Hutang

404 Words
Hutang keluargaku telah jatuh tempo. Dan kami masih belum ada uang untuk membayarnya. Kami sekeluarga bingung harus mengatakan apa pada Pak Roni si lintah darat itu. Sore hari sekitar pukul 3 Hanifa POV Rentenir beserta 2 anak buahnya yang berotot itu datang kerumah. Mereka menagih hutang kami. Awalnya rentenir itu menagih dengan nada yang begitu ramah namun masih dengan senyum meremehkan. Namun setelah ayah menjelaskan bahwa kami belum bisa melunasinya nada suaranya berubah menjadi lebih tinggi. Dia memaksa kami untuk hutang beserta bunga yang telah disepakati.  “Kalian harus membayar hutang 25  juta dan bunganya, sekarang juga!!” bentaknya. “Maaf Pak Roni kami belum sanggup membayarnya, tolong beri kami waktu untuk melunasinya. Nanti akan saya bayar.” Jawab ayah. “Hah.....dia meminta waktu katanya....haha.” katanya sambil menoleh ke arah dua anak buahnya. Mereka bertiga tersenyum sinis kepada ayah, ibu dan aku. “Hah dasar Lintah darat yang haus akan harta, Astaughfirullah.....” batinku sambil memegang dadaku. Dia hanya tertawa. “Oook kalau begitu aku akan memberimu waktu 1 minggu dan dalam waktu satu minggu itu kamu tetap tidak membayarnya maka kau akan menerima akibatnya ingat itu!! ya sudah Ayo kita pergi.” Katanya dan kemudian pergi meninggalkan rumah kami. “Ya Rab....bantu keluarga ku untuk lepas dari lintah darat itu.” batinku. “Ayah......” kataku sambil memegang tangannya yang sudah mulai keriput. Ayah hanya menggeleng ke arahku. “kamu tenang saja, nak ayah dan ibu tidak akan lama-lama berhubungan dengan orang itu.” Katanya menenangkan aku.   Malam hari sebelum tidur..... Aku masih memikirkan masalah tadi sore. Aku harus membantu ayah dan ibu bagaimana pun caranya. Aku akan bekerja setelah pulang kerja kebetulan kemarin temanku menawarkan pekerjaan untuk membantunya menjaga toko, aku belum menyetujuinya karena akuingin minta izin ayah dan ibu. Namun setelah kejadian tadi sore aku langsung memutuskan untuk menerimanya. “Ayah, ibu maafkan Hanifa tidak bilang, tapi nanti pasti Hanifa akan bilang.” Kataku di dalam kamar. Aku melihat celengan yang telah ku isi dengan uang sakuku selama ini. rencananya uang ini akan aku gunakan untuk membangun rumah dan membahagiakan orang tuaku dalam bentuk menaikkan mereka ke tanah suci. Tapi saat ini uang itu sangat di butuhkan. Ku ambil celengan itu kemudian aku pecahkan. Aku harap isinya cukup. Namun aku salah, setelah ku hitung uangnya tidak cukup. Uangku hanya sekitar 9 juta sedangkan yang harus dibayar adalah 75 juta. Kemana lagi aku harus mencari 66 juta sisanya. ☻☻☻
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD