Awal Segalanya

377 Words
        Hanifa Rasyida nama yang dianugerahkan kedua orang tuaku. Aku anak tunggal dari pasangan Firman dan Titin. Mereka adalah orang tua yang sangat berharga untukku. Mereka akan melakukan hal apapun untuk kebahagian anaknya di saat apapun. Itu yang membuat mereka sangat berharga bagiku. Hanifa POV         Keinginan kedua orang tuaku yang ingin aku bahagia baik di dunia dan di akhirat merelakan mereka melakukan apapun. Sampai pada hari itu setelah kelulusanku dari madrasah aliyah, ayah dan ibu kekeuh menyuruhku untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun aku tau diri pada saat itu ekonomi kami tidak memadai untuk aku  melanjutkan pendidikan. Aku sudah bilang pada mereka agar tidak perlu kuliah tapi mereka tetap kekeuh dengan putusannya. Saat di ruang makan aku membicarakan rencana mereka.         “Mm ayah...ibu ada yang mau Hanifa katakan!” kataku.         “Katakanlah nak, apa yang akan kamu katakan!” perintah ibu sambil mengusap kepalaku yang tertutup hijab dengan sayang.         “Apa tidak sebaiknya ...Hanifa tidak usah melanjutkan ke Perguruan tinggi saja, Hanifa tau kalau ayah dan ibu tidak ada dana untuk itu. Mm.... lebih baik Hanifa kerja saja sekalian membantu ayah dan ibu.” Kataku.          “Bukankah waktu itu sudah kita bicarakan Hanifa, kalau kamu harus tetap melanjutkan ke perguruan tinggi.” Kata ayah.         “Tapi yah......” ayah memotong kalimatku.         “Ayah dan ibu melakukan ini semua untuk kebahagian kamu Ifa, Bagi ayah dan ibu pendidikan dan kebahagian mu nomor satu . Ayah dan ibu ingin melihatmu bahagia baik di dunia dan di akhirat. Ayah ingin melihatmu sukses nak. Ya..memang ekonomi kita tidak cukup tapi ayah dan ibu akan berusaha untuk mencukupinya demi kebahagiaan putri ayah satu-satunya.” Kata ayah dan tak terasa air mataku menetes begitu saja. Aku menatap ayah dan ibuku bergantian, rasa haru memang sudah tidak tertahankan.         “Ya Allah, terima kasih engkau telah memberi orang tua yang sangat sempurna bagi hamba, hamba mohon ya Rab, panjangkan umur mereka sampai hamba mampu mewujudkan dan membahagiakan mereka kesuksesan hamba nanti,,,Ya Allah.” batinku kemudian aku memeluk mereka.  Hari itu juga orang tuaku meminjam uang untuk biaya pertamaku kuliah yang jumlahnya juga cukup besar. Ya, mereka meminjam pada seorang lintah darat. Sungguh saat itu aku sangat merasa bersalah dengan biaya kuliah. Aku merasa aku sudah memberi beban berat pada kedua orang tuaku. ☻☻☻   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD