⭐️Part 1⭐️

1335 Words
"Hello epribadeh." "Assalamu'alaikum kali," sindir Kiki ketika sahabatnya memasuki kelas dengan suara merdunya, alias merusak dunia. "Hehehe, assalamu'alaikum Ibu Ustadzah," ujar Afra ketika di tegur sang sahabat yang sangat religius. Afra ini termasuk gadis yang periang, jarang sekali menampakan kesedihannya. Dia sangat bisa menyembunyikan dukanya, dan dia juga yang sering membuat temannya terhibur, istilah zaman sekarang 'ngga ada loe, ngga rame' "Eh, Fra tadi gue liat barisan para dosgan loh." "Weh, di mana Put?" ketika mendengar informasi tentang dosgan, Afra memang nomor satu. "Tempat biasa kita nongkrong." "Oke, otw entar kita istirahat." Afra di kampus mempunyai empat sahabat yang pertama Putri, dia setipe dengan Afra yang mengidolakan dosen ganteng di Universitas mereka. Yang kedua Kiki, dia orang yang religius suka mengingatkan mereka ketika sudah berlebihan dalam bertindak. Dan yang terakhir, Syifa gadis tomboy yang kurang memperhatikan sekitarnya tapi di balik itu dia sangat perhatian kepada ke tiga sahabatnya. Tak lama kemudian, dosen mata kuliah jam pertama Afra memasuki kelas mereka. "Oke, sekian materi yang saya berikan, dan untuk penanggung jawab mata kuliah saya siapa ya di sini?" tanya Vino, dosen pengampu mata kuliah Afra. Dengat semangat 45 Afra mengangkat tangannya, karena Vino di mata Afra termasuk dalam barisan dosen ganteng. "Siapa nama kamu?" "Nama saya Afra Maulina Pak, saya tinggal di komplek cemara no 12.." Belum sempat melanjutkan, sang dosen langsung memotong ucapan Afra, "Stop, saya cumn tanya NAMA KAMU," ujar sang dosen seraya menekan kalimat nama kamu ketika berujar. Sudah paham dengan sifat Afra, teman sekelasnya hanya bisa geleng-geleng kepala dan banyak yang melontarkan tawanya. Afra sendiri juga santai saja melihat teman-temannya memertawakannya, hal yang biasa bagi dia. "Tolong kamu nanti ke ruangan saya, ada yang ingin saya info kan nanti." Setelah memberi tahu Afra, Vino langsung keluar dari kelas tersebut. "Temen lu Put," ejek Syifa melihat temannya di tertawakan. "Kalo sekarang bukan, entar aja kalo udah waras baru gue anggep temen lagi," ujar Putri menambahkan. Tanggapan Afra pun masa bodo temannya mau bilang apa, yang penting baginya happy udah lebih dari cukup. "Cus lah langsung ke kantin," komando Afra kepada para sahabatnya. "Mushola dulu yang di tuju," tegur Kiki. "Enggih Ibu Ustadzah." Mereka berempat langsung menuju mushola yang berada tepat di sebelah kantin. **** Ketika memasuki kantin, sudah pasti orang-orang di ujung sana yang menjadi pusat perhatian. Di sana, ada empat orang dosen muda yang sangat terkenal di kalangan mahasiswi di kampus, kalau hanya melihat dengan mata mungkin mereka tidak terlihat cela sama sekali, mungkin sempurna. Tapi di samping itu, mereka pasti mempunyai kekurangan masing-masing. "Gimana Vin, rasa nya ngajar di semester 4?" "Yaa gitu, tapi di kelas C yang baru gue ajar tadi ada satu cewe, yang menarik perhatian gue." Seketika ke-tiga mata mereka memperhatikan Vino, pasalnya selama ini Vino selalu menutup dirinya dengan wanita mana pun. "Jangan bilang Afra Afra itu?" Ke-tiga tatapan itu berbalik ke arah Yuda. "Tumben amat Yud, elu tau nama mahasiswi di sini." Pasal nya Yuda memang sangat cuek di antara mereka, untuk urusan percintaan jangan ditanya lagi. Yuda termasuk tipikal lelaki setia, dia memiliki kekasih yang masih bertahan dengan sikap cueknya selama 3 tahun belakangan. Di komentari dengan temannya, Yuda hanya mengedikan bahu, sangat cuek memang. "Emang apa bedanya dia sama mahasiswi yang lain?" tanya Dodi salah satu di antara mereka yang terlihat sangat antusias dengan mahasiswi yang mereka bicarakan. "Yaa beda aja." "Jadi penasaran gue sama ini orang, bisa buat elu sampe senyum-senyum gaje gitu." Vino yang merasa disindir dengan Refal hanya mengedikkan bahu seraya menyunggingkan senyumnya yang sangat tipis. **** "Fra, liat arah jam 3," ujar Putri mengintruksi Afra. Tanpa buang buang waktu, Afra langsung melihat ke arah yang di tunjukan Putri. "Wedeh, ada mamas gue tuh di antara mereka," Afra memang mengidolakan salah satu di antara dosen ganteng tersebut, dan ia adalah Yuda Pradipta. "Siapa yang mau mesen nih?" tanya Syifa males mendengarkan ke haluan sahabatnya lebih dalam. "Gue aja," dengan sukarela Afra memesankan pesanan para sahabatnya, Afra beranjak untuk memesankan pesanan mereka. "Ehh, itu bukan sih yang tadi kita omongin?" ujar Dodi ketika melihat seseorang yang menjadi perbincangan mereka. Dodi memang salah satu pengajar di kelas Afra. Tapi dia jarang memperhatikan mahasiswinya satu persatu, ke-tiga pasang mata langsung tertuju kepada Afra. Afra yang merasa diperhatikan oleh para dosen tersebut, langsung memberi salam sopan kepada mereka. "Kamu yang namanya Afra ya?" tanya Refal. Di antara mereka memang Refal yang paling frontal. Merasa namanya di panggil, Afra langsung menghampiri para dosen ganteng tersebut. "E-eh iya Pak, saya Afra ada apa ya Pak?" Spontan Yuda langsung mengalihkan pandangannya sekilas kearah Afra, tidak lama, hanya sekilas. "Kamu mau pesen makanan kan?" "Iya Pak," ujar Afra sambil tersenyum, tapi ada rasa kecewa ketika dosen yang sangat diidolakannya hanya melihat sekilas. Dia selalu memperhatikan gerak gerik sekecil apapun Yuda dan selalu menstalking sosial medianya Yuda. "Ehm, boleh saya titip sesuatu?" "Boleh Pak, boleh banget malah." "Belikan saya es kopi ya," ujar Refal seraya memberinya uang selembar berwarna biru. "Itu aja Pak?" "Iya itu aja." "Pak Yuda engga sekalian titip?" Merasa namanya dipanggil, Yuda hanya melirik Afra sekilas lalu menggelengkan kepalanya. Merasa tidak enak dengan mahasiswinya, Vino yang membalas mengucapkan terima kasih. Tidak aneh memang bagi mereka melihat sikap Yuda, sudah menjadi keseharian mereka. Yuda hanya perhatian kepada tiga wanita saja, bundanya, Adiknya dan juga kekasih hatinya. Tidak lama kemudian, Afra membawa pesanan Refal ke meja tadi. "Ini pak," ujar Afra seraya mengembalikan duit yang masih utuh dari yang Refal kasih. "Loh, kok ini belum pecah uang nya?" "Tadi di kantin ngga ada kembalian Pak, jadi tadi pake duit saya aja," Refal membuka dompetnya guna mengambil uang sepuluh ribuan, dan menyodorkan kepada Afra. "Eh, ngga usah Pak, saya ikhlas kok." "Udah ambil aja." "Beneran pak ngga apa-apa, ya udah saya izin pamit ya Pak." "Oh oke, sekali lagi terima kasih yaa." "Iya Pak sama sama." Afra langsung kembali ke mejanya, "Ngga salah bro, tancap gas lah," ujar Refal sembari menyenggol lengan Vino yang masih melihat Afra sampai dia mendudukan dirinya bersama para temannya. "Eleh, paling juga nanti minta imbalan perbaikan nilai, basi mahasiswi kayak gitu tuh," setelah mengucapkan kalimat pedasnya, Yuda langsung pergi meninggalkan ke-tiga sahabatnya menuju ruangannya kembali. Para sahabatnya hanya menggelengkan kepala, memaklumkan temannya yang memang bermulut pedas. **** Tidak terasa, tiga mata kuliah seharian ini sudah ditempuh Afra, sekarang waktunya dia ke tempatnya mengajar bimbel. Selain kuliah, Afra memang mengajar bimbel yang tidak jauh dari kampusnya. "Guys, gue pamit duluan yaa, udah di tungguin sama penggemar gue nih di tempat les." "Bahasa lu sok banget penggemar, kalo ngga karena ilmu mereka juga pada lari dari sono," ujar Putri seraya memasukkan bukunya ke dalam tas. "Sa ae lu, udah yaa bye. Oy semua gue duluan yaa," Afra langsung keluar setelah berpamitan kepada seluruh temannya yang masih ada di kelas sambil berteriak, tidak heran temannya, sudah menjadi makanan sehari hari mereka melihat tingkah Afra. **** Afra memang hidup dengan berkecukupan, tapi baginya duit yang selama ini dia punya itu adalah punya maminya, dia hanya orang yang belum mempunyai apa-apa. Maka dari itu, dengan ilmu yang dia punya, dia salurkan kepada yang lainnya dengan mengajar bimbel. Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran, Afra langsung menuju tempat bimbelnya. "Hay Kak Afra." Ketika merasa namanya dipanggil, dia menoleh ke belakang, "Eh Baby, baru dateng kamu?" tanya Afra ketika melihat yang memanggilnya murid di tempat dia mengajar. Di tempat nya mengajar, Afra menganggap semua muridnya adalah adik, baginya dia bukanlah seorang guru yang harus dihormati, tapi cukup menjadi teman berbagi ilmu. Jadi tidak heran, jika bertemu dengan muridnya, dia langsung merangkul bagaikan teman akrab atau adiknya sendiri. Kelas yang di ajar Afra juga tidak terlalu bawah, dia mengajar Kimia dasar di kelas sepuluh dan persiapan Ujian Negara di kelas dua belas. "Iya Kak." "Naik apa kamu?" Baby ini memang dari awal masuk, dia sudah dekat dengan sosok Afra, tidak jarang Afra juga terkadang mengantar nya pulang karena searah dengan perumahannya. "Biasa Kak, abang-abang ojol." "Oke, nanti temenin Kakak dulu yuk." "Ke mana Kak?" "Ada deh." Mereka pun memasuki tempat bimbel dengan beriringan, tidak terlihat seperti guru dengan murid, tapi terlihat seperi adik kakak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD