MELAWAN NASIB

1009 Words
"Maaf mas, jadi merepotkan!" "Gak usah takut!"kenalkan namaku Ramon!sambil tersenyum dan mengulurkan tanganya. Tak kuasa menahan kesal dan kecewa Sri menangis sesenggukan."Saya hanya tamat SMA, saya mau kerja apa saja yang penting halal" "Saya malu mas!"kalau harus pulang kampung lagi. Ramon ingin menolong gadis ini, akan tetapi perusahaanya hanya menampung Sarjana yang berprestasi. Hanya ada lowongan OB, Ramon takut Sri akan tersinggung kalau dirinya menawarkan pekerjaan itu. "Mas!"tolong bantu saya mencari pekerjaan, apa saja yang penting halal!" Jadi pembantu rumah tangga di rumah tuan juga tidak masalah!" "Kamu bekerja di kantor saya saja ya!"kalau mau jadi OB!" "Terimakasih pak!"bapak sudah menolong saya, semoga kebaikan bapak Allah yang balas!"mulai sekarang saya akan membiasakan memanggil pak. Ramon tersenyum, antara geli dan kasihan. "Kamu cari kontrakan yang dekat kantor ya!" "Ini kartu nama saya, dan ini uang untuk mencari kontrakan!" "Maaf pak!"saya jadi merepotkan bapak Ramon mengangguk, gadis sederhana dan lugu ini sangat polos. Kejujuran yang tidak bisa di nilai dengan uang. Tiba-tiba ponsel Ramon berdering, seperti biasa tunanganya yang bawel dan cerewet menanyakan keadaan dirinya. Lavenia marah-marah karena, semalam Ramon tidak memberi kabar kalau ada acara dinner di hotel. "Hari ini sudah malam, kamu tidur di ranjang saja, saya di sofa, besok baru kamu cari kontrakan" "Jangan nangis lagi ya!" Cahaya matahari memasuki celah-celah jendela, pertanda hari sudah mulai pagi. Sri terjaga dari tidurnya dan mandi, dirinya hanya punya baju yang melekat ditubuhnya. Bajunyapun menurut dirinya terlalu sexy. Setelah mandi Sri duduk di ranjang, tanpa make up sama sekali. Baju-bajunya masih tertinggal di tempat Asih. Ramon pun terbangun dan terlonjak kaget Sri sudah mandi keramas, walaupun tanpa makeup wajah Sri keliatan ayu. "Kamu sedih ya, gak punya baju!" pria ini selalu tahu apa yang sedang ia pikirkan. "Iya pak, saya gak tahu mau beli dimana, dan saya tidak punya uang!" nanti setelah saya sudah bekerja, akan saya bayar utang ke bapak. "Santai saja Sri, yuk kita ke mall!" pakai sandal hotel ini saja!" "Bapak gak gak malu jalan sama orang norak seperti saya!" gak lah, biasa saja!"kalau ada yang tanya, sandalnya hilang di bawa tikus!"Bapak bisa saja!" Mereka pun berjalan bergandengan, Ramon membantu memilih baju dan keperluan lainya. Ponselnyapun berbunyi, pesan dari HRD kalau mulai hari ini cika resepsionis di kantornya cuti hamil. "Nah kebeneran nih Sri, kamu kerja gantiin resepsiones dulu ya!"baik pak semoga saya bisa bekerja dengan baik. "Jangan kuatir nanti dibantu sama karyawan lain" Akhirnya Ramon ikut mencari kontrakan buat Sri, karena gadis itu belum tahu daerah Jakarta. Bahkan Ramon pun membelikan ponsel juga. "Duh...!" saya jadi ndak enak sama bapak, sudah banyak menolong saya!"berterimakasihlah sama Tuhan Yang Maha Kuasa, saya hanya sebagai perantara. Kontrakan Sri lumayan bagus dan sebulan 1 juta, baginya uang segitu sangat besar. Ternyata di Jakarta semua serba mahal. Dirinya harus kerja keras. "Dari mana saja kamu?" kuhubungi tidak direspon?""Sudah cukup Lavenia!"aku sudah muak, hidupku selalu kamu atur!" "Oh ...jangan-jangan kamu punya wanta lain!"terserah aku sudah capek bertengkar sama kamu setiap hari!" "Braaakk!" Ramon keluar sambil menendang pintu. Dijodohkan dengan wanita arogan membuat hidup Ramon tersiksa. Segala sesuatunya diatur. Ramon.meninggalkan kantor dengan wajah kesal. Dirinya ingin menenangkan diri menghindar dari wanita sok mengatur itu. Dreet...Dreett Ponsel Ramon bergetar, Sri Astuti mengirim pesan. "Pak, besok saya masuk jam berapa?" "Jam 09.00 ya!"Temui HRD untuk pengarahan!" "Baik pak terimakasih" Sri membersihkan kamar dan bebenah. Tinggal dikontrakan belum terbiasa, dan Sri juga waspada sama mbak Asih, pasti sedang mencarinya. Dirinya suruh mengembalikan uang 15 juta. Duh duit dari mana, dapat uang tidak seberapa keperawanan hilang. Sri berjanji dalam hati akan membayar semua pemberian Ramon. Pria yang sudah menolongnya dan bahkan memberinya pekerjaan. "Kamu selidiki, Ramon!" "Siapp bos!" Tanpa sepengetahuan Ramon, Lavenia menyewa detektif untuk menyelidiki Ramon. Lavenia merasakan ada kejanggalan. ***** Hari pertama masuk kerja, penampilan Sri fresh dan elegan. Baju, rok, celana, tas dan sepatu semua dipilihkan Ramon. Sesampainya di kantor, Ramon belum datang. Gosip pun mulai merebak, bos nya orangnya paling selektif memilih karyawan. Tiba-tiba posisi resepsionis dengan mudah diduduki wanita tidak mereka kenal. "Selamat pagi pak!" "Selamat pagi, Ramon datang terkesima dengan penampilan Sri yang sederhana tapi elegan. "Temui saya di ruangan!" "Baik pak!" Bisik-bisik semakin santer, apalagi mereka tahu sang bos sudah punya tunanhan. Sri pun merasa, ada yang tidak suka dirinya bekerja menjadi resepsionis. Ternyata Sri di suruh menghadap HRD yang bernama Bagus. Sepertinya Bagus juga tidak suka sama Sri, karena dengan mudah bisa bekerja di perusahaan Ramon tanpa seleksi dan tes. Padahal bagus sudah punya kandidat yang masih kerabatnya. Sri diberi latihan, SOP resepsiones, pada dasarnya memang Sri pernah PKL jadi tidak mengalami kesulitan. Ramon pun kaget ternyata Sri cerdas bahkan bisa membantunya layak nya sekertaris. Sri terimakasih ya kamu sudah membuktikan kalau kamu pantas menduduki posisi resepsionis. "Terimakasih pak!" berkat doa dan bantuan bapak!"tanpa mereka sadari keakrapan mereka direkam sama seseorang, orang dalam atau tepatnya karyawan. "Oh iya besok ada tugas ke Bandung kamu ikut saya ya bantu presentase dan siapkan file-file. "Siap pak!" "Nanti sepulang kerja kamu beli peralatan.dan makanan buat di bawa ke Bandung!" "Tapi kemaren yang dibelikan sama bapak masih ada!"kamu beli baju yang lebih bagus karena nanti ada acara Dinner juga" "Oke deh kalau kamu malu! yuk kuantar beli!" Mereka berdua keluar dari ruangan berdua, gosip sudah mulai santer, bahkan ada yang menyebut kalau Sri adalah pelakor. "Kurang ajar!" "Berani-beraninya perempuan kampung itu menggoda tunanganku!"setelah mendapat laporan dari detektifnya, darah tunangan Ramon.mendidih. Semua yang ada di depanya ia banting dan berteriak histeris. "Cari rumahnya sampai ketemu!"siap bos!" "Yuk kita makan dulu, pasti kamu lapar ya!"hehe iya pak!"jangan malu dong, kalau ada apa-apa ngomong!"mata Ramon menatap tajam ke maik-manik Sri yang tersipu malu. "Pak, saya jadi gak enak di kantor!" orang gosipin saya dengan bapak. Ramon hanya tersenyum,"gak usah di dengerin!"yuk kuantar ke kontrakanmu. Mereka tak sadar di buntuti oleh orang suruhan Lavenia. Setelah sampai di tempat kontrakan, Ramon berpamitan. Wajah Ramon sumringah sepertinya dirinya sudah mulai menyukai Sri. Di dalam mobilpun Ramon masih senyum-senyum sendiri. Sisa kebahagiaan masih iya rasakan. Hubunganya dengan Lavenia tidak harmonis, wanita glamour itu yang dipikirkan hanya uang dan kemewahan. Sekarang yang iya pikirkan jalan menghindar dari tunangan pilihan orang tuanya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD