"Ah...pak Sri malu!"
Ramon tak kuasa menahan nafsunya melihat penampilan Sri yang memakai daster transparan. Sehabis mandi, Ramon masih memakai handuk kimono. d**a bidangnya yang berbulu sengaja ia pamerkan di depan Sri, sejak bertemu dengan Sri rasa sukanya semakin bertambah.
Dari suka hingga ke sayang, melibatkan emosi yang sulit dikendalikan. Bahkan dirinya berjanji akan selalu menjaga Sri, secepat ini dirinya menyukai wanita yang baru ia kenal. Tentunya campur tangan Yang Maha Kuasa.
"Sini!", Sri aku mau tanya sama kamu agak pribadi sifatnya!" bolehkah?"Ramon mengerling manja, Sri semakin salah tingkah, ingat pesan orang tuanya, harus bisa jaga diri.
"Ehh..boleh kok pak silahkan saja!"jantung Sri semakin berdegup kencang."Kamu pernah pacaran belum selama ini?"
Sri kaget, pertanyaan nya aneh menurutnya."Belum pak, cuma temenan saja waktu dikampung."Masa sih!"kalau dicium sudah pernah belum?"Wajah Sri berubah warna menjadi merah jambu.
Dirinya tidak menyangka bisa berduaan sama bosnya yang tampan. Seperti mimpi karena kebanyakan novel kisah Cinderella Ketemu CEO. Sekarang khayalanya menjadi kenyataan.
"Pak coba cubit pipi saya!"loh kok di cubit?"supaya saya tahu saya sedang mimpi atau tidak!"
"Hahaha!"
"Kamu mau dicium beneran dong kalau gitu?"
"Dretttt...dretttt"
Lavenia mengirim Vidio dirinya sedang mandi, tujuanya supaya Ramon juga mengirim vidio yang sama. Akan tetapi Ramon sudah terlanjur kesal, sejak Wanita kasar itu menganiaya Sri.
Merasa diabaikan Lavenia bertambah marah, sudah bulat tekatnya ingin mencelakai Sri."Sial!"perempuan udik itu sudah merayu Ramon"Arghhhh!"Lavenia melempar semua benda yang ada dikamar. Sudah hilang kendali dan ingin menemui mereka berdua sekarang juga.
"Mereka ada dimana?"
"Di hotel bos!"
Lavenia sedang mengatur strategi supaya Ramon memecat gadis kampung itu.
Wajah Sri seketika jadi muram, khayalanya langsung terbang terbawa cemburu. Ketika Ramon sedang melihat vidio wanita cantik. Sri pura-pura memejamkan matanya ketika Ramon mendekat.
"Sri kamu sudah tidur ya?"
Sri tidak menjawab, seolah-olah dirinya tidak tahu apa yang baru dilihatnya.
"Huh apa semua cowok begitu!"dulu teman sekelasnya juga, pura-pura perhatian, ternyata dirinya hanya untuk cadangan. Lagian kenapa aku jadi cemburu ya, Sri bermonolog dalam hati, tidak mungkin bos nya mau dengan dirinya. Apalagi mencintainya, sedangkan bos nya sudah punya tunangan yang stratanya berkelas tidak seperti dirinya yang hanya anak kampung.
Ramon kecewa, belum mengorek semua tentang Sri, gadis itu sudah tidur padahal belum terlalu malam masih jam 21.00. Ramon mengalihkan kejenuhan bermain game. Pesan dari Lavenia tidak ia hiraukan.
Diliriknya Sri yang sudah tertidur pulas, masih ada bekas tamparan di pipinya. Gadis yang malang, usia masih sangat muda harus berjuang untuk keluarganya.
Ramon beranjak ke ranjang, usianya kini sudah menginjak 30 tahun. Usia sudah cukup untuk menikah, akan tetapi selama ini belum ketemu jodoh yang pas. Ramon mendekati Sri, wajah tanpa dosa itu tidur pulas. Ramon senyum-senyum melihat tidur Sri yang mulai berantakan. Diselimutinya tubuh yang sedang mengkal itu dengan selimut.
"Bukkk!"
"Aduh Sri...sakit!" Ramon memegang perutnya yang ditendang jurus bangau putih ajaran guru silat nya di kampung. Sri terbangun dan langsung memeluk Ramon.
"Maaaf pak, saya kira bapak penjahat!
Ternyata Sri masih trauma dengan kejadian kemaren. Bahkan tidurpun tidak pulas.
"Sakit ya pak!"
Ramon melancarkan aksinya, supaya Sri panik.
"Iya Sri, sakit nih perut!"
Sri dengan sigap langsung membuka kaos Ramon dan mengurutnya. Ramon pura-pura meringis dan kesakitan.Sri semakin cemas.
"Saya pijitin ya pak?"iya Sri!"aduh sakit!"
Dalam hati Ramon bersorak sorai senang. Sri dengan penuh perasaan memijatnya. Dari atas sampai bawah, Ramon menghayal kalau seandainya Sri jadi istrinya enak, ada yang mengurut nya kalau sedang sakit.
"Sri kamu kok pinter mijit sih?"
"Memang enak pak pijitan saya?"enak banget, rasa dipijit sama istri...hehe!"
"Kenapa bapak gak segera menikah, kan sudah punya tunangan?"Sri berusaha mengorek bos nya."aku dijodohin Sri!masa sih pak hari gini masih saja ada perjodohan!"
"Lah memang kenyataanya begitu kok!"Ramon berubah posisi menelentang, jantung Sri semakin berdebar-debar. Seperti mimpi bisa mijit cowok tampan dan baik hati. Seperti dongeng Pangeran dan Cinderella.
Selesai memijit Sri mencuci tangan dan duduk di sofa. Tiba-tiba teringat ibunya, sudah satu Minggu lebih dirinya tidak memberi kabar, bukan karena lupa. Akan tetapi dirinya sedang dalam bahaya kalau sampai ibunya cerita dimana dirinya berada.
"Ramon tahu, Sri trauma dengan kejadian kemarin.
"Hei sini tidur, sudah malam!"
Sri ingin tidur di sofa saja, tidak pantas rasanya karyawan tidur dengan bos nya.
Ramon tahu Sri sedang sedih, dibiarkanya Sri tidur di sofa kamar hotel.
Ramon berusaha memejamkan matanya, tapi sangat sulit, melihat Sri meringkuk kedingininan, Ramon mejadi iba. Ramon jadi ragu akan memindahkan ke ranjang. Seperti tadi dirinya di tendang. Merekapun akhirnya tidur masing-masing ditempat berbeda.
Keesokan harinya, Sri bangun lebih awal, karena hari ini bos nya mau meeting. Semua perlengkapan untuk meeting sudah ia siapkan. Dari baju, jas, file-file.
"Pak bangun!"sudah siang!"
"Hem...jam berapa Sri?"jam 06.00 pak!"
Ramon bergegas ke kamar mandi, kebelet pipis. Sesudah cuci muka dan gosok gigi Ramon memakai kaos. Ke ruangan breakfast sendiri mengambil sarapan untuk Sri sekalian. Karena keamanan Sri belum terjamin selama calo itu belum tertangkap.
Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang mengawasinya. Dari semalam detektif itu sudah mengintai Sri. Tapi Sri dari semalam tidak keluar."Sial!" wanita itu tidak keluar.
Ramon masuk lagi ke kamarnya, matanya nanar mencari keberadaan Sri, ternyata Sri sedang mandi, kelihatan separuh tubuhnya dari sekat kamar mandi yang terbuat dari kaca. Sebagai laki-laki normal yang sudah matang, ingin merasakan sentuhan dari wanita yang ia cintai.
Pikiriran kotornya mulai menyerang, timbul ide untuk mengerjai Sri, iseng-iseng berhadiah. Sri masih mandi, ia kira Ramon akan lama sarapan.
Tok..tok..tok
"Bukain Sri, aku kebelet pipis nih!"
"Aduh pak, sebentar!" sudah mau selesai kok!"Duh Sri sudah mau keluar nih!"
Sri buru-buru membuka pintu, tanpa sadar dirinya tanpa busana.
"Aaaaaaaa!"
Sri menutupi area sensitifnya, bukit berbulunya dan bukit kembarnya. Ramon terkekeh, melihat Sri kebingungan mencari handuk. Sedangkan handuk ada ditangan Ramon.
"Pak pinjam handuknya!Sri malu pak!"
"Masa sih sama pacar sendiri malu!"Pacar", Sri sejenak memikirkan kata yang baru terlontar dari mulut bosnya. Apa hanya karena nafsu atau benar terlontar dari hati sang bos yang terkenal cool dengan wanita.
"Ih kok malah melamun, ayo mandi lagi bareng!"Entah setan mana yang sudah menuntun Sri, tak mampu menolak pesona sang bos. Ketika bos nya membuka kaos dan hotpane nya. Sri hanya bisa menunduk menahan gejolak birahi.
Saat tangan bos nya memegang dagunya dan mendekatkan wajahnya, Sri hanya bisa memejamkan matanya. Sri takut ketika membuka matanya, apa yang barusan ia alami hanyalah mimpi.