“Lu udah gila mengancam Mr Lonely kayak gitu, hah?” Marcus berseru pandangi bocah ingusan nampak cengengesan di depannya.
“Lu nggak akan serius dengan perkataan lu tadi kan, Ras?” timpa Jordan dengan kerutan kening.
Ketiga pria di depannya yang ikut dalam party Andreas tau, bagaimana pria yang lebih muda dari usia mereka. Apalagi yang diancam ini seorang Mr Lonely.
Setiap yang dikatakan bocah ingusan itu bukan hanya sebuah omong kosong belaka atau hanya ancaman saja. Tetapi, Andreas selalu membenarkan ucapannya dan tak pernah main-main seperti waktu lalu bocah yang kini tertawa itu hampir membakar kantor Marcus karena masalah sepele.
“Lu salah lawan kalau mau main-main sama Mr Lonely,” ujar Toby ikut menimpali pembahasan topik hangat itu.
Jordan dan Marcus mengangguk, membenarkan. “Lu juga sudah tau bukan rumah sakit bagi Mr Lonely itu cinta matinya, bahkan demi siapapun rumah sakit number pertama? Sekalipun badai menerjang rumah sakit, pria itu akan menjadi tameng paling depan,” kata Jodan ikut menimpalinya.
“Gue tau!” jawab Andreas ketus.
Semua sahabat dekat Mr Lonely yang tak lain Anshell Stone itu tau, kalau pria yang selama ini selalu kesepian itu rumah sakit adalah rumah kedua setelah Mansion Stone.
“Beer on wine, Dan?” tawar Andreas seraya bangun dari duduknya.
“Whatever!” jawab Jordan pendek.
“Gue tanya sekali lagi sama lu, Ras. Lu nggak serius akan meledakan rumah sakit?” ulang Jordan bertanya.
Andreas menghela nafas sejenak. “Nggak!”
Ketiga pria itu berseru lega. “Gue mana mungkin serius dengan perkataan gue itu pada Mr Lonely. Meledakan rumah sakit berarti gue berhadapan langsung dengan dua iblis terkejam di dunia,” jawab Andreas dengan tawa, begitu juga ketiga pria itu yang mengangguk tau.
“Gue masih sayang sama keluarga gue dan gue nggak mau keluarga gue menangis berdarah-darah melihat gue di gorok secara live oleh Mr Stone kalau beneran meledakkan rumah sakit Stone,” ungkap Andreas seraya menatapnya wajah sahabatnya yang kembali terlihat tenang tidak panik seperti tadi.
“Syukur deh bocah kayak lu cepet nyadarnya, kalau lu nggak sadar tadinya gue mau getok lu sama kayu biar lu nggak buat Mr Damian Lukman mati mendadak karena serangan jantung kalau putra sulungnya bikin gara-gara dengan keluarga Stone,” kata Jordan mengingatkan.
Andreas tertawa pelan. “Tapi lu yakin kalo si Mr Lonely itu akan datang ke sini party bareng sama kita? Jujur, gue ragu!” ujar Toby yang dianggukan oleh kedua sahabatnya.
Pria yang dijuluki Mr Lonely itu pastinya akan memilih menyibukan diri bersama dengan pasien-pasiennya atau pada urusan kantornya dari pada waktunya dibuang dengan berpesta dengan sahabatnya.
“Entahlah, tapi lihat saja nanti,” jawab Andreas, merasa yakin kalau Anshell pastinya akan datang ke pesta ini.
Semua kembali pada kegiatan masing-masingnya di mana Jordan sesekali membuang napas berat dengan pandangan yang tak putus pada wanita cantik di depannya. wanita itu meringis menahan sakit akan ulah dua sahabatnya yang menggauli satu wanita yang digauli secara bersamaan. Toby dan Marcus tak berhenti dengan sesi percintaan sekalipun dua pria itu membahas sahabatnya.
Diusapnya d**a sebelah kirinya, Jordan merasakan sakit. Padahal dia dalam keadaan baik-baik saja dan dia pun tidak sedang patah hati. Tetapi, melihat wanita itu kenapa dadanya panas bercampur dengan amarah yang tertahan.
“Ada apa, Dan?” tanya Andreas, ketika menangkap sorot mata Jordan yang menajam.
“Hm? Tidak ada!” jawab Jordan seraya mengalihkan pandangannya ke samping. Dia menatap Andreas sejenak, bocah ingusan itu pun masih berpakaian lengkap dan duduk di sampingnya.
“Lu kalau mau gabung. Ya, gabung saja, Dan. Gue sengaja boking dia doang buat dipakai ramai-ramai,” ujar Andreas dengan santai.
“Ahh. Please pelan, ini sakit….” Rintihan kesakitan Bebby membuat Jordan memalingkan wajahnya dan kembali pandangi ke depan dengan tangan yang terkepal erat. Sahabatnya itu memasukan ularnya pada goa yang seharusnya tidak dimasuki.
“Ayo, Dan. Gabung, masih muat kok,” ujar Toby ketika menangkap ekspresi sahabat nya yang mendadak aneh. Jordan terlihat marah yang entah karena apa.
“Astaga.” Kedua mata Anshell terbelalak menatap kelakuan b******k dua sahabatnya. Namun, seruan Anshell membuat kedua pria itu sejenak berhenti dari kegiatannya, lalu terkekeh sementara Darren yang ikut menyaksikan secara live aksi kedua sahabatnya pun hanya bisa membuang napas berat.
“Hai, Dude,” sapa Marcus seraya melambaikan tangan.
Anshell melirik tajam dengan lidah yang berdecak. “Gabung, Shell, Ren. Ayo,” ajak Toby dengan kekehan.
“Let’s go to party, Shell, Ren,” timpal Marcus lagi dengan nada menyindir.
Anshell menghempaskan pantatnya ke sofa panjang, duduk dengan Darren yang kembali helaan napas berat. Sepertinya keputusannya untuk datang ke penthouse Andreas, adalah salah. Bila party yang pria itu katakana seperti ini, Anshell tidak akan datang.
“Kalian benar-benar binatang, ya?” seru Anshell, geram.
Pandangannya kini tertuju pada bocah ingusan yang terkekeh. “Lu undangan gue ke rumah sini hanya untuk melihat dua sahabat b******k gue yang bergulat bertiga, hah?” sambung Anshell lagi.
Darren ikut mengangguk membenarkan. “Lu kurang duit buat sewa satu cewek, Ras?” Darren ikut angkat bicara. Melihat hal di depan matanya tentunya membuatnya kesal.
Andreas tersenyum-senyum pelan dan terlihat santai menanggapi perkataan dua manusia kutub di depannya.
“Hal seperti itu sudah lumrah di luaran saja, Shell, Ras. Nggak usah marah juga kali,” jawab Anshell seraya mengibaskan tangannya pada asisten pribadinya.
“Ah, ya. Gue punya barang baru untuk lu berdua. Kalau yang ini khusus karena gue sudah bayar mahal banget.”
Andreas bukan membuat dua d**a pria itu mendingin dan juga lega, tetapi malah semakin memanas. “Gue yakin kalian berdua pasti suka dengan barang yang gue punya. Masih anget, Shell, Ren datang dari kampung,” sambung Andreas lagi lagi dengan tawa.
Lelaki itu tidak peduli bagaimana ekspresi manusia kulkas di depannya itu, yang terpenting dua pria itu masih duduk dan tidak pergi.
“Bersenang-senanglah, jangan mikirin kerjaan melulu, pusing. Hidup itu sesekali harus dinikmati, Shell, Ren. Nggak harus gila kerja karena sekalipun kalian hidup poya-poya pun kekayaan Hadinata dan Stone tidak akan habis sampai dua puluh turunan!”
Anshell menegak air mineral dari dalam botol kemasaan sedangkan Darren menghela nafas setelah menyesap beer yang diberikan Jordan.
“Apa lagi lu itu habis di tolak sama si Lalisa. Jadi lu wajib buat cicipi surge dunia, Shell,” sambung Andreas.
Bola mata keempat pria itu membulat mendengarkan perkataan Andreas bak seperti pengumuman. “Lu ditolak lagi, Shell?” tanya Daren.
Anshell diam dan tak ambil pusing dengan pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya itu perihal lamarannya yang ditolak.
Lebih baik dia bermain game dengan telinga yang sengaja dia tulikan, bukan hanya pertanyaan yang masih bercecaran tetapi Anshell jijik dengan suara desahan dan juga erang dua sahabatnya.
“Tuan…”
Panggilan Bobby membuat Andreas dan juga Darren menoleh ke samping, melihat wanita dengan lingerie hitamnya berdiri dengan wajah menunduk membuat dua pria itu kesusahan walau hanya meneguk salivanya sendiri.
Suara rintihan kesakitan bukan desahan Baby membuat wajah Aretha terangkat. Kedua matanya langsung basah ketika melihat bagaimana ketiga pria itu memasuki Beby secara bersamaan.
Tiga pria itu seolah tak peduli pada tubuh kecil yang meringis kesakitan bahkan manangi sekalipun, mereka masih terus menggencarnya.
“Itu wanita untuk kalian berdua.”
Wajah Aretha sontak mencari sumber suara itu dan menatap ketiga pria yang duduk dengan santai. Salah satu dari ketiga pria itu sama sekali tidak menatapnya dan sibuk dengan ponselnya.
“Bagaimana menurut kalian? Wanita itu cantik bukan? Hah, tak sia-sia aku membelinya dengan harga mahal!” ucap Andreas.
Darren masih pandangi wajah cantik wanita yang entah bernama siapa, sedangkan Anshell masih bergeming dan focus pada game nya. Jangankan pria itu menatap, melirik saja tidak.
“Dude, lu mau atau enggak?” tanya Darren pada Anshell.
“Kayaknya si Mr Lonely ini impotent nggak bisa kayak yang lain entah apalah, nggak berhasrat sama sekali, padahal sudah lihat secara live juga tuh yang paket combo,” ujar Andreas.
Darren menatap Anshell sejenak. Pria itu masih saja kayak kanebo kering kalau sudah berkumpul seperti ini. “Sudah deh lu saja, Ren. Si Mr Lonely nggak akan mau kalau bukan sama si Lalisa!”
“Kamar yang kosong yang mana, Ras?”