Kecelakaan

1045 Words
Bi Lauren memandang tuannya yang ia kira sedang mengadi-ngadi. Ia berpikir mana mungkin nyonyanya akan memberikan adik kepada tuan kecil di hadapannya tapi tidak memiliki tanda-tanda kehamilan selama ini. "Tuan Muda pasti bercanda ya?" tanya Bi Lauren. "Tidak. Mama yang ngomong kalau mama dan papa akan memberikan adik untukku," jawab Justin. "baguslah kalau Tuan akan segera memiliki adik, Bibi kembali ke dapur dulu ya," kata Bi Lauren yang hanya mengiyakan saja perkataan tuannya padahal ia bingung dengan maksud tuannya. Justin mendengus kesal, ia merasa kesepian saat semua pegawai di rumah miliknya tidak bisa bermain bersamanya walaupun hanya menemani saja. Justin yang bosan berjalan menuju halaman rumah belakang rumahnya lalu ia bermain bola sendirian. Ya Justin tidak diijinkan keluar rumah oleh orang tuanya walaupun hanya berjalan-jalan di sekitaran komplek perumahnya, kalaupun Justin mau keluar harus ada penjagaan ketat tentunya. *** Malam semakin larut, matahari mulai menyembunyikan dirinya. Di sebuah butik seorang wanita sedang menunggu suaminya pulang kerja. Tidak lama terdengar suara pintu terbuka menampilkan wajah suaminya yang sangat ganteng menghampirinya. "Sayang, maaf aku terlambat. Tadi ada meeting yang harus aku hadirin," kata Romeo. "Iya, tidak apa-apa. Tapi apa ini tidak terlalu malam untuk pergi ke panti asuhan?" tanya Renata. "Tentu saja tidak, ini baru jam 7 malam. Semakin cepat semakin baik," jawab Romeo. "Baiklah," kata Renata. Romeo menggandeng tangan Renata lalu mereka berjalan bersama menuju mobilnya. Saat sudah di dalam mobil, Romeo mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju panti asuhan melintasi jalanan yang sudah mulai sepi dan hanya ditemani sinar lampu yang menerangi jalanan. "Sayang, nanti kita mau angkat anak yang seperti apa?" tanya Renata. "Terserah kamu, Sayang. Yang pasti harus cewek sesuai permintaan anak kita tersayang," jawab Romeo. Brak Mobil tersebut menabrak sesuatu. Romeo dan Renata saling menatap lalu mereka keluar dari mobil untuk memastikan apa yang mereka tabrak. Mereka tersentak kaget saat melihat seorang anak perempuan sudah berdarah di kakinya. "Nak, kamu tidak apa-apa?" tanya Romeo mendekati anak tersebut. Hiks hiks Anak tersebut tidak menanggapi perkataan Romeo tapi justru semakin menangis kencang. Mereka berdua menjadi panik dan Renata langsung menggendong anak tersebut ke dalam dekapannya. Renata duduk di kursi belakang bersama anak tersebut sedangkan Romeo di kursi pengemudi. "Sayang, kita ke rumah sakit terdekat ya," kata Romeo. Renata menganggukkan kepalanya, lalu Romeo mulai melajukkan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat. Sepanjang perjalanan anak tersebut tidak henti-hentinya menangis dan darah segar semakin mengalir di kakinya. Tidak lama mobil berhenti di lobby rumah sakit dan mereka bertiga langsung keluar dari mobil. "Dokter, tolong anak ini!" teriak Renata. Dokter dan suster yang mengenal keluarga Viano langsung membawa ranjang, lalu Renata meletakkan anak tersebut ke ranjang, kemudian mereka semua berjalan bersama menuju ruang UGD. "Gimana Dok, keadaan anak ini?" tanya Romeo. "Hanya perlu diperban saja dan sementara waktu kakinya tidak boleh digunakan untuk berjalan, walaupun mau berjalan harus menggunakan tongkat," jelas James. James mulai mengobati luka anak tersebut dan memasangkan perbannya. Setelah selesai James menghampiri Renata dan Romeo yang duduk di luar. "Tuan, saya sudah mengobati luka anak tersebut dan dia sudah bisa dibawa pulang. Cuma, nanti minggu depan harus check up lagi dan sekalian melepaskan perban," kata James. "Baik, terima kasih. Saya akan mengatarkan anak tersebut pulang," kata Romeo. Renata dan Romeo bernapas lega mendengar penuturan dari dokter James. Mereka berdua tidak menyangka bahwa di saat mereka akan mengangkat seorang anak dari anak panti asuhan malahan mereka tanpa sengaja menabrak seorang anak kecil yang belum diketahui identitasnya. "Mimpi apa kita tadi semalam sampai bisa nabrak anak kecil," kata Renata. "Sudah, Sayang, jangan dipikirkan. Lebih baik kita tanya dulu nanti setelah anak itu sadar, di mana keluarganya apalagi kita menemukan dia di tengah jalan," balas Romeo. Tidak lama ranjang anak perempuan tersebut didorong menuju ruangan rawat VVIP diikuti Renata dan Romeo di belakangnya. Saat sudah berada di dalam ruangan, Renata dan Romeo duduk di samping ranjang anak perempuan tersebut. "Romeo, gimana kalau kita adopsi saja anak ini?" tanya Renata menatap anak perempuan di hadapannya masih dipasang infus dan juga masih tertidur. "Kalau pendapatku dia seperti anak yang tidak memiliki keluarga. Lihat penampilannya, lusuh dan tidak terawat tapi sebaiknya kita tanyakan dulu kepadanya setelah dia sadar mengenai keluarganya," jawab Romeo yang tidak mau gegabah dengan keputusannya. "Iya juga sih," balas Renata. Perlahan tapi pasti tangan kecil itu mulai bergerak-gerak membuat kedua orang dewasa yang sedari tadi menunggunya tersadar menatapnya. Mata indah dengan bulu letik itu perlahan juga mulai terbuka dan anak tersebut menatap sekelilingnya serta menyesuaikan matanya. "Aku di mana?" tanya anak perempuan tersebut lirih. "Kamu ada di rumah sakit, Nak. Maaf kami tidak sengaja menabrak kamu," jawab Romeo menggenggam tangan mungil tersebut. "Ditabrak? Terus nanti siapa yang bayarin aku rumah sakit kalau aku menginap di sini?" kata anak perempuan tersebut sambil berusaha melepas infusan di tangannya tapi ditahan oleh Romeo. "Tenang, Nak. Semua biaya ditanggung kami, kamu harus istirahat kembali ya. Oh iya, nama kamu siapa dan nomor telepon orang tua kamu berapa? Kami ingin mengabari mereka bahwa kamu tanpa sengaja kami tabrak," tanya Romeo. Tanpa diduga setetes air mata mulai mengalir dari mata anak perempuan tersebut. Tentunya hal tersebut membuat Renata dan Romeo terkaget. "Kamu kenapa, Nak? Kenapa menangis?" tanya Romeo lembut. "Aku aku tidak punya orang tua, Om," jawab anak tersebut. "Nama kamu siapa, Nak? Dan kamu tinggal di mana?" tanya Romeo. "Namaku Tamara Om, aku tinggal di panti asuhan," jawab Tamara. "Baiklah, Om keluar bentar ya, Nak. Kamu istirahat dulu. Ada yang perlu Om bicarakan dengan istri Om," kata Romeo. Tamara menganggukkan kepalanya lalu Romeo menarik tangan Renata keluar dari ruangan rawat Tamara. Romeo melirik sekitar lalu melepaskan tangan Renata. "Dia seorang anak panti asuhan dan aku yakin dia merupakan anak yang berasal dari panti asuhan yang kita akan kunjungi karena cuma ada satu panti asuhan di sana," jelas Romeo. "Rom, gimana kalau kita adopsi aja dia sebagai putri kita?" tanya Renata. "Sebaiknya kita hubungi dulu pihak panti dan setelah semua urusan selesai kita tinggal membawanya ke rumah kita," jawab Romeo. "Gimana kalau kita titipkan dulu anak itu ke rumah sakit ini dan suruh James teman kamu menjaganya? Terus kita ke panti asuhan untuk mengurus surat-surat adopsi?" tanya Renata. "Baiklah, aku menemui James dulu," jawab Romeo. Setelah itu Romeo pergi ke ruangan James untuk menitipkan Tamara kepada James sementara waktu. Setelah selesai mengatakan keinginannya kepada James, Romeo kembali ke tempat Renata berada.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD