"Alaric bangun sudah malam, ayo makan malam dulu" Bella menepuk pipi Alaric.
Alaric tidur dari siang hingga jam makan malam, lagi simulasi mati mungkin. Biarkan lah dia istirahat dari tugasnya diistana.
"Sayang"
"Sebentar" jawab Alaric memeluk guling.
"Ayo makan malam dulu"
"Hm"
Bella mendekatkan wajahnya ketelinga Alaric dan berbisik "Jika kamu tidak bangun, kamu tidak akan dapat jatah"
Alaric yang mendengar ancaman Bella segera bangun dengan grasak grusuk lalu duduk dihadapan Bella yang berdiri dipinggir ranjang.
"Ayo makan" ajak Alaric dengan wajah bantalnya, membuat Bella gemas sendiri.
"Cuci wajahmu dulu sayang" Bella menangkup wajah Alaric dan mengusap sudut mata cowok itu dengan jempolnya.
"Aku tunggu dibawah, jangan lama lama aku sudah lapar"
Alaric mengangguk dengan wajah polosnya, Bella tidak dapat menahan kegemasan itu lantas dia mencium pipi kanan Alaric lalu melanggang pergi.
Setelah Bella keluar, Alaric tersenyum lalu pergi mencuci wajahnya, tidak beberapa lama dia langsung turun dan mendapati Bella yang tengah menata makanan dimeja makan dibantu oleh para pelayan. Alaric mendekat dan memeluknya dari belakang, tubuh Bella terasa menegang sesaat tapi kembali rileks.
Melihat Alaric datang, para pelayan langsung menunduk hormat.
"Duduk" titah Bella mengelus tangan Alaric yang ada diperutnya.
Alaric duduk dibangku paling ujung dan Bella duduk disampingnya. Saat pelayan akan mengambilkan makanan untuk Alaric, cowok itu mencegahnya.
"Aku ingin kamu yang mengambilkan" ucap Alaric menatap Bella.
"Mau apa?"
"Itu, itu dan itu" Alaric menujuk makanan yang diinginkannya.
"Suapi" ucap Alaric saat Bella akan menaruh piring yang berisi makanan kehadapan Alaric.
Bella kembali menuruti kemauan Alaric, dia menyuapi Alaric dan sesekali untuk dirinya sendiri. Makanan yang dipiring pun habis, Bella memberikan Alaric minum dan dia meminum sisanya. Jangan berpikir disana hanya ada mereka berdua, big no, karena Alaric adalah seorang pangeran pastinya dimansionnya itu banyak sekali pelayan dan pengawal. Jangankan makan, mandi saja Alaric dilayani dan itu salah satu hal yang paling dibenci Bella, tubuh suaminya hanya untuknya, ingatkan Bella untuk berbicara masalah ini kepada Alaric.
"Kau ingin melanjutkan tidurmu?" tanya Bella mengelap bibir Alaric.
"Ketaman?" Alaric balas bertanya.
"Ayo"
Bella dan Alaric berjalan ketaman yang berada dibelakang mansion, taman ini terlihat begitu indah dengan banyaknya bunga bunga dan pepohonan ditambah pencahayaan yang hanya dari sinar bulan dan beberapa obor yang ada dipinggir.
Kedua insan itu duduk disalah satu kursi yang ada ditaman, keduanya sama sama diam menikmati suasana malam.
"Jika aku adalah orang yang berbeda, apakah kamu masih mencintaiku?" ucap Bella setelah kesunyian diantara mereka.
Pertanyaan Bella membuat Alaric menoleh dengan wajah bingung.
"Maksudmu?"
"Ah lupakan saja. Hoaam aku mengantuk, ayo kembali kekamar"
Alaric menatap aneh Bella, tapi tak urung dia mengikuti Bella kekamar.
Setelah sampai kamar, mereka berdua berpelukkan dengan kepala Alaric yang berada didada Bella. Alaric mendongkak mentap Bella yang mengelus rambutnya.
"Siapapun kamu, aku mencintai dirimu saat ini" ujar Alaric membuat Bella tersenyum manis.
"Aku juga mencintaimu" Bella mengecup bibir tebal Alaric.
Alaric melumat bibir Bella, tangannya yang memeluk pinggang Bella beralih meremas pelan p******a Bella dari luar baju. Ciuman Alaric turun keleher Bella tanpa menghentikan remasannya, membuat Bella mendongkak dengan d**a yang membusung.
"Ahh Alhh janganhh buat emm ahh tanda"
Alaric kembali mencium bibir Bella, tangannya pindah menuju bagian bawah Bella tapi tidak jadi karena ditahan oleh Bella.
"Udah, ayo tidur" Bella mengecup sekilas bibir Alaric memeluk kepala Alaric dengan mata terpejam.
"Aku mau, boleh ya?" tanya Alaric memelas.
"Tidak"
"Aku mau"
"Tidak boleh!"
"Ahhhh Alaric" Bella kaget saat tiba tiba Alaric meremas payudaranya dengan kencang.
"Mauuu" ucap Alaric dengan wajah menggemaskan dengan tangan yang masih berada dipayudara Bella.
"Besok aja ya sayang, sekarang tidur"
Bella berusaha memberi pengertian.
"Tidak mau, maunya sekarang"
"Yaudah besok engga ya?"
"Besok juga"
"Idih maruk"
"Maruk?"
"Se.ra.kah"
"Biar, kan kamu punya aku, jadi suka suka aku dong"
Bella tak membalas dia malah memejamkan mata.
"Bella"
Bella mulai jengah, dia melepaskan pelukannya dan berujar "Kalau kamu seperti ini terus, aku kembali kekamarku saja"
"Jangan, yasudah ayo tidur" Alaric kembali menarik Bella kedalam pelukannya.
Setelah perdebatan panjang itu mereka tidur dengan damai.
-----------
Hari ini Bella akan berjalan jalan dipasar dan pemukiman warga, dia akan pergi dengan Aurora tanpa pengawal, dia ingin berbaur tanpa terlihat seperti anggota kerajaan.
Hari ini Bella memakai dress dipadukan dengan sneakers. Kenapa Bella bisa mempunyai sneakers? Ingat waktu Aurora memberitahu Bella tentang pengrajin sepatu? Ya sama seperti Eren, Bella juga mengajarkan pengrajin sepatu itu cara membuat beberapa model sepatu yang diinginkan Bella.
"Kenapa kau suka sekali memakai baju kurang bahan?" tanya Alaric yang baru memasuki kamar dengan jubah mandinya.
Bella yang sedang mengikat sepatu pun mendongkak menatap Alaric.
"Disini panas, tidak ada AC atau kipas angin. Solusinya hanya memakai pakaian seperti ini"
"Eittt kau ingin memakai pakaian kuno itu?" cegah Bella saat melihat Alaric akan memakai baju kuno yang biasa pria itu pakai.
"Kuno? Ini pakaian yang biasa seorang Pangeran pakai"
"Kau tidak boleh memakai pakaian kuno itu lagi, tunggu" Bella berlari menuju ruangannya yang berada dilantai bawah. Dia mengambil baju yang berada dilaci dan kembali berlari kekamarnya.
"Hosh hosh ini huh kau huh pakai ini" Bella memberikan pakaian tersebut dengan sebelah tangan yang bertumpu dilutut.
"Kenapa kau lari lari seperti itu? Nanti jatuh" ucap Alaric mengambil pakaian yang diberikan Bella.
Bella ambruk, duduk dilantai dengan kaki yang diluruskan. Mencoba mengatur nafasnya yang engos engosan, bagaimana tidak engos engosan dia berlari dari kamar sampai ruang kerjanya seperti berlari di lapangan GBK, ya seluas itu mansion ini.
"Minum dulu" Alaric memberikan segelas air yang langsung diteguk habis oleh Bella.
"huh capek banget"
"Bangunin" Bella mengulurkan kedua tangannya keatas.
Alaric membantunya berdiri, cowok itu memeluk pinggang Bella.
"Kenapa harus lari seperti itu sih, kan ada pelayan dan pengawal yang bisa mengambilkannya" ucap Alaric mengusap peluh yang ada didahi Bella.
"Tidak apa apa, cepat pakai bajunya" Bella melepaskan pelukan itu dan duduk disofa.
Alaric memakai pakain yang Bella kasih dikamar itu tapi tidak dihadapan Bella.
"Bagaimana?" Alaric berdiri dihadapan Bella dengan setelan jas yang membuatnya semakin terlihat tampan.
Bella berdiri mendekati Alaric dan membenarkan dasi yang sedikit menceng.
"Tampan" puji Bella.
"Ayo ku antar sampai pintu"
Mereka berjalan sambil bergandengan. Sampai didepan pintu dia melihat Demian yang akan masuk.
"Pagi Demian" sapa Bella disertai senyum.
"Pagi Bell, pagi Al" jawab Demian yang dibalas deheman oleh Alaric.
"Sana pergi, Demian sudah datang" ucap Bella melepaskan tautan tangannya.
"Aku pergi" ucap Alaric setelah mengecup kening Bella.
"Aku juga pergi Bell" pamit Demian lalu menyusul Alaric.
Setelah kedua laki laki itu pergi, Bella berjalan keruangannya. Disana dia langsung mengerjakan salah satu alat yang belum selesai, Bella sedikit mengutak ngatiknya dan jadi.
Yap, Bella membuat sebuah kamera palaroid yang akan dia bawa berkeliling nanti, dia membuat ini hanya dalam waktu 4 hari.
Bella mengalungkan tali kamera tersebut dan mencoba membidik satu objek.
"Bell-"
Cekrek
Aurora yang baru masuk dikejutkan dengan flash kamera yang tiba tiba.
Teeeet
Sebuah kertas yang keluar dari kamera tersebut membuat Aurora tersadar dari terkejutannya. Aurora mendekati Bella yang sedang menggoyang goyangkan sebuah kertas.
"Apa yang ada dilehermu itu? Cahayanya seperti kilat" ucap Aurora.
"Nih, baguskan hasil bidikanku?" Bella memberikan foto tadi kepada Aurora.
"Kenapa aku bisa ada disini?" Aurora menatap foto tersebut dengan heran.
"Itu namanya foto, foto itu dihasilkan dari ini dan ini namanya kamera. Jika kau biasanya mengabadikan sesuatu dengan dilukis, tapi kalau ini hanya dengan memencet tombol bisa langsung jadi dan telihat lebih real" ucap Bella memberikan penjelasan.
"Wow hebat sekali, bolehkah aku mencobanya?"
"Boleh" Bella memberikan kameranya pada Aurora.
"Pegang seperti ini, telunjukmu ditaruh ditombol ini, dekatkan matamu dilubang itu. Coba bidik jendela itu"
Cekrek
Teeeet
Bella mengambil foto yang keluar dan menggoyangkannya agar foto itu muncul.
"Nih" Bella memberikannya pada Aurora.
"Sangat hebat sekali alat ini, kau memang benar benar jenius Bell. Apakah kau seorang penyihir?" Aurora benar benar takjub dengan penemuan Bella yang satu ini.
Bella mengalungkan kembali kameranya.
"Penyihir? Apakah masih ada sihir didunia ini?"
"Sebenarnya penyihir sudah mulai punah tapi ada beberapa penyihir yang menjadi satu dan membuat kelompok yang bernama Valcke, mereka adalah kelompok penyihir yang ingin menguasai seluruh kerajaan dan akan menjadikannya negri sihir. Kelompok ini sangat berbahaya, sangat sulit melawan mereka karena mereka mempunyai sihir makannya banyak kerajaan kerajaan yang sudah mereka ambil alih dan target selanjutnya adalah kerajaan ini. Cara mengalahkan mereka hanya dengan sihir yang bisa memanggil semua makhluk didunia ini, tapi tidak ada yang tau mantra sihir tersebut, lagi pula jika seseorang memakai sihir tersebut konon akan mati karena kehabisan tenaga, itu sih yang aku dengar dari beberapa orang yang bekerja diistana" ucap Aurora panjang lebar.
"Yang Mulia Raja juga tidak tahu mantra sihir itu?" tanya Bella.
"Tidak, tidak ada yang tahu. Tapi katanya ada sebuah buku yang berjudul The Sworn Book Of Honorius yang menulis mantra tersebut"
Bella hanya beroh ria dan dibalas anggukan oleh Aurora.
"Ayo pergi kedesa yang dekat mansion ini, tapi tidak usah membawa pengawal" ajak Bella.
"Baik, biar aku yang mengendarai kereta kudanya"
Mereka pergi kedesa terdekat dengan kereta kuda yang dikendarai Aurora.