Satu

1213 Words
Sheira memarkir mobil nya di dalam garasi besar milik Papa mertua nya. Dan setelah itu, langsung mengajak anak nya untuk turun dan masuk kedalam rumah dengan menggandeng tangan Rama. "Adek Abayyyy!" Seru Rama dengan nyaring, begitu tiba di ruang keluarga yang luas. Ia melihat seorang anak laki - laki yang berusia dua tahunan sedang bermain dengan mainan miliki nya di atas karpet. "Ram, Salim Oma sama Tante Shania dulu " tegur Sheira yang melihat nya langsung berlari menuju Akbar, adik sepupu nya. "Eh, lupa " ucap nya dengan cengiran lebar. Membuat Sang Oma yang sedang duduk bersama seorang wanita cantik dan manis di sofa panjang. Ia pun langsung menghampiri Oma dan Tante nya untuk salim. "Assalamualaikum, Oma. Aunty !" Ujar Rama menyalami satu persatu. Dan juga menghadiahkan satu kecupan di pipi masing - masing. "Waalaikumsalam " jawab kedua nya dengan senyuman lebar. Rama pun kembali mendekati adik nya dan duduk di hadapan adiknya itu. "Abay, lihat. Abang Rama beli apa? "Ujar Rama seraya merogoh tas sekolah nya. " This is for, Adek Abay " lanjut Rama menunjukkan sebuah robot yang terbentuk dari Lego. Mata anak laki - laki itu langsung memancarkan sinar terang. Menatap Rama dengan tawa riang sambil bertepuk tangan. Membuat tiga orang wanita dewasa tersenyum melihat keduanya. "Baru jemput Rama di sekolah ya ?" Tanya Shania pada Sheira. Sheira mengangguk, "iya, tadi mampir ke kantor Ares dulu. Rama mau makan siang bareng Papa katanya. Makanya baru balik sekarang " jawab Sheira. Shania mengangguk, kembali ia memandangi anaknya dan juga keponakan nya. "Shan, Mami. Aku ke kamar dulu ya. Mau ganti baju " ujar Sheira berpamitan. Shania dan Ve mengangguk, membuat Sheira langsung beralih pada Rama anak nya. "Rama, juga ikut Mama yuk. Ganti baju sekolah dulu " ujar Sheira. Rama menoleh dan mengangguk patuh. Ia juga berpamitan pada Akbar yang masih asik bermain dengan robot - robotan yang baru ia belikan emang khusus untuk adik nya. "Adek, Abang ganti baju dulu ya. Nanti main lagi " pamit nya, mengusap lembut kepala Akbar. "Hm " jawab Akbar dengan mengangguk patuh. Sheira pun mengajak anak nya untuk menaiki anak tangga. *** "Bang !" Sapa Ares, begitu ia keluar dari dalam mobil dan melihat Abang ipar nya, Alul yang juga baru tiba di rumah nya. "Eh, Res. Baru pulang juga ?" Tanya Alul. "Iya. Jemput Kak Shania ya " ujarnya sambil melangkah masuk kedalam. "Iya " jawab Alul juga ikut melangkah masuk kedalam. Tiba di dalam rumah, kedua pria tampan itu langsung di sapa oleh Shania yang baru saja keluar dari dapur. Ia menghampiri suami nya. "Sheira mana ?" Tanya Ares. "Dapur, lagi masak " jawab Shania, menggandeng suami nya untuk duduk di sofa. Ares mengangguk, ia langsung saja berjalan kedapur untuk menghampiri istri nya. Dan benar saja, Sheira tengah sibuk memasak. Membuat nya langsung tersenyum. Istri nya memang sudah beberapa hari ini sedang belajar memasak. Ketika ia bertanya kenapa ingin belajar masak? Sheira berkata. "Kamu kan pinter masak, malu dong. Masa aku gak bisa masak. Terus yang Masakin kamu siapa ?" Ujar Sheira kala itu. Ares hanya mengulum senyum mendengar jawaban itu. Ia melangkah perlahan, dan langsung melingkarkan kedua tangan nya di perut Sheira membuat wanita itu kaget. "Ares!" Kaget nya, saat menoleh kebelakang. Bukan nya minta maaf, Ares malah dengan tanpa dosa terkekeh senang. Cup "Kangen " ucap nya setelah mengecup pipi istri nya. "Siang tadi baru ketemu, Res " jawab Sheira, mematikan api. Lalu berbalik menghadap suami nya yang sudah memasang muka cemberut. "Jawab aku juga apa susah nya sih. " Gerutu Ares dengan cemberut. Sheira tersenyum manis, ia melingkarkan lengan di leher Ares. Kemudian mengecup bibir Ares sekilas. "Aku juga kangen " ucap nya, sesuai dengan kemauan Ares . Tapi, suami tampan nya itu masih saja memasang muka cemberut. Membuat Sheira akhirnya tertawa gemas. "Romantis dikit, kek " dumel Ares. Namun, kemudian pria itu tersenyum. Ia menarik pinggang Sheira supaya semakin menempel pada tubuh nya. Tersenyum dengan begitu manis menatap mata istrinya dengan penuh cinta. Sebelum akhir nya ia sedikit menunduk untuk mempertemukan bibir nya dengan bibir pink Sheira. Cup Cup Cup Sheira tersenyum menerima kecupan kecupan mesra Ares padanya. Dan kemudian baru Ares benar - benar mencium nya. Melumat bibir nya dengan lembut. Yang langsung ia balas juga dengan lembut dan penuh perasaan. "Ops, sorry " Suara itu membuat Sheira refleks mendorong tubuh Ares. Dan langsung menyembunyikan wajah nya di d**a suami nya. Ares menoleh kebelakang, dan menemukan sang Kakak yang sedang berdiri di pintu dapur membelakangi nya. "Ganggu banget sih!" Dumel Ares Shania berbalik, mendelik pada adik nya. "Kakak mau buat minum buat Bang Alul. Kamu aja yang gak tau tempat " ujar Shania. Ares mendelik, namun ia tersenyum geli melihat muka Sheira yang tersipu malu karena ketahuan bermesraan di dapur. Ia lupa kalau lagi ada Shania di rumah. "Ke kamar aja yuk, Kak Shania emang resek " ujar Ares, menarik Sheira agar ikut dengan nya. Shania hanya menggeleng melihat kelakuan adik nya. Dan kembali melanjutkan niat nya untuk membuat teh untuk suami nya. *** Sheira baru saja selesai berganti piyama tidur ketika pintu kamarnya di buka. Dan Ares masuk ke dalam. "Rama udah tidur ?" Tanya Sheira sambil memakai cream malam di wajah nya. "Udah " jawab Ares, duduk di tepi tempat tidur memandangi istri nya yang sedang melakukan perawatan diri di malam hari. Namanya juga wanita. "Besok, beneran mau ikut Mami arisan sama temen - temen nya ?" Tanya Ares, pada Sheira yang sudah selesai dengan semuanya. Wanita itu mengangguk, ia melepaskan sanggulan rambut nya. Dan mengurai nya dengan elegan. Membuat Ares tersenyum senang melihat istri nya yang begitu cantik. Kapan pun dan di mana pun. Ya, dia selalu mengakui hal tersebut. Tapi hanya dalam hati saja. Takut, di kata gombal nanti. Sheira kan selalu mengatakan kalau pujian nya adalah gombalan basi. "Besok, pagi ada meeting ?" Tanya Sheira, menaiki tempat tidur. Ares juga melakukan hal yang sama. "Gak ada, besok mau berangkat agak siangan. Lagian, aku udah janji besok mau ngantar Rama ke sekolah bareng kamu " ujar Ares, menarik Sheira dalam pelukkan nya. Sheira tersenyum mendengar ucapan Ares. Jadi, ingat apa yang di ceritakan Rama saat ia menjemput siang tadi. "Anak kamu iri tuh, sama Remon " "Kenapa ?" "Katanya, Remon selalu di antar Mama papa nya ke sekolah. Sedangkan dia hanya di antar oleh Mama. Atau tidak sama Opa " Ares terkekeh sendiri. "Gawat nih, kalau dia udah mulai iri - irian gitu. Entar dia liat Rafa punya adik. Dia iri juga lagi mau punya adik . Hahah " Sheira hanya mencubit manja lengan suami nya. Membuat Ares menghentikan tawa nya. Ia mengeratkan lagi pelukkan pada sang istri. "Eh, bukan nya itu udah di minta ya. " Ucap Ares, saat mengingat permintaan Rama sebulan yang lalu. Membuatnya kembali terkekeh geli sendiri. Melirik pada Sheira yang sudah menggeleng melihat tingkah laku Ares yang tidak banyak berubah sejak dulu. "Memangnya yang sebulan ini kita usaha, apa ?" Saat itu lah Ares tertawa lagi, mengecup pipi istrinya dengan gemas. Ia memang selalu suka melihat istri nya kesal. lucu menurut nya. Muka judes Sheira yang masih sama seperti pertama kali mereka bertemu. Membuat nya tidak pernah bosan untuk melakukan nya. "Galak banget sih, istri ku ini. Lagi PMS ya " ujarnya dengan tawa. "Kamu sih, hobi kok bikin aku kesal " jelas Sheira. Ares hanya tertawa saja, menarik selimut untuk mereka berdua. "Kalau nanti punya lagi, mau perempuan atau laki - laki lagi ?" Tanya Ares Dengan mata sudah ia pejam kan. "Perempuan, kamu ?" "Sama. Tapi, ya terserah sih. Cewek cowok sama aja. Kan rezeky dari Allah. Jadi, ya yang penting usaha dulu " Sheira mengangguk setuju, ikut memejamkan matanya untuk benar - benar tidur dan mengakhiri obrolan singkat mereka malam ini. ®®®
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD