Part 2

1415 Words
Pagi ini Bella sudah siap dengan baju modernnya, ini akan sangat mencolok jika dipakai untuk berkeliling kepemukiman warga, pakaian yang terlihat asing bagi mereka. Kali ini Bella memakai celana dan kemeja karena dia akan membuat alat alat penunjang kehidupannya didunia kuno ini, tapi sebelum itu dia akan mengisi perutnya terlebih dahulu. Sampai dimeja makan, dia mendapatkan tatapan aneh dan bingung dari para pelayan dan penjaga yang ada disana, oh jangan lupakan tatapan tajam dari Alaric. "Pakaian apa yang kau kenakan? Sangat aneh" "Ini kemeja dan ini celana, semakin membuatku terlihat cantik bukan?" balas Bella mengibaskan rambutnya. "Cihh kau terlihat semakin jelek" ejek Alaric melanjutkan makannya. Bella merengut kesal dan segera makan makanannya. "Aku sudah selesai" ucap Alaric bangkit dari duduknya. "Kau akan keistana?" tanya Bella yang dibalas deheman. "Bolehkah aku ikut?" "Tidak" balas Alaric pergi meninggalkan Bella. "Jutek banget, gue pastiin lu bakalan bertekuk lutut dihadapan gue, tunggu aja" gumam Bella kesal. "Raina punya seribu satu cara untuk menaklukan semua jenis pria" Bella menyeringai dan pergi meninggalkan meja makan. Bella berjalan kearah Aurora yang berada diruang tamu, asisten yang diberikan Alaric untuk menemaninya. Gadis itu adalah salah satu tokoh figuran yang sangat bahagia ketika Bella dihukum mati. Sifat Bella yang sombong dan angkuh, membuatnya dibenci semua orang. "Aurora bisakah kamu mengantarku kepengrajin besi?" tanya Bella membuat Aurora yang sedang duduk otomatis berdiri dan membungkuk hormat. "Baik putri, apakah anda ingin pergi sekarang?" "Iya" "Baiklah, mari putri kereta kudanya sudah siap" ucap Aurora mempersilahkan Bella berjalan terlebih dahulu. Mereka berdua pergi dengan kereta kuda dan beberapa pengawal yang mengikutinya, hingga sampai ditempat tujuan Bella dengan antusiasnya langsung memasuki tempat tersebut, membuat Aurora heran dengan tingkahnya. "Selamat datang putri, suatu kehormatan anda datang ketoko saya" seorang pria paruh baya membungkuk hormat kepada Bella. "Tak usah seperti itu, santai saja. Aku kesini ingin membuat sesuatu" balas Bella. Pengrajin besi itu terkejut melihat Bella yang terkenal angkuh dan sombong, bersikap ramah kepada rakyat biasa sepertinya, sebenarnya bukan hanya pengrajin besi saja yang terkejut, Aurora yang berdiri dibelakang sang putri pun ikut terkejut dengan sifat ramah Bella. "Apakah yang harus saya lakukan putri?" ucap pria paruh baya itu dengan sopan. "Tolong buatkan beberapa komponen ini, nanti kalau sudah selesai akan dibawa oleh pengawalku" Bella menunjukan sketsa yang telah ia buat. "Baik putri" Pengrajin besi itu segera membuat apa yang Bella pinta. Bella berbalik melihat Aurora yang berdiri dibelakangnya. "Kita kepasar" ucap Bella berjalan lebih dulu diikuti Aurora dibelakangnya. Sesuai perkiraannya sekarang dia sedang jadi pusat perhatian, bukan hanya karena dia seorang putri, tapi juga karna pakaian yang dia pakai. Bella berkeliling pasar mencari beberapa barang, setelah mendapatkan semuanya dia kembali kemansion bersama Aurora. "Apakah disini ada ruangan besar yang kosong?" tanya Bella. "Ada putri" jawab Aurora. "Mulai sekarang panggil aku dengan nama saja, anggap saja aku temanmu" sebenarnya Bella sangat tidak suka dengan panggilan menggelikan itu. "B-baik Put- Bella" "Tunjukkan aku ruangannya" Mereka berjalan menuju sebuah ruangan yang berada dibagiin barat mansion, tepatnya disebelah ruang kerja Alaric. "Kalau barang barangnya sudah sampai taruh saja didalam ruangan ini, aku ingin makan dulu, I'm very hungry" ---------- "Kudengar istrimu sudah membaik" ucap Demian, tangan kanan Alaric. Kini mereka sedang berada diruang kerja Alaric yang ada diistana. Demian dan Alaric sudah berteman sejak kecil, maka tidak heran jika Demian berbicara non formal kepada Alaric. "Memang sebelumnya dia kenapa?" "Sakit jiwa" Hanya deheman acuh yang dapat Demian dengar. "Malang sekali nasib si Bella mendapatkan suami es batu sepertimu" Demian mendengus kesal karna tidak mendapatkan jawaban apapun dari Alaric. "Dua minggu lagi kita ada perjalanan kekerajaan Nuvoleon untuk membicarakan masalah penyihir dari Valcke" "Hm" "Aku malas berbicara dengan batu sepertimu, lebih baik aku memberi makan peliharaanku yang sudah berdemo masal" ucap Demian mengelus perutnya dan keluar meninggalkan Alaric yang masih memeriksa dokumen dihadapannya. Sebenarnya dari tadi Alaric tidak fokus karna bibir manis Bella yang diciumnya tadi pagi, memikirkan itu membuatnya tersenyum tipis. "Sial Kenapa aku tidak bisa fokus" umpat Alaric. "Alaric" panggil Raja yang baru saja memasuki ruang kerja Alaric. "Iya ayah" "Bagaimana kabar istrimu?" Sang Raja duduk dikursi yang berada dihadapan Alaric. "Baik" Sang Raja menghela nafas. "Cobalah buka hatimu untuknya, itu tidak akan membuatmu mati" "Tidak bisa" "Bukan tidak bisa tapi tidak mau. Kalau Seperti ini terus kapan aku akan memiliki cucu?" "Kapan kapan" "Ayah sudah semakin tua Alaric" "Aku tahu" "Huh, ayah lelah menasehatimu" ucap sang Raja menyandarkan punggungnya dikepala kursi. "Tidak perlu menasehati" "Kamu ngeyel sekali, kalau Bella sudah mendapatkan laki-laki yang lebih dirimu saja nanti nanges" Kali ini ucapan sang ayah membuat Alaric terdiam, dia tidak rela jika Bella bersama pria lain tapi dia juga merasa dia tidak mencintai Bella. "Ayah pergi dulu, jangan lupakan tentang Valcke, kelompok penyihir itu sangat berbahaya" "Hm" Apa aku mencintai wanita bodoh itu? Tidak, tidak mungkin hanya dengan ciuman membuat aku jatuh cinta dengannya Batin Alaric menyangkal perasaannya dan kembali berkutat dengan berkas dihadapannya. ----------- Ruangan yang tadinya kosong kini sudah penuh dengan barang-barang Bella, dia sedang menggambungkan komponen komponen mesin jahit yang tadi sudah dibuat dan kini tinggal memasangnya dimeja, lalu menyambungkan dengan pedal yang berada dibawah meja. "Finish" ucap Bella puas sambil berkacak pinggang melihat karyanya. "Ya walaupun kuno setidaknya ini lebih baik daripada harus menjahit menggunakan tangan" "Wow" Aurora yang baru masuk dibuat kagum dengan alat ciptaan Bella. "Bagaimana? Kerenkan?" tanya Bella sambil tersenyum sombong. "Iya, aku baru pertama kali melihatnya, tapi mesin ini untuk apa?" "Ayo ku tunjukan" Bella mengambil selembar kain lalu menyatukan kedua sisi kain menggunakan mesin jahit buatannya, hal tersebut kembali membuat aurora terkagum. "Wow, hebat sekali penemuanmu" puji Aurora yang membuat Bella tersenyum lebar. Berasa Thomas Alva Edison gue Batin Bella. "Sekarang tugasmu pindahkan mesin ini keruangan yang ada didepan ruang kerja Alaric dan tolong panggil penjahit yang paling handal dikerajaan ini" "Kau tega menyuruhku memindahkan mesin yang berat ini?" Aurora kini mulai terbiasa berbicara santai kepada Bella. "Ya kau pakai otakmu Aurora, disini banyak pengawal suruh saja mereka" "Oh Iya" Bella memutar bola mata malas melihat Aurora yang menyengir. "Cepat kerjakan atau ku potong upah mu" ancam Bella membuat Aurora segera berlari keluar. Bella kembali ke meja kerjanya yang berisi peralatan berbahan besi untuk kembali mengerjakan projek besarnya. Sudah 3 jam Bella berkutat dengan pekerjaannya. "Bel, penjahit istana sudah datang" "Suruh dia masuk" Ujar Bella tanpa menoleh. Aurora kembali dengan seorang wanita cantik dibelakangnya. "Silahkan duduk" "Terima kasih Putri" "Siapa namamu?" "Eren, Putri" "Oke to the poin saja, aku ingin kau menjadi penjahit pribadiku. Aku sudah ada beberapa desain yang harus dikerjakan, silahkan kau lihat dulu" selain pekerja keras, Bella adalah orang yang tidak suka bertele - tele. Penjahit yang diketahui bernama Eren itu menyeringitkan dahinya bingung ketika dia melihat sketsa baju yang baru pertama kali dia lihat. "M-maaf Putri, saya tidak pernah melihat desain pakain seperti ini, s-saya tidak yakin bisa mengerjakannya" ujar Eren gugup, takut membuat sang putri marah. Karena selain angkuh dan sombong bela juga terkenal dengan sikap semena mananya. "Ya aku tahu, tenang saja biar aku ajari kau terlebih dahulu. Mari ikut denganku" Bella bangkit dari kursi lalu melangkah keruangan yang berada didepan ruang kerja Alaric. "Eits, Aurora kau jangan ikut, lebih baik kau carikan beberapa barang ini, ketika aku kembali itu semua harus sudah ada dimeja kerjaku" Bella memberikan selembar kertas kepada Aurora. "Siap laksanakan" "Eren disini kau tidak akan menjahit menggunakan tangan tapi menggunakan mesin yang sudah ku buat" Uh sombong sekali kau Bella. Eren terlihat bingung dengan apa yang dikatakan Bella, mesin jahit? Dia baru pertama kali mendengarnya. Bella menggunting beberapa meter kain lalu menjahitnya agar menjadi sebuah kemeja. Eren melongo melihat kecanggihan mesin jahit tersebut. Wow sungguh hebat sekali mesin itu, tapi bukannya putri Bella tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik? Jadi mengapa dia bisa menciptakan mesin secanggih itu? Batin Eren. "Ketika kamu ingin mengoprasikan mesinnya, kamu tinggal menginjak pedalnya seperti ini dan kalau kamu ingin memberhentikannya tinggal berhentikan roda yang ada disini" Ucap Bella sambil memperaktekannya. Bella juga mengajarkan Eren cara memasukkan benang, membuat kemeja dll. "Nah jadinya seperti ini, kau sudah mengerti?" Bella menunjukan sebuah kemeja yang sudah Jadi. "Iya Putri saya mengerti" "Kau sungguh hebat Putri bisa menciptakan mesin secanggih ini" lanjut Eren membuat Bella terkekeh pelan. "Kau jangan terlalu memujiku nanti aku besar kelapa" "M-maaf Putri, kepala bukan kelapa" "Haha iya itu maksudku, santai saja jangan gugup seperti itu. Kamu kerjakan baju baju itu, aku akan kembali keruanganku" Bella pergi keluar meninggal Eren yang masih terpaku dengan tawa indah Bella Ternyata Putri Bella tidak semenyeramkan rumor yang beredar, dia bahkan terlihat semakin cantik jika tertawa. Sepertinya aku akan betah bekerja dengannya Batin Eren.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD