bc

talak 3 akan membuat menyesal suami ku

book_age18+
146
FOLLOW
1K
READ
tragedy
comedy
sweet
spiritual
like
intro-logo
Blurb

awal nya memang bahagia tapi setelah tu hanya ada kesedihan dan penyesalan ya aku bukan lah wanita baik .

tapi aku berusaha menjadi yang terbaik untukm suami ku .apa pun aku lakuakan demi kebaikan nya dan juga demi kebaikanmu.

hingga suatu hari suamiku menalak ku dengan talak 3 dan aku berjanji aka membuat dia lebih sakit dari apa yang aku rasakan saat ini.

hingga akhirnya aku bahagia dan hidup beraa pasanga baru ku

chap-preview
Free preview
bab 1
PENYESALAN SUAMI SETELAH TALAK "Tadi, bukan hanya Ibu yang melihat Oji masuk ke kamar kalian, Santi juga ikut melihatnya. Jadi, jangan kamu pikir Ibu mengada-ngada" timpal Ibu Mertua yang membuat wajah suamiku semakin memerah. "Iya, Ga. Istri kamu itu sudah kelewatan, sampe sopir dimasukin ke kamar saat kamu sibuk bekerja banting tulang buat dia." Kali ini, Kak Santi yang memberi penjelasan dengan wajah tak kalah sangar dari Ibu. Sementara Oji, yang awalnya menunduk, kini mengangkat wajah dan terlihat siap memberi penjelasan. Wajahnya tampak lebih merah dari Mas Erga. Wajar, tentu saja dia harus marah, sebab dituduh yang bukan-bukan. Apalagi untuk sesuatu yang murahan. "Kurang ajar, kalian. Kamu lagi Oji, sudah kuberi pekerjaan, tapi kau malah bermain belakang dengan istriku! Dan kamu Naura, aku tidak menyangka ternyata kamu semurah itu. Tidak bisa menjaga kehormatan saat suami tidak ada. Pengkhianat!" Suara Mas Erga menggelegar ke seluruh ruangan, tempat kami di sidang. Sekilas aku sempat gemetar, namun, ketakukan ini berusaha kutepis mati-matian. Dengan ekor mata aku memberi kode pada Oji yang berada di ujung sofa yang sepertinya siap menyampaikan pembelaan. Setelah membaca kode dariku, laki-laki yang usianya beberapa tahun lebih muda dariku itu terpaksa kembali bungkam. Maaf, Oji, tapi aku harus memanfaatkan keadaan darurat ini dengan sebaik mungkin. "Kenapa kalian diam, hah? Benarkan, kalian telah lancang bermain kotor di belakangku?!" tanya Mas Erga dengan suara meninggi. Pertanyaan yang lebih mirip tuduhan. Untung saja putri kecilku sudah terlelap di kamarnya. Sehingga tidak melihat kegilaan ayahnya. Heh, apa laki-laki itu lupa, tadi pagi sebelum berangkat kerja dia sendiri yang menyuruhku meminta tolong Oji atau Kang Diman untuk memperbaiki keran wastafel kamar mandi kamar kami. Ternyata secepat itu suamiku pikun, padahal usia pernikahan kami baru lima tahun. Meski baru lima tahun, bagiku pernikahan yang kujalani ini sudah terlalu lama. Dengan fisik dan batin yang lelah maksimal setiap harinya. Bukan hanya kali ini saja aku disidang oleh mereka. Hal semacam ini, sudah berulang kali kualami, jika tiap Mas Erga pulang kerja mendapat pengaduan dari Ibu dan Kak Santi. Jika tidak memberi uang untuk Ibu arisan misalnya, atau tidak ke rumahnya untuk membantu memasak, karena rumahku yang berantakan saat mereka datang, dan karena banyak kejadian lain yang tidak sesuai dengan keinginan Ibu. Kami tinggal terpisah dengan posisi rumah bersebelahan, tapi rasanya sama saja seperti tinggal satu atap dengan mereka. Ibu dan Kak Santi terlalu ikut campur, dan sikap Mas Erga yang mendukung kelakuan Ibu dan saudaranya. Itu semua demi kebaikanku, katanya. Padahal, mereka ingin menyiksa batinku, karena aku bukan menantu yang diinginkan untuk menjadi istri anaknya. Setelah menimbang-nimbang, sepertinya yang kata Mas Erga 'demi kebaikanku' sudah cukup sampai di sini. Sekarang aku sudah merasa cukup baik, dan hampir gila. Mas Erga bukan lagi laki-laki yang kukenal dulu, dia tidak bisa memberiku sedikit saja alasan untuk mempertahankan rumah tangga ini. "Sekarang katakan Naura, hukuman apa yang pantas kuberikan untuk istri tidak tahu diri seperti kamu?" "Benar Erga, istri kamu itu harus dihukum biar jera dan tidak sembarangan memasukkan laki-laki lain ke dalam kamar." "Pak Erga, maaf saya ingin berbicara. Ini salah paham, Bu Naura sama sekali ...." "Oji, biar aku yang menjelaskan," potongku cepat. Tanpa memberinya kesempatan untuk membuka suara. "Tapi, Bu." "Apa yang ingin kamu jelaskan, Naura?" tanya Mas Erga tajam. "Oji tidak bersalah. Yang bersalah di sini aku ...." "Tentu saja kamu yang salah. Emang gatal sih jadi perempuan ...." "Kak Santi, biarkan Naura berbicara." Tumben sekali suamiku memberi kesempatan untukku berbicara. Padahal, biasanya pendapatku tak pernah di dengar di rumah ini. Seperti manekin berjalan, mungkin itu julukan yang tepat untukku. "Jadi, apa yang ingin kamu jelaskan, Naura? Ingat, jangan berkilah, karena aku tidak akan percaya." "Ceraikan saja aku, Mas. Talak aku!" "Bu Naura?" "Apa?! Kamu bercanda? Jangan main-main kamu Naura, kamu pikir aku tidak berani melakukannya, hah? Atau jangan-jangan kalian berdua memang punya hubungan?" "Sudah, Ga. Mending kamu kabulkan saja permintaan istrimu itu." Sekilas kulirik wajah Ibu yang kini terlihat lebih cerah dari sebelumnya. .

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.6K
bc

Revenge

read
35.4K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
19.2K
bc

Beautiful Pain

read
13.6K
bc

Oh, My Boss

read
386.8K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
33.5K
bc

Hati Yang Tersakiti

read
6.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook