Chapter 123

1008 Words
Pagi itu Tae Hyung bangun lebih dulu dari Hoseok, seperti hari-hari sebelumnya. Dan hal pertama yang dilakukan oleh Tae Hyung adalah memeriksa bantalnya, memastikan apakah rambutnya kembali rontok. Hal itu telah menjadi rutinitas Tae Hyung sejak pulang ke rumah, dan jika dia menemukan rambutnya yang rontok secara berlebihan, pemuda itu akan selalu menyembunyikannya. Hal itu Tae Hyung lakukan karena ia tak ingin membuat keluarganya merasa khawatir. Pagi itu Tae Hyung tak menemukan sehelai rambut pun di atas bantal yang ia kenakan. Pemuda itu bernapas dengan lega. Dia kemudian turun dari ranjang dan bersiap-siap untuk pergi sekolah. Karena telah mendapatkan izin dari keluarganya, hari ini Tae Hyung akan kembali ke sekolah. Meski keluarganya merasa keberatan jika dia pergi ke sekolah, namun keluarga angkatnya itu juga tak memaksanya untuk berhenti datang ke sekolah. Dan pagi itu suasana rumah Keluarga Kim terlihat begitu hangat. Tae Hyung turun bersama Hoseok. Keduanya memasuki ruang makan dan mendapatkan sambutan dari Tae Woo dan juga Boyoung. "Kalian sudah datang? duduklah," Boyoung menyambut dengan senyum ramahnya. Wanita itu kemudian menghampiri kedua putranya. Berdiri di antara keduanya, Boyoung menyentuh kedua bahu Tae Hyung dan mendapatkan perhatian dari pemuda itu. Wanita itu kemudian menegur, "bagaimana perasaanmu pagi ini?" "Aku merasa lebih bersemangat dibandingkan dengan kemarin," jawab Tae Hyung dengan seulas senyum lebar yang mengembang di wajahnya. "Jika kau mengalami kesulitan di sekolah, katakan saja pada Hoseok. Jangan menyimpannya sendirian." "Aku ragu jika Hoseok mau melakukannya," sahut Tae Hyung yang membuat Hoseok langsung memberikan tatapan bingung meski sebenarnya dia mengatakan hal itu sebagai sebuah candaan. Boyoung kemudian mengalihkan perhatiannya pada Hoseok. "Hoseok, kau merasa keberatan membantu Tae Hyung?" Dengan canggung dan sedikit gugup Hoseok menyahut, bertanya pada Tae Hyung. "Apa yang harus aku lakukan untukmu?" Melihat reaksi canggung Hoseok, Tae Woo dan Boyoung tertawa ringan sementara Tae Hyung hanya tersenyum lebar. Hoseok sendiri tampak kebingungan untuk menentukan sikap. Hingga detik ini pemuda itu masih merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan keluarga barunya. Kala itu Seok Jin yang baru saja turun, menghentikan langkahnya di ambang pintu ketika melihat semua anggota keluarganya berkumpul. Untuk sejenak Seok Jin memperhatikan setiap wajah bahagia di ruang makan. Hingga pandangannya terfokus pada sosok Hoseok. Cara Seok Jin memandang Hoseok berbeda dengan cara ia memandang Tae Hyung. Sama seperti Hoseok, Seok Jin pun masih berusaha untuk beradaptasi dengan keadaan ini. Memiliki adik baru di saat ia tak bisa merelakan adik lamanya. Menarik napas singkat, Seok Jin mengulas senyum lebar di wajahnya dan bergabung bersama orang-orang yang berkumpul di meja makan. SEbuah teguran ia berikan untuk menandai kedatangannya. "Apa ini? Kalian bersenang-senang tanpa mengajakku." "Hyeong," tegur Tae Hyung dengan seulas senyum lebar yang masih bertahan di bibirnya. "Apa saja yang kau lakukan, Seok Jin? Kami sudah menunggumu sejak tadi," Tae Woo menimpali, turut meramaikan suasana hangat mereka pagi ini. Sementara Boyoung kembali ke tempat duduknya, Seok Jin menggantikan sang ibu untuk berdiri di antara kedua adiknya. Seok Jin kemudian memberikan jawaban atas teguran Tae Woo sembari mengusap surai hitam Tae Hyung. Dan perlakuan kecil Seok Jin saat itu membuat batin Tae Hyung tersentak. "Aku butuh banyak persiapan untuk mengantarkan anak ini pergi ke sekolah." Seok Jin menjatuhkan pandangannya pada Tae Hyung dan tersenyum. Sementara Tae HYung sendiri tersenyum canggung dan menurunkan tangan Seok Jin. Untuk sebuah alasan, dia tidak nyaman dengan perlakuan Seok Jin kala itu. Boyoung kemudian menegur, "ya sudah, kalau negitu duduklah. Kita sarapan dulu." Seok Jin sempat mengusak puncak kepala Hoseok sebelum memutari meja dan duduk berdampingan dengan sang ibu, tepat berhadapan dengan Hoseok yang berada di seberang. Pandangan Seok Jin sempat bertemu dengan Hoseok, dan kala itu Seok Jin memberikan seulas senyum hangat. Dan pagi itu Seok Jin kembali mengantarkan kedua adiknya ke sekolah. Menghentikan mobilnya tidak jauh dari gerbang sekolah, Seok Jin menahan Tae Hyung ketika Hoseok sudah turun lebih dahulu. "Jika kau merasa kurang sehat, segera hubungi Hyeong." Tae Hyung mengangguk. "Hyeong tidak perlu khawatir, semua orang yang ada di sini akan menjagaku." Seok Jin tersenyum tipis dan hendak menepuk puncak kepala Tae Hyung. Namun, sebelum tangan itu mendarat di atas kepala Tae Hyung, tangan pemuda itu menahan tangan sang kakak. Tae Hyung menurunkan tangan Seok Jin dan berkata, "Hoseok sudah menungguku, aku pergi dulu. Hyeong berhati-hatilah di jalan." Tae Hyung langsung turun dari mobil, terkesan ingin menghindari sang kakak. Saat itu Seok Jin menurunkan kaca jendela dan berbicara pada kedua adiknya. "Nanti sore Hyeong akan menjemput kalian, jangan pergi ke mana-mana setelah kelas berakhir." "Baik ..." jawab Tae Hyung di saat Hoseok hanya memberikan anggukan pelan. Tae Hyung melambaikan tangannya, mengantarkan kepergian Seok Jin. Dan setelah memastikan mobil Seok Jin menghilang di ujung jalan, Tae Hyung memutar tubuhnyha menghadap Hoseok. Segaris senyum tipis masih terlihat di wajah pemuda itu sebelum ia memulai pembicaraan. Namun, sebelum itu terjadi Hoseok lebih dulu bersuara. "Ayo." "Mari kita bicara sebentar," celetuk Tae Hyung, menahan kepergian Hoseok. Langkah Hoseok langsung terhenti, keduanya kembali berhadapan. "Tentang apa?" "Mungkinkah Jung Ssaem menghubungimu sejak aku pulang dari rumah sakit?" Hoseok terdiam seakan tengah memberikan waktu baginya untuk memikirkan jawaban yang harus ia ucapkan. Sepenuhnya Hoseok menyadari maksud lain dari pertanyaan Tae Hyung. 'Apakah Jung Ssaem tidak menanyakan kabarku padamu?' itulah yang Hoseok tangkap dari sorot mata Tae Hyung saat ini. Tak ingin memiliki pemikiran yang buruk tentang tentang hal itu, Hoseok kemudian menjawab dengan jujur. "Tidak, Dae Hyun Hyeong tidak pernah menghubungiku. Bahkan lebih lama dari itu." Tae Hyung menatap penuh tanya. "Apa maksudmu, Hoseok?" "Dia hampir tidak pernah menghubungiku sejak aku keluar dari rumah itu." Hoseok tersenyum tipis di akhir kalimat, memberikan kesan menyedihkan. Dan dengan begitu Hoseok pun mengambil langkah meninggalkan Tae Hyung, berjalan lebih dulu dan meninggalkan Tae Hyung yang masih berdiri di tempat sebelumnya. Kala itu perhatian Tae Hyung tertuju pada punggung Hoseok. Tidak ada yang menyadari bahwa Hoseok juga terluka dalam keadaan ini. Dan dengan mendengar jawaban Hoseok sebelumnya membuat Tae Hyung berpikir bahwa semua orang terlalu fokus padanya dan mengabaikan satu orang yang munglin secara diam-diam tengah menyembuhkan lukanya sendiri. Tae Hyung mulai merasa bahwa dia telah menjadi beban bagi beberapa orang di sekitarnya. Tae Hyung kemudian bergumam, "kenapa, Jung Ssaem? Apakah alasannya?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD