menunduk, mengusap pelan rambut Via. "Dan akhirnya ketemu kamu sebagai jodohku." Kecupan lembut mendarat di pipi Via membuat Ibu muda itu jadi tersenyum malu-malu. "Morning kiss." Bisik Agam menyondongkan wajah, Via langsung mengecup ujung bibir Agam. Arlan beneran mau muntah. "Lama-lama aku pindah rumah aja." Celetuknya karena benar-benar muak jadi obat nyamuk di rumah ini, bayangin aja ... Nenek dan Kakeknya yang setiap hari mesra-mesraan, ditambah Ibu dan Ayahnya yang kelakuannya masih kayak abege membuat Arlan merasa tersisihkan. Gini nih kalo hidup diantara orang bucin! "Kayak baru pertama kali lihat aja." Agam merangkul bahu anaknya saat mereka berjalan keluar rumah setelah selesai berpamitan. "Saking seringnya lihat malah makin enek!" "Itumah kamu aja yang sirik." Ucap Agam sambil membuka pintu mobil dan mereka berdua masuk secara bersamaan. "Ck, apasih bagusnya punya pasangan? Yang ada duit aku dihabisin ntar." Arlan memang boleh anaknya konglomerat, tapi nyatanya masalah duit ia pelitnya udah ngalahin Mr Krab. "Ayah kan kaya, kamu gak usah takut bangkrut." Sombong Agam saat mobil mereka mulai melaju. "Yang kaya kan Ayah, bukan aku!" Dengus Arlan membuang muka, bertopang dagu di kaca jendela. "Emangnya kamu gak merasa kaya? Hm, yaudah nanti Ayah angkat kamu jadi direktur utama. Kamu ambil alih perusahaan." Ucap Agam ringan tanpa beban. HELLOW!! Ini Agam nyerahin kantor kayak lagi ngasih duit goceng aja! "Enteng banget yha ngomongnya." Balas Arlan datar. Agam menoleh, menyorot penuh arti kearah anaknya. "Iyalah, kalo kantor kamu yang handle otomatis Ayah bisa berduaan sama Ibu kamu setiap hari." Bangkee! Dirinya dijadikan tumbal. "Makasih tawarannya, sayangnya aku gak berminat." Sahut Arlan benar-benar muak, hidupnya terlalu monoton membuatnya bisa-bisa mati kebosanan. Agam melirik Putranya sejenak, seulas senyuman samar terbit di bibir tipisnya. Tak pernah ia sangka kalau pemuda di sebelahnya ini adalah anaknya, rasanya kalau mengingat masa lalu baru seperti kemarin sore dirinya melamar Via. Perlahan Agam mengulurkan tangan, mengacak sesaat rambut Arlan membuat pemuda itu langsung mendelik kecil. "Jangan cemberut terus, kayak orang banyak utang aja." Canda Agam dengan wajah datarnya bermaksud memecah suasana. Arlan terdiam sesaat, sebelum akhirnya bergidik geli. "Gak usah sok ngelawak, gak pantes." Seketika juga Agam langsung mengeruhkan wajahnya dan membuang muka. Kemudian keheningan menyelimuti keduanya, dan begitulah ... interaksi antara anak dan Ayah yang sangat anti mainstream. *** Arlan berjalan dengan wajah mengeruh, langkah kakinya begitu terburu-buru karena ia memang harus segera menemui pihak investor yang tiba-tiba menarik danannya. BRAK! Pemuda itu hanya mendelik kaget, namun seseorang yang ditabrak nya sudah melotot lebar karena terpental jatuh. "HELLOWWW!! Your mata is ditaruh dimana ha?!!" Pekiknya melengking sambil mulai berdiri dan menunjuk wajah Arlan. Arlan menghela napas, tanpa ingin berlama-lama ia memutuskan untuk lanjut pergi. Namun harus gagal saat gadis kecil yang ditabrak nya ini justru menghadang nya. Arlan menajamkan mata, siapa sih gadis bantet ini?! Udah kecil, suaranya kayak toa, dan kalau dilihat dari wajahnya pasti gadis ini baru lulus SMP. Apakah pegawai nya membawa anak ke kantor?? "Hey! You budek ya? Congek? Atau tuli???!!!" Arlan menutup telinga nya sendiri, sumpah yha suara gadis ini lebih cempreng ketimbang Ibunya. "Minggir!" Bentaknya membuat gadis itu sempat tersentak kaget. "Anda sudah nabrak saya trus seenaknya nyuruh minggir? Dasar tak beretika!!" "Saya ada urusan penting, cepat minggir!!" Arlan sudah berang sendiri. "Minta maaf dulu, baru saya mau minggir!" Gadis itu merentangkan kedua tangannya sambil bergerak ke kanan-kiri seperti kiper yang lagi jaga gawang. Arlan makin menggeram, karena sudah tidak mau berlama-lama lagi ia langsung mendorong gadis bantet di depannya ini sampai menabrak tembok dengan keras. Gadis itu memekik ngilu. Arlan cuma melirik singkat, selanjutnya melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti. Gadis ini benar-benar kesialan untuknya! Gadis yang namanya belum terungkap itu terperangah tak percaya dengan sikap Arlan barusan, melihat Arlan yang hendak melanjutkan langkah ia buru-buru mendorong punggung Arlan dengan keras. GEDEBUK! Arlan langsung nyungsep. "HAHAHA!!! Makanya jadi orang jangan kurang ajar!!" Ia menendang-nendang b****g Arlan, lalu melipir pergi sambil tertawa terpingkal-pingkal. Arlan mengepalkan tangannya, wajahnya sudah merah padam dengan rahang mengeras dan urat yang menonjol di sekitar lehernya. "b*****t!!" Umpatnya beneran emosi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook