Tawaran Yang Menggoda

1201 Words
      Deddy memperhatikan Meggie yang terlihat santai dan dia melihat kameranya di letakkan di atas kursi yang berada di sebelahnya dengan tali yang mengikat ke tubuhnya.       “Apakah kau selalu membawa kamera kemanapun kau pergi?” tanya Deddy yang mulai tidak menggunakan kata Anda.       “Benar. Kamera bagiku adalah sahabat yang menemaniku kemana pun aku pergi. Aku kira kamera sudah menjadi bahagian dalam diriku,” katanya tertawa.       “Tentu saja. Kau sangat baik dalam pekerjaan mu. Dan semua karyamu selalu bernilai tinggi,” puji Deddy dengan senyum di bibirnya.       “Terima kasih. Tetapi apakah boleh aku bertanya padamu. Kapan kau akan mengatakan padaku apa tujuanmu dan siapa yang tidak bisa di ajak kerjasama dengan menolak wartawan Cahaya Magazine untuk mewawancarainya,” tanya Meggie langsung setelah dia merasa bincang-bincang mereka yang tidak berarti sudah cukup.       “Ada seorang pria. Sudah lama sekali kami ingin membuat cerita tentang dia. Dia seorang pengusaha dan juga seorang sponsor periklanan. Membangun karier yang sangat sukses dan memiliki semua bidang perekonomian. Namun pria itu sendiri adalah sebuah teka-teki. Dia selalu berdiri di latar belakang sehingga orang yang tidak puas dengan sikapnya membuat berbagai gunjingan sehingga menimbulkan beberapa image tertentu.”       Deddy menatap Meggie untuk melihat rekasinya dan dia kembali meneruskan ceritanya ketika meihat mata wanita yang duduk di depannya yang memintanya untuk melanjutkan ceritanya.       “Berbagai cerita yang beredar karena sikapnya yang misterius membuatnya tidak menyukainya dan hal tersebut menjadi keberuntungan kami. Kami sangat gembira ketika sekretarisnya member kabar pada kami bahwa dia akhirnya bersedia di wawancarai. Tetapi dia tidak ingin wartawan kami yang melakukannya. Dia mengajukan dirimu yang akan melakukannya,” Deddy kembali berhenti saat melihat Meggie menyipitkan matanya.       “Aku tidak tahu mengapa dia menginginkan dirimu. Tetapi akhirnya dia mengatakan kalau dia melihat dirimu sebagai wartawan yang sangat jujur dan dia menyukai gaya mu.”       “Aku berpendapat bahwa komplimennya bagus sekali. Aku selalu berusaha untuk menampilkan segalanya sesuai dengan fakta. Dan aku tidak menyukai dengan cara yang berputar-putar hanya untuk menyenangkan ego seseorang,” kata Meggie.       “Itulah persis yang dikehendakinya. Aku cukup mengenal dirinya dari pengamatanku selama ini. Tetapi terus terang harus aku katakan bahwa aku tidak cukup mampu untuk mengerti semua kata-katanya. Aku berharap kau menarik sebuah cerita yang jujur tentang dirinya dan bukan hanya sekedar cerita yang dibuat-buat. Sesuai dengan fakta yang jujur dan apa adanya,” kata Deddy menyeringai.       “Dan itulah yang diinginkannya. Dan juga beberapa skandal kalau ada. Aku rasa akan sangat menarik,” kata Meggie memperingatkan.       “Dia tahu akan hal tersebut dan bersedia menerima resikonya. Selama ini pun dia sudah seringkali menerima beberapa opini yang berhubungan dengan para wanita yang bersama dengannya,” Deddy menatapnya dengan penuh harapan.       “Apakah dengan ucapanmu itu berarti kau akan menerimanya dan bersedia melakukan wawancara yang dibutuhkan?”       “Aku belum mengatakan ya atau tidak. Aku hanya mengatakan dasar-dasar yang dibutuhkan saat melakukan wawancara. Dan lebih dahulu aku harus tahu siapa dia sebelum aku melakukan wawancara.”       Deddy menyeringai ketika mendengar ucapan Meggie. “Aku sudah khawatir kau akan mengatakan hal itu. Hanya saja aku belum bisa menyebutkan nama,” kata Deddy meminta maaf. “Artinya untuk sementara aku belum bisa mengatakannya.”       “Belum? Apa yang kau kehendaki sebenarnya. Kau berharap aku melakukan wawancara di dalam karung?” tanyanya tidak percaya. “Selain itu setiap kali aku melakukan pekerjaan. Aku perlu mengetahui siapa yang akan aku wawancarai sehingga aku harus melakukan riset terlebih dahulu. Aku tidak akan melakukan pekerjaan yang hanya akan membuatku terlihat bodoh.” “Justru itulah Meggie. Dia seorang pria yang cukup terkenal.  Setiap yang dia lakukan selalu menjadikannya berita sehingga dia harus berhati-hati. Ketika kau bertemu dengannya, kau akan mengerti seberapa besar dia berjuang agar reputasinya terlihat baik. Ia berpikir hal tersebut cukup awal bagimu. Cukup untuk membuatmu berprasangka secara gampang. Ia percaya pada etika profesimu. Untuk tetap bersikap obyektif. Dan sesudah itu ia akan menceritakan kisahnya padamu dan memberikan fakta-faktanya untuk menunjang cerianya.”       “Aku mengerti,” kata Meggie datar. “Pria yang sangat waspada bukan?”       “Sangat wasapada sehingga membuatnya harus melakukan hal tersebut. Reputasinya yang sudah diperolehnya membuat dia harus melakukannya.”       “Oke. Tapi aku tidak tahu apakah aku senang membantu kalian dengan melakukan pekerjaan tersebut dan mendapatkan apa yang kalian kehendaki. Aku tidak menyukai cara kerja yang membabi buta terutama mengikat diriku pada sesuatu yang tidak aku ketahui dengan jelas,” katanya menghabiskan tehnya.       “Aku mengerti. Dan harus aku akui, dia juga berpikir kau akan berpikiran seperti itu. Dan dia mengusulkan agar kau pergi ke alamat ini.”       Deddy memberikan kartu nama dan Meggie mengambilnya. Dia memperhatikan alamat yang tertulis dan tahu kalau alamat tersebut berada di lokasi elit yang tidak semua orang bisa tinggal dan memiliki property di sana.       “Malam ini jam 8 kau ada janji untuk makan malam dengannya. Di rumahnya. Di sana kau bisa mencari informasi tentang dirinya sesuai yang kau inginkan dan bisa kau dapatkan. Aku berharap kau bisa menemukan petunjuk yang dapat kau gunakan untuk menghancurkan reputasinya. Ingat kita harus membuat cerita yang berasal dari fakta-fakta dan bukan berdasarkan kesan-kesan.” Deddy menjelaskan yang dia dan majalahnya inginkan.       “Mengapa harus malam ini? Aku tidak yakin dapat melakukannya.”       “Aku sangat berharap kau bisa. Dan cerita tentang dirinya adalah impian Cahaya Magazine. Dan dia akan membayarmu 4 kali lipat dari honor mu yang normal.”       Meggie mengernyitkan keningnya. Itu adalah uang yang banyak sekali untuk melenyapkan desas desus mengenai seorang tokoh. “Tidak perduli dengan hasil penyelidikkan ku?” tanyanya tidak percaya.       “Tidak perduli. Jika kau nantinya memutuskan untuk tidak menulis kisah itu. Ia akan membayarmu sesuai dengan honor biasa. Semata-mata karena kau sudah bersedia memberinya kesempatan untuk menjelaskan tentang dirinya.”       “Aneh. Kalau aku boleh perpendapat. Dia bersedia mengeluarkan biaya yang sangat besar hanya untuk menjelaskan siapa dirinya. Dan apa peran Cahaya Magazine di sini?” tanya Meggie curiga.       “Dia telah melakukan banyak hal untuk kami. Maksudku kami akan mendapatkan berita utama yang nyata dan bukan berasal dari asumsi dan opini dari sebagaian orang yang tidak puas dengannya.” Jawab Deddy cepat.       “Aku tidak tahu apakah aku akan menyukai pekerjaan itu. Dan boleh aku bertanya sesuatu?”       “Silahkan.”       “Kau mengatakan akan memberiku imbalan yang tadi kau sebutkan. Apakah yang Cahaya Magazine berikan termasuk dengan yang akan aku terima darinya? Aku harus mengatakan padamu karena aku tidak mau simpang siur. Aku ingin pejelasan yang tepat.”       “Kalau kau menulis cerita tentang tokoh tersebut. Kami tentu saja akan memberikannya sesuai dengan tawaran semula kami. Di luar yang kau terima darinya.”       “Begitu. Anggap saja aku akan menulis ceritanya. Aku ingin membeli alat bantu untuk pembesarku. Harganya cukup tinggi. Sebenarnya tanpa uang honor tersebut pun aku bisa membelinya.”       “Aku mengerti. Dengan kata lain kita deal untuk menulis ceriatanya bukan?” Deddy tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberikan oleh Meggie.       Meggie menyambut uluran tangan Deddy yang sengaja berdiri. Dia merasa gembira karena wanita yang biasanya sangat keras kepala dan selalu membuat repot para penerbit dengan harga foto yang tinggi. Hari ini dia bisa melakukannya dengan mudah. Membujuk seorang wartawan foto yang sudah sangat terkenal dengan hasil fotonya.       “Baiklah. Aku masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Aku akan menunggu kontrak kerja sama dari Cahaya Magazine. Sore ini sebelum aku datang ke alamat yang kau berikan,” katanya berdiri.       Deddy tertawa mendengar ucapan Meggie. “Apa dengan ucapanmu itu kau menganggap tawaranku bukan atas nama Cahaya Magacine?”       “Hanya untuk memastikan dan  juga demi hubungan baik. Mengapa tidak," jawab Meggie tertawa.       "Aku mengerti dan berharap semuanya berjalan dengan lancar.  Aku mengamatimu cukup lama hingga dapat mengenalmu sebagai wartawan yang cukup mampu dan selalu bersikap obyektif," sahut Deddy memuji.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD