Namanya Nabiru

1015 Words
Theo sedang berada di gedung RN Entertainment, perusahaan agensi yang menaunginya. Ia tidak ada jadwal di luar hari ini. Oleh karenanya, Ray meminta ia datang. Ray ingin Theo bertemu dengan para trainee, baik yang sudah lama di perusahaan, atau pun yang masih baru masuk. Ray ingin Theo memberi motivasi pada mereka, juga melakukan sedikit latihan kecil bersama. "Oh ... Theo!" Mendengar seruan itu, Theo langsung menoleh. Ia sudah tahu itu suara siapa. Jelas, itu adalah suara Ray. "Pak Ray ...." Theo menyambut sang bos dengan senyuman manis. "Udah dateng kamu. Sorry, saya telat dikit. Biasa ... sayangku agak rewel." Ray terlihat tak enak. Padahal ia yang meminta Theo datang. Tapi malah ia sendiri pula yang terlambat datang. Istri Ray saat ini memang tengah mengandung. Padahal usianya sudah 44 tahun, sangat berisiko. Tapi di sisi lain mereka juga tidak mungkin menggugurkan darah daging mereka sendiri. Meski pun sudah ada ke lima, tapi anak tetap lah anak. Ray dan Amanda sang istri memutuskan untuk mempertahankan kehamilan, dengan ekstra menjaga kesehatan baik ibu atau pun sang jabang bayi sampai nanti saatnya dilahirkan. "Nggak apa - apa, Pak Ray. Santai aja," jawab Theo. Ray nampak lega berkat jawaban Theo. Ia merasa tak enak karena sejak debut, Theo selalu sibuk akibat kebanjiran job. Sekalinya hari ini ada waktu luang, eh, Ray malah memintanya datang ke perusahaan. Sebisa mungkin ia tidak terlambat, tapi tetap terlambat. "Kapan - kapan aku traktir kopi kamu," ucap Ray kemudian. "Nggak usah repot - repot lah, Pak Ray." Jadi Theo yang merasa tak enak sekarang. "Nggak repot lah. Ya udah, ayo ... anak - anak udah pada nunggu." Ray mendahului Theo berjalan. Sementara Theo langsung membuntut di belakangnya. Mereka memasuki lift menuju ke lantai tujuh. Tak butuh waktu lama hingga keduanya sampai di sana. Mereka pun langsung meneruskan langkah ke ruang latihan. Di sana sudah menunggu beberapa trainee. Beberapa di antaranya sudah dikenal oleh Theo. Tapi ada beberapa lagi yang belum. Para trainee sebelumnya sedang melakukan cover dance untuk lagu 'Nuclear', lagu yang kini sedang berada dalam puncak popularitas. Lagu dari boy group yang sedang digandrugi, 'Hexagon'. Grup yang salah satu anggotanya adalah Theo. Tentu saja Theo merasa bangga karena begitu membuka pintu, lagu grup - nya lah yang sedang diputar, dan mereka para trainee menarikan setiap gerakannya dengan begitu baik. Sayangnya hanya sekilas, karena begitu tahu Ray dan Theo sudah datang, mereka langsung berhenti melakukan cover dance, untuk menyambut kedatangan dua orang itu. Mereka berdiri berjajar, memberi senyum pada Ray dan Theo. Ray dan Theo berusaha bersikap sebaik dan semembumi mungkin. Mereka tak mau memberi kesan sombong. Mereka memberi senyuman terbaik, mengajak semua orang tos, dan memberi pelukan singkat. Semuanya nampak antusias dan senang akan kedatangan Ray dan Theo. Namun ada seseorang yang nampak murung. Tatapannya begitu dingin. Terlebih ketika Menatap Theo, ia seperti kurang suka. Trainee itu memiliki paras yang begitu tampan. Kulitnya putih bersih. Perawakannya juga sangat tinggi. Sama dengan Theo yang memiliki tinggi 183 cm. Hanya saja seseorang itu lebih kurus darinya. Tapi Theo berusaha berpikir positif. Ia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang dilihatnya itu salah. Lagi pula kenapa seseorang itu tak suka padanya? Apa alasannya? Mereka bahkan belum saling mengenal, bukan? "Oke ...." Ray langsung membuka pertemuan mereka, tak ingin semakin mengulur waktu mengingat ini sudah malam. Dan besok Theo ada jadwal yang sangat padat sejak pagi hingga malam. Karena besik Hexagon akan menggelar konser pertama. "Well ... seperti yang sudah saya janjikan ... hari ini saya akan bawa seseorang yang spesial untuk bertemu dengan kalian semua. Dan tara ... ini dia orangnya." Semua orang segera memberi tepuk tangan dengan meriah, disertai sorakan di sana sini. Theo tersenyum senang atas sambutan mereka yang meriah. Namun senyumnya sedikit memudar kala melihat dia lagi. Iya, dia yang tadi. Dia yang sejak Theo datang, terlihat tak suka. Dia pun bertepuk tangan, namun tanpa antusiasme. Dan raut wajahnya masih sedingin tadi. Theo mulai berpikir ... kenapa? Apa salahnya sebenarnya? Kenapa dia terlihat sangat tak suka padanya? Namun lagi - lagi ... Theo berusaha berpikir positif. "Theo sudah kenal beberapa dari kalian ... tapi ada beberapa juga yang belum dikenal. Jadi biar adil, lebih baik kita kenalan ulang dulu aja semuanya. Gimana?" Ray meminta pertimbangan semua anak - anaknya. Mereka semua pun setuju. Dimulai dari trainee yang berdiri paling ujung kiri. Mereka memperkenalkan diri satu per satu, dengan sesekali diselingi candaan di sana sini. Theo ikut tersenyum ketika mereka melemparkan canda, meski sebenarnya ia tak terlalu berkonsentrasi. Mengingat fokusnya kini berada pada dia. Dia yang nampak tak suka padanya. Yang justru menimbulkan rasa penasaran mendalam. Siapa sebenarnya ia? Hingga tiba lah saat yang sudah ditunggu - tunggu oleh Theo. Tiba giliran dia memperkenalkan diri. "Nabiru. Usia 16 tahun. Baru satu bulan kurang lebih berada dalam naungan RN Entertainment. Mohon bimbingannya." Ia membungkuk sekilas setelah melakukan perkenalan. Nabiru. Jadi itu dka namanya. Satu tahun lebih muda dari Theo. Meski masih 16 tahun, tapi suara Nabiru begitu berat dan dalam. Theo tak bermaksud menuduh, tapi suaranya terdengar seperti seorang perokok berat. "Ah ... iya ... iya ... Nabiru." Ray tiba - tiba menyeletuk. "Nanti kalau udah debut, pakai nama panggung Biru aja, ya. Kesannya lebih kece, lebih menjual. Kita kemarin ketemu di jalan, ya, Biru. Saya lihat ... siapa kok ganteng bening bener. Saya tawarin masuk agensi, eh, alhamdulillah mau. Mana ternyata jago nge - dance. Rejeki banget buat saya deh." Ray tertawa setelah menjelaskan kronologi ia menemukan Ray. Tawanya pun disambut tawa pula oleh semua orang. Termasuk Theo. Sementara yang menjadi pemeran utama dalam ucapan Ray, justru hanya tersenyum sekilas. Memang pembawaannya seperti itu, atau ia begitu karena sesuatu, atau memang ia jadi kehilangan mood karena melihat Theo ada di sini? Entah lah. Theo pun amat bingung dibuatnya. Perkenalan pun beralih pada trainee yang lain. Theo awalnya fokus mengikuti perkenalan para trainee. Sebelum pandangannya kembali terfokus pada Biru.  Dan saat tak sengaja menatap Biru kembali itu, bertepatan dengan Biru yang sedang menatapnya pula. Lagi - lagi dengan sorot mata yang begitu tajam. Semakin menegaskan bahwa Biru memang tak suka pada Theo. ~~~ I Love You Tante - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ -- T B C --
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD