⭐️Part 2⭐️

1744 Words
Kring... Kring... Alarm bergambar hello kitty itu tidak bosan membangunkan sang empunya, hingga yang berada di luar kamar pun pusing mendengarnya. "Fra.. Afra... Bangun ih, katanya ada mata kuliah pagi itu alarm kamu juga udah bunyi," ujar Gina menggedor kamar Afra. "Hoam.. Jam berapa sih." Akhirnya sang empu kamar terbangun dan langsung mematikan alarm yang dari tadi berbunyi nyaring, seketika matanya langsung melotot melihat pukul berapa pagi ini. "Oh God, gilaa telat gue ke kampus." Dengan tergesa-gesa Afra masuk ke kamar mandi guna mandi ala bebek. Tanpa perawatan pagi seperti biasa, dia langsung mengambil tote bag kuliahnya dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. "Hati hati sayang, nanti jatuh," Gina hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurd putri kesayangan di keluarga Abidzar. "Pelan-pelan ih makan!ya, geli gue liat lu makan," ujar Bobby anak tertua di keluarga Abidzar. "Bawel amat sih, mulut-mulut gue juga." "Udah ih, masih pagi udah ribut aja untung papi udah berangkat, kalo belum dapet ceramah gratis kalian," tidak pernah bosan Gina selalu memperingati mereka, walaupun umur sudah menginjak di atas kepala dua, tapi tingkah mereka masih seperti bocah TK. "Aku berangkat ya Mi, udah telat banget." Afra langsung menyalimi tangan sang Mami dan mencium sekilas pipi Bobby. "Afraaa, jorok ih," teriak Bobby. Afra memang sangat suka menggoda abangnya, walaupun mereka sering bertengkar tapi satu sama lain mempunyai cara tersendiri untuk menyalurkan kasih sayang. Melihat kunci mobil Afra masih tergantung di tempatnya, Gina segera menyusul ke depan rumah. "Loh sayang, kamu ngga bawa mobil?" "Ngga Mi, udah telat aku mesen ojol aja." Ketika pengemudi ojol sudah berada di depan gerbang rumah, Afra segera naik dan meminta pengemudi untuk mempercepat lajunya. "Untung anak gue, kalo bukan udah gue buang kali ke antartika" gumam Gina ketika memasuki rumahnya. "Udah jalan tuh curut Mi?" "Udah naik ojol, entar kamu jemput ya Bang pulang dari kantor." "Paling nanti aku disuruh jemput di rumah temennya." Memang sudah menjadi rutinitas Bobby menjemput Afra ketika dia tidak membawa kendaraan. Pasalnya Afra hanya diperbolehkan membawa mobil saja, pernah suatu ketika Afra membawa motor matic yang baru dibelikan papinya, dan yang terjadi pulang-pulang motornya sudah berubah bentuk dan sang empu hanya menampilkan cengiran khasnya. Bobby memang satu kantor dengan papinya, dia berjabat sebagai kepala divisi keuangan di perusahaan Abidzar CORP. Setelah memakai sepatu dengan rapi, Bobby langsung menyalimi tangan Gina, "Aku berangkat dulu ya Mi, asslamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam, hati-hati Bang nyupir nya." Tidak seperti kebanyakan pemuda di tempat lain, yang suka dengan kehidupan malam, keluar masuk clubbing, Bobby termasuk deretan anak yang patuh dengan kedua orangtuanya dan dia pun lebih memilih pulang ke rumah dari pada membeli apartment. **** Ketika sudah sampai di depan kampus, Afra langsung membuka fiture chat di ponselnya, 003Farmasikece Iiskurnia03 Gaes, kata Bu Via dia jam pertama ngga bisa masuk anak nya sakit Binomons03 Serius lu Is? Kok anjir seh gue udah di parkiran. Putrizey03 Ingin ku berkata kasar Aviansyah03 (2) Syifazey03 (3) Me Anj gue udah naek ojol minta ngebut ama kang ojol malah begini WTF. Kikizey03 Semoga lekas sembuh anaknya Bu Via. Iiskurnia03 Noh dengerin Bu Ustadzah, ngumpat mulu lu pada bisanya. "Bete ih aing mah, gue udah rela kagak bawa mobil malah dosennya kagak masuk sebelll, bangke ah." "Siapa yang bangke?" Badan Afra langsung berputar ketika mendengar suara bass pujaannya, "Eh, ada Mamas ganteng," seperti tidak mempunyai kesalahan, Afra hanya cengar-cengir kepada Yuda. Ketika mendengar panggilan yang tidak sesuai di haula kampus, mata Yuda langsung melotot ke arah Afra, "Jangan melotot gitu ih, entar suka saya ngga mau tanggung jawab loh." Setelah mengatakan perkataan yang sangat tidak sopan menurutnya, Afra langsung meninggalkan Yuda dengan keterbingungannya. Dari pada menambah masalah. "Untung cuman satu spesies kayak kamu di kampus ini," tidak mau ambil pusing, Yuda langsung menuju ruangannya di lantai satu. Geng's zeyeng Me Pada di mana lu? Putrizey03 Gue di perpus sama siput Me Si Kiki belom dateng? Putrizey03 Tadi udah, terus ummahnya telfon ada urusan mendadak katanya jadi dia izin satu hari. Me Otw perpus. Setelah mendapat jawaban dari sahabatnya, dia langsung melangkahkan kakinya menuju perpustakaan fakultas. Ketika sudah melihat keberadaan cecunguknya dan mendapati salah satu temannya sedang tertidur pulas, Afra mendapatkan ide untuk mengerjainya. "Dorrrr..." Syifa yang tengah tertidur nyenyak dengan menenggelamkan kepalanya di atas meja, spontan terbangun dengan berteriak keras di dalam perpustakaan. Semua mata langsung tertuju ke arah mereka bertiga, yang ditatappun hanya menyebarkan cengiran yang tidak berkhasiat sama sekali. "k*****t lu Fra." "Hehe, lagian sepi amat sih." "Perpus d***o ini, bukan terminal yang rame," balas Syifa yang langsung menoyor kepala Afra. "Woy pala gue di fitrahin ini, noyor-noyor bae lu mah." "Shutt.. Diem apa Fra." tegur Putri yang merasa terganggu dengan kegiatan mengetik makalahnya. Afra pun langsung diam seketika dan Syifa kembali ingin memejamkan matanya, karena semalam dirinya sibuk meneruskan tulisan novelnya yang terus dikejar-kejar editornya. Ya Syifa memang berkerja sambilan dengan menulis novel, bermula dari dia menulis cerpen-cerpen di koran dan berlanjut menulis novel dan sempat karyanya menjadi best seller di seluruh gramedia di Indonesia. Tidak ingin menggangu Putri, Afra akhirnya mengajak ngomong Syifa bosan dengan kesunyian perpustakaan. "Syif, tau kagak.." "Kagak," belum sempat Afra berbicara selesai, Syifa sudah memotongnya. "Elah si kucrut ya, gue belom selesai ngomong bambang." "Nama gue Dwizia Syifania, bukan bambang." "Serah lu bae, serius ini gue." "Kalo mau minta serius jangan sama gue, noh ama mamas Yuda lu." "Bacot Put." Mendengar Afra mulai kesal dengannya, Syifa mengangkat kepalanya melihat ekspresi Afra, bagi mereka membuat Afra kesal bagaikan sebuah hiburan tersendiri. "Ulu..ulu.. Baperan lu." "Lagian sih." Putri yang mendengar perbincangan ke dua sahabatnya hanya bisa geleng-geleng kepala seraya tersenyum. "Kenapa kenapa?" tanya Syifa dengan menopang wajahnya menghadap Afra menggunakan kedua tangannya. "Au ah, udah ngga mood gue." "Sok sok an ngga mood lu," ujar Syifa seraya menyolek dagu Afra. "Gue tau gimana supaya elu mood lagi Fra." Kedua pasang matanya langsung menghadap kearah Putri, "Lu beliin minum gih di kantin." "Ogah, emang gue pembokat lu," tolak Afra yang belum mengerti maksud dari perkataan Putri. "Yakin elu kagak mau?" tambah Syifa yang mengerti niat terselubung Putri. "Ogah," balas Afra sambil memainkan ponselnya. "Yaudah, kalo kagak mau liat mamas lu di kerubutin lalet." Seketika mata Afra langsung melihat kearah kantin yang berada di sebrang perpustakaan. "Njir, ngapa kagak bilang dari tadi sih." Tanpa basa basi lagi, Afra langsung menarik tangan Syifa keluar dari perpustakaan menuju kantin. Putri hanya bisa menggelang-gelengkan kepala melihat tingkah absurd sahabatnnya, gampang sekali menaiki mood Afra. "Fra, jangan macem macem yaa lu," peringat Syifa tahu niat Afra ingin mendekati salah satu dosen ganteng di sana. "Kagak macem macem kok beb, hanya satu macem doang." Syifa tau maksudnya dengan satu macam itu dan yang di lakukan hanyalah mempertebal mukanya di depan para dosen. "Satu macem lu tuh bahaya maemunah," gumam Syifa ketika hampir sampai di depan meja para dosen. "Pagi Pak," sapa Afra ketika melewati meja tersebut, sesekali matanya melirik salah satu di antara mereka yang tengah bermesraan dengan wanita. Seperti ada yang retak di dalam hatinya ketika melihat pemandangan di depan sana. "Pagi juga Afra," balas Vino ketika melihat salah satu mahasiswi yang dia incar. "Pagi Pak Yuda," sapa Afra Ketika tidak mendapat balasan sapaan, senyum yang dari tadi terpatri di wajahnya perlahan memudar. "Yud, di sapa tuh" ujar Refal menyenggol lengan Yuda ketika tidak membalas sapaan mahasiswinya. Sekilas, ingat hanya sekilas Yuda melihat, bukan, bukan seluruhnya. Hanya sekilas mata mungkin bisa di bilang lirikan mata, dan kembali lagi bermesraan dengan wanita di sampingnya. Mengetahui raut wajah Afra yang sudah menyuram, Syifa langsung pamit kepada dosen yang di sana dan menarik Afra kembali ke perpustakaan. "Napa tuh muka?" tanya Putri melihat raut wajah Afra tidak berbinar padahal dia baru di pertemukan dengan moodbosternya. Mata Syifa langsung memperingatkan sahabatnya seakan akan berkata diem-lu. Mengerti kondisi yang tidak baik, Putri kembali mengerjakan makalah yang sedang dia ketik. "Fra nangis aja, ngga papa kok kalo elu mau nangis." Putri langsung melihat ke dua sahabatnya, yang satu sedang memberi perhatian, yang satu lagi sedang menahan sesuatu yang ingin dia keluarkan. "Ngga, ngapain sih nangis gue udah biasa kelez di gituin sama doi, bukan apa-apa kayak kemarin-kemarin." Putri dan Syifa hanya bisa saling pandang melihat kondisi Afra yang miris perihal percintaannya. Jika ada Kiki, mungkin dia yang akan memberi motivasi untuk Afra kuat memghadapi ini, sakit rasanya mencintai orang yang dia kagumi. Mau membenci pun, Afra tidak bisa, karena dia mencintai tulus dengan hatinya. Putri, Syifa dan Afra memang sudah berteman dari SMA berbeda dengan Kiki yang baru bertemu ketika PKKMB di kampus nya. "Nge mall yuk," mengerti dengan kondisi sahabatnya, Putri pun berinisiatif untuk mengajak Afra berkeliling mana pun asal mengembalikan moodnya. Sudah berkali kali para sahabatnya kepada Afra untuk mengubur cintanya kepada sang dosen dari pertama kali mereka menginjakan kaki di kampus ini Karena bagi mereka itu adalah hal yang mustahil dan cuman ada di cerita novel novel yang sering Putri baca. Tapi Afra bersikeras, bahwasan nya 'cinta itu akan datang karena terbiasa' mangkannya dia tidak pernah lelah untuk mendekati Yuda. Afra selalu berkata ke sahabat-sahabatnya bahwasannya batu aja bolongkan kalo di siram air terus menerus, begitu pun hati manusia biasa. Dan para sahabatnya hanya memberikan semangat ketika Afra terpuruk seperti sekarang. "Yuk kita ke teras kota aja, ada film action yang cakep." mereka akhir memutuskan untuk menonton film saja. Ketiganya berjalan beriringan keluar perpustakaan. **** "Kamu masih ada jam ngajar sayang?" ujar wanita yang duduk bersebelahan dengan Yuda. "Ada, dua kelas lagi." "Aku tunggu di apart aja deh ya." Sepeninggalan wanita tadi, Yuda langsung diserbu pertanyaan oleh para sahabatnya. "Gila lu bro." tuduh Doddy. "Ngapa lu?" "Lu bisa liat ngga sih tadi mimik mukanya mahasiswi yang nyapa kita?" "Yang mana? Banyak tadi mahasiswi yang nyapa kita," balas Yuda santai sambil menyeruput kopinya. "Siapa itu tadi, lupa gue namanya." "Afra," sambung Vino yang dari tadi hanya menyimak sahabatnya berbincang. "Nah itu dia." "Ya kenapa sama dia?" tanya Yuda bingung. "Lu tau mimik muka ngga sih?" tanya Refal kesal ketika Yuda bukan menjawabnya malah balik bertanya lagi. "Ya terus kenapa?" "Capek ngomong ama orang kayak elu, gue pamit ada jam." Para sahabatnya meninggalkan mereka satu persatu. Tidak sengaja, mata elangnya tertuju kearah perpustakaan melihat tiga orang keluar dan salah satu di antara nya menarik perhatiannya. Dan entah siapa yang memulainya, mata mereka berdua terpaku saling tatap. Perempuan itu yang memutuskan kontak matanya dengan Yuda. Yuda paham, sangat paham dengan perilaku dan juga tatapan mahasiswinya yang satu itu, tapi dia juga ragu dengan apa yang dia rasakan di saat dirinya memiliki kekasih hati. Tapi, perasaan aneh itu juga timbul ketika mahasiswi tersebut selalu mendekatinya. Entah apa yang terjadi selanjutnya kepada mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD